63 Sebagian besar petani responden melakukan budidaya tanaman di lahan
milik sendiri yaitu sebesar 48,39 persen. Lahan ini merupakan lahan warisan atau lahan turun temurun dari keluarga petani sebelumnya dan juga lahan yang sengaja
dibeli. Petani yang melakukan sewa lahan juga cukup besar yaitu mencapai 29,03 persen. Petani yang menyewa lahan ini pada umumnya karena tidak memiliki
lahan, adanya lahan kosong milik masyarakat yang tidak digunakan, dan karena gadai dengan sejumlah uang tertentu. Sebaran status kepemilikan lahan petani
responden dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 . Status Kepemilikan Lahan Petani Responden di Desa Gunung Malang
Tahun 2012 No
Status Lahan Jumlah Orang
Presentase 1
Lahan Milik Sendiri 15
48,39 2
Lahan Sewa 9
29,03 3
Lahan Campuran 7
22,58 Jumlah
31 100,00
5.2.6 Luas Lahan
Total luas lahan pertanian petani responden bervariasi. Luas lahan pertanian terkecil sebesar 0,1 hektar dan luas lahan terbesar mencapai 3 hektar.
Sebagian besar petani responden memiliki luas lahan pertanian antara 0,50 sampai 1,00 hektar yaitu mencapai 38,71 persen. Lahan tersebut merupakan lahan irigasi
berupa sawah dan sebagian kecil merupakan lahan kering atau tegal. Lahan yang dimiliki petani, letaknya ada yang terpusat menjadi satu persil dan ada pula yang
terbagi-bagi menjadi beberapa persil. Luas lahan pertanian petani responden di Desa Gunung Malang tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 . Luas Lahan Pertanian Petani Responden di Desa Gunung Malang
Tahun 2012 No
Luas Lahan Ha Jumlah Orang
Presentase 1
0,10 - 0,24 6
19,35 2
0,25 - 0,49 7
22,58 3
0,50 - 1,00 12
38,71 4
1 6
19,35 Jumlah
31 100,00
64
5.2.7 Pola Tanam
Pola tanam jagung manis pada petani responden terdiri dari dua jenis yaitu monokultur dan polikultur. Presentase yang menerapkan kedua pola tanam
tersebut tidak berbeda jauh tetapi sistem polikultur masih lebih banyak dibandingkan dengan monokultur. Petani banyak melakukan pola tanam
polikultur karena untuk meminimalisasi risiko. Pembudidayaan secara monokultur juga masih banyak dilakukan oleh responden. Alasan petani melakukan budidaya
jagung manis secara monokultur ini adalah ingin mendapatkan hasil panen yang maksimal dari segi ukuran jagung, keuntungan yang diperoleh cukup besar
dengan monokultur, dan lahan yang sempit tidak memungkinkan untuk melakukan tumpangsari. Pola tanam petani responden dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 . Pola Tanam Jagung Manis Petani Responden di Desa Gunung Malang
Tahun 2012
Pola Tanam Penggunaan Lahan
Jumlah Total Seluruh Total Lahan
Sebagian dari Total Lahan
Jumlah orang
Presentase Jumlah
orang Presentase
Jumlah orang
Presentase Monokultur
8 25,81
7 22,58
15 48,39
Polikultur
8 25,81
8 25,81
16 51,61
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa kebanyakan petani responden hanya memanfaatkan sebagian dari total lahan pertaniannya untuk menanam jagung
manis. Sebagian lahan yang lain digunakan untuk menanam tanaman yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada usaha melakukan diversivikasi usaha yang
dilakukan petani. Kegiatan diversifikasi usaha dengan melakukan penanaman berbagai jenis tanaman pada lahan yang sama atau pada lahan yang berbeda dapat
menghindari terjadinya risiko. Dari total responden, sebanyak 23 petani telah
melakukan diversifikasi usaha.
Pola tanam polikultur yang dilakukan petani yaitu tumpangsari dan tumpang gilir. Kegiatan tumpang sari dan tumpang gilir ini banyak dijumpai pada
tanaman jagung manis dengan ubi jalar. Tumpangsari dan tumpang gilir ubi jalar dengan jagung manis dilakukan untuk menghemat biaya perawatan, mendapat
hasil yang berlipat, mengantisipasi gagal panen dan harga jatuh pada salah satu
65 tanaman, dan untuk pemanfaatan lahan yang maksimal. Biaya untuk budidaya
jagung manis lebih besar daripada ubi jalar sehingga jika harga jagung manis rendah, kerugian dapat ditutupi dari hasil penjualan ubi jalar. Tanaman ubi jalar
dan jagung ini juga sering dilakukan secara tumpang gilir. Artinya, penanamannya dilakukan tidak secara bersamaan. Hal ini bisa terjadi karena masa panen ubi jalar
yang lebih lama dibandingkan dengan jagung. Selain melakukan tumpangsari antara ubi jalar dengan jagung manis, petani juga melakukan tumpangsari jagung
dengan tanaman cincau, jagung dengan tanaman katuk dan jagung dengan tanaman cabai. Pola tanam jagung manis secara monokultur maupun tumpangsari
dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6
. Pola Tanam Jagung Manis secara a Monokultur b Tumpangsari dengan Ubi Jalar.
Petani juga melakukan rotasi tanaman. Rotasi tanaman dilakukan untuk menjaga kesuburan lahan dan mencegah timbulnya penyakit yang dibawa oleh
tanaman. Rotasi tanaman dilakukan dengan menggilir jenis tanaman yang ditanam. Petani menghindari menanam jenis tanaman yang sama pada dua atau
lebih musim tanam. Hal ini dapat menghindarkan tanaman terkena penyakit yang terbawa oleh tanaman sebelumnya.
Musim tanam jagung bisa dilakukan di sepanjang tahun. Sebagian besar petani menanam jagung pada bulan April sampai bulan Juni dan pada akhir tahun
sekitar bulan Oktober sampai Desember. Bulan April sampai Juni dipilih karena pada bulan ini telah masuk pada musim kemarau satu. Musim kemarau satu
merupakan musim peralihan antara musim hujan dengan musim kemarau. Pada musim ini, hujan masih ada tetapi dengan intensitas rendah. Tanaman jagung
a b
66 manis dapat tumbuh dengan baik pada musim ini karena pada musim ini
kebutuhan air terpenuhi dan tidak berlebihan serta intensitas panas masih ada. Hal ini sesuai dengan kebutuhan tanaman jagung yaitu membutuhkan sedikit air dan
banyak cahaya matahari. Pada akhir tahun banyak petani yang memilih menanam jagung manis karena mendekati tahun baru dimana pada saat tahun baru
permintaan jagung manis lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari biasa. Pola tanam yang diterapkan petani responden musim tanam tahun 2011
bervariasi. Petani melakukan rotasi tanaman dengan mempertimbangkan musim, kondisi pasar, dan kebiasaan dari petani itu sendiri. Pola tanam jagung manis
secara monokultur yang dilakukan salah satu petani responden pada musim tanam 2011 dari bulan Januari-Desember dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7
. Salah Satu Pola Tanam Jagung Manis Secara Monokultur yang Dilakukan oleh Petani Responden di Desa Gunung Malang pada
Musim Tanam Tahun 2011 Pada Gambar 7, petani melakukan rotasi tanaman dengan menanam
tanaman sayuran dan ubi jalar. Tanaman sayuran yang dipilih adalah tanaman mentimun dan tanaman kacang panjang. Alasan petani melakukan rotasi dengan
tanaman sayuran dan ubi jalar ini supaya pengolahan tanah lebih mudah. Tanaman sayuran, ubi jalar dan jagung manis di tanam pada guludan-guludan sehingga
memudahkan petani dalam menanam untuk periode selanjutnya. Tanaman jagung manis ditanam pada akhir tahun karena mendekati tahun baru dimana permintaan
jagung manis akan meningkat. Selain itu, petani juga melakukan penanaman secara polikultur yaitu secara tumpangsari. Pola tanam jagung manis secara
polikultur yang dilakukan salah satu petani responden pada musim tanam 2011 dari bulan Januari-Desember dapat dilihat pada Gambar 8.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ubi Jalar Mentimun
Jagung Manis
Kacang Panjang
0,3 Ha
Bulan
67
Gambar 8
. Salah Satu Pola Tanam Secara Polikultur yang Dilakukan oleh Petani Responden di Desa Gunung Malang pada Musim Tanam Tahun 2011
Gambar 8 menunjukkan bahwa tanaman jagung manis ditanam secara tumpang sari dengan tanaman ubi jalar. Tanaman ubi jalar dapat dipanen setelah
lima bulan sedangkan tanaman jagung manis dapat dipanen setelah 75 hari. Setelah menanam ubi, petani melanjutkan dengan menanam padi selama dua kali
periode tanam. Sebelum menanam padi tanah mengalami masa bera. Selama masa bera, tanah diolah untuk dipersiapkan menjadi lahan basah untuk ditanami dengan
padi.
5.2.8 Sistem Pemasaran