Analisis Risiko Produksi Komoditas Pertanian

18 1992. Jagung manis yang siap dipanen biasanya ditandai dengan penampakan luar rambut yang mengering, keketatan kelobot, dan kekerasan tongkol ketika digenggam. Panen dilakukan ketika biji masih belum matang, pada fase susu dan sebelum fase kental awal Rubatzky dan Yamaguchi 1998.

2.3 Analisis Risiko Produksi Komoditas Pertanian

Budidaya pertanian tidak dapat lepas dari pengaruh risiko. Risiko yang sering terjadi pada komoditas pertanian adalah risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi dapat dilihat dengan adanya variasi hasil output produksi. Variasi output produksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal seperti tingkat penggunaan input maupun faktor eksternal seperti pengaruh iklim atau cuaca. Dampak risiko produksi sangat besar pada pertanian secara umum dan berdampak besar secara khusus pada pola produksi serta perilaku penawaran pada petani skala kecil Fufa dan Hassan 2003. Risiko produksi menjadi kendala dominan terhadap pengambilan keputusan petani dalam mengalokasikan faktor produksi. Akibatnya terjadi kesenjangan produktivitas potensial di tingkat petani dengan produktivitas aktual yang dicapai petani Purwoto 1993. Menurut Fufa dan Hassan 2003 pengaruh gangguan stokastik alam dari kegiatan produksi pertanian menjadi sumber utama risiko produksi. Akan tetapi variasi pada hasil panen suatu produksi pertanian tidak hanya dijelaskan oleh faktor di luar kendali petani seperti harga input dan output, tetapi juga faktor yang dapat dikendalikan oleh petani seperti alokasi pada penggunaan input produksi Just dan Pope 1979; Antle 1983 yang diacu dalam Fufa dan Hassan 2003. Hal tersebut menunjukkan bahwa sumber-sumber risiko tidak hanya berasal dari faktor eksternal seperti cuaca. Sumber risiko produksi juga dapat berasal dari faktor internal yaitu penggunaan input produksi seperti penggunaan benih, lahan, atau pupuk. Penggunaan faktor produksi yang tidak sesuai dengan anjuran budidaya dapat mengakibatkan variasi pada hasil produksi. Beberapa metodologi telah banyak dikembangkan untuk menganalisis risiko yang berhubungan dengan produksi. Salah satu konsep risiko yang digunakan dalam penelitian risiko produksi adalah konsep risiko yang dirumuskan oleh Just dan Pope dengan metode yang lebih dikenal dengan model risiko 19 produksi Just dan Pope J-P Ligeon et al. 2008. Model ini banyak digunakan karena model ini dapat mengakomodasikan fungsi produksi dan fungsi risiko dalam satu persamaan matematis. Dengan menggunakan fungsi risiko produksi J- P ini dapat diketahui pengaruh alokasi penggunaan input terhadap hasil produksi rata-rata dan variasi hasil produksi. Dengan kata lain, melalui model ini dapat dilihat faktor produksi mana saja yang dapat bertindak sebagai pengurang risiko produksi Risk Reducing Factor atau sebagai penyebab meningkatnya risiko produksi Risk Inducing Factor. Beberapa penelitian yang menggunakan model ini diantaranya dilakukan oleh Ligeon et al. 2008, Fufa dan Hassan 2003, Fariyanti et al. 2007, Pratiwi 2011 dan Puspitasari 2011. Model risiko produksi J-P menggunakan pendekatan fungsi produksi dan fungsi varian fungsi risiko. Penelitian Ligeon et al. 2008 dan Fufa dan Hassan 2003 menggunakan data cross section sehingga dalam melakukan estimasi fungsi produksi dan fungsi risiko dilakukan secara terpisah. Ligeon et al. 2008 menggunakan model fungsi produksi kuadratik untuk mengestimasi fungsi produksi dan fungsi risiko pada komoditas kacang tanah sedangkan Fufa dan Hassan 2003 menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas pada komoditas jagung. Pendekatan dengan menggunakan model fungsi Cobb-Douglas ini juga digunakan oleh Fariyanti et al. 2007 untuk analisis risiko produksi kentang dan kubis, Pratiwi 2011 untuk analisis risiko produksi caisin dan Puspitasari 2011 untuk analisis risiko produksi mentimun. Akan tetapi penelitian yang dilakukan Fariyanti et al. 2007, Pratiwi 2011 dan Puspitasari 2011 memiliki perbedaan dengan penelitian Ligeon et al. 2008, Fufa dan Hassan 2003. Fariyanti et al. 2007, Pratiwi 2011 dan Puspitasari 2011 menggunakan data berupa data panel. Selain itu, estimasi fungsi produksi dan fungsi risiko dilakukan secara bersamaan dengan metode GARCH 1,1. Penelitian Ligeon et al. 2008, Fufa dan Hassan 2003, Fariyanti et al. 2007, Pratiwi 2011 dan Puspitasari 2011 menunjukkan bahwa interaksi input terhadap risiko produksi bisa berbeda. Menurut Ligeon et al. 2008, Fufa dan Hassan 2003 dan Pratiwi 2011, peningkatan penggunaan input benih dapat meningkatkan risiko produksi yang dilihat dari peningkatan variance produksi ketika jumlah penggunaan input ditingkatkan. Akan tetapi menurut penelitian 20 Fariyanti et al. 2007 dan Puspitasari 2011, peningkatan jumlah penggunaan benih dapat menurunkan risiko produksi. Selain penggunaan input benih dapat meningkatkan dan menurunkan risiko produksi, penggunaan lahan juga memiliki dampak yang berbeda terhadap risiko produksi. Penelitian Fufa dan Hassan 2003 membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang mengadopsi teknologi dan yang tidak mengadopsi teknologi. Hasil estimasi fungsi risiko menunjukkan bahwa lahan sebagai faktor yang meningkatkan risiko pada petani yang mengadopsi teknologi sedangkan pada kelompok petani yang tidak mengadopsi teknologi sebagai faktor pengurang risiko. Penelitian Fariyanti et al. 2007 juga menunjukkan hasil yang berbeda pada komoditas kentang dan kubis. Pada petani yang melakukan usahatani kentang, lahan bertindak sebagai faktor pengurang risiko sedangkan pada usahatani kubis sebagai faktor peningkat risiko. Hal yang sama juga terjadi pada input pupuk kimia dan tenaga kerja. Peningkatan jumlah penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan risiko produksi seperti yang ditunjukkan pada penelitian Fufa dan Hassan 2003. Akan tetapi pada penelitian Puspitasari 2011, peningkatan penggunaan pupuk kimia dapat mengurangi risiko produksi. Sementara itu, tenaga kerja merupakan faktor yang dapat mengurangi risiko seperti yang ditunjukkan pada penelitian Pratiwi 2011 dan Puspitasari 2011. Sedangkan pada penelitian Fariyanti et al. 2007 menunjukkan bahwa, tenaga kerja sebagai faktor peningkat risiko pada usahatani kentang dan sebagai faktor pengurang risiko pada usahatani kubis. Pada penelitian ini akan diidentifikasi bagaimana pengaruh alokasi input produksi terhadap produksi rata-rata dan risiko produksi jagung manis. Penelitian ini menggunakan pendekatan model risiko produksi Just dan Pope seperti yang dilakukan oleh Ligeon et al. 2008, Fufa dan Hassan 2003, dan Koundouri dan Nauges 2005. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah komoditas yang diteliti, lokasi penelitian dan faktor input. Komoditas yang diteliti adalah jagung manis. Lokasi penelitian berada di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Faktor input produksi yang digunakan adalah benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk TSP, pestisida cair, furadan, dan tenaga kerja. Input yang dimasukkan dalam model ini 21 merupakan input produksi yang digunakan oleh petani. Dalam model yang diestimasikan juga memasukkan variabel dummy musim dan varietas untuk melihat pengaruh kedua variabel tersebut terhadap risiko produksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk fungsi produksi maupun fungsi variance fungsi risiko. Fungsi produksi Cobb-Douglas dipilih karena dapat melihat pengaruh penambahan input terhadap perubahan marjinal output. Selain itu dalam penelitian ini akan dikaji pula bagaimana pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan usahatani.

2.4 Analisis Pendapatan Usahatani Jagung