Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Jagung

99 dan Golden mampu menghasilkan jagung manis dengan kadar air lebih banyak dan rasanya lebih manis serta tanaman lebih rentan terhadap penyakit. Sedangkan produktivitas potensial Sweet Boy bisa mencapai 22,8 tonha Sari 2012. Produktivitas benih varietas Golden mampu mencapai 10-12 tonha 8 . Hasil penjumlah nilai-nilai parameter penjelas adalah sebesar -0,455. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usahatani jagung manis ini tersebut berada pada skala kenaikan hasil yang berkurang diminishing return to scale karena memiliki elastisitas lebih kecil daripada satu. Hal ini berarti, apabila peningkatan satu persen pada masing-masing faktor produksi secara bersama-sama akan menurunkan produktivitas jagung manis sebesar 0,455 persen. Berdasarkan hasil pendugaan parameter menunjukkan bahwa tidak semua variabel yang dimasukkan dalam model memiliki koefisien parameter positif seluruhnya akan tetapi terdapat beberapa variabel yang memiliki tanda koefisien negatif. Hal ini dapat berpengaruh terhadap skala usaha usahatani jagung manis.

6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Jagung

Manis Faktor produksi atau input pertanian diduga tidak hanya berpengaruh terhadap produktivitas jagung manis tetapi juga berpengaruh terhadap risiko produksi jagung manis. Pengaruh faktor produksi terhadap risiko produksi ini diketahui dengan melihat pengaruh faktor produksi terhadap variance produktivitas. Adanya variance produktivitas ini menunjukkan bahwa dalam usaha budidaya jagung manis dipengaruhi oleh adanya risiko yang dapat menyebabkan adanya perbedaan atau selisih antara produktivitas aktual dengan produktivitas rata-rata yang seharusnya dapat dicapai. Analisis mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi variance produktivitas jagung manis diestimasikan dengan menggunakan persamaan fungsi variance produktivitas. Hasil pendugaan persamaan fungsi variance produktivitas dapat dilihat pada Tabel 20. 8 Bisnis Manis Jagung Manis. http:www.agrina-online.com . Diakses 08 November 2012. 100 Tabel 20 . Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Variance produktivitas Jagung Manis Petani Responden Variabel Koefisien Regresi Simpangan Baku Koefisien T P-Value Konstanta 7,006 9,239 0,758 0,457 Ln Benih -1,070 1,519 -0,704 0,489 Ln Kandang -0,533 1,306 -0,408 0,688 Ln Urea 1,095 0,932 1,174 0,254 Ln Phonska 0,200 0,127 1,573 0,131 Ln TSP -0,239 0,091 -2,632 0,016 Ln Pestisida Cair -0,072 0,056 -1,296 0,210 Ln Furadan 0,254 0,137 1,856 0,078 Ln Tenaga Kerja -1,798 0,865 -2,078 0,051 D1 Musim 0,108 1,067 0,101 0,921 D2 Varietas -1,622 1,272 -1,275 0,217 R-Sq = 52,7 R-Sq Adj = 29,1 Ket: ignifikan pada α 20 Berdasarkan hasil pendugaan fungsi variance produktivitas pada Tabel 20, maka fungsi variance produktivitas jagung manis dapat diduga dengan persamaan sebagai berikut: Ln Variance = 7,006 - 1,070 Ln Benih – 0,533 Ln Kandang + 1,095 Ln Urea + 0,200 Ln Phonska - 0,239 Ln TSP - 0,072 Ln Pestisida Cair + 0,254 Ln Furadan - 1,798 Ln Tenaga Kerja + 1,067 D1 – 1,622 D2 Hasil pendugaan model fungsi variance produktivitas memberikan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 52,7 persen dengan nilai koefisien determinasi terkorelasi R 2 adj sebesar 29,1 persen. Nilai R 2 tersebut menunjukan bahwa 52,7 persen keragaman variance produktivitas jagung manis dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor produksi benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk TSP, pestisida cair, furadan, tenaga kerja, musim dan varietas benih. Sedangkan sisanya sebesar 47,3 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar model seperti serangan hama dan penyakit serta kondisi alam angin, suhu. Faktor-faktor produksi yang dimasukkan dalam model diduga berpengaruh terhadap variance produktivitas jagung manis. Dari hasil pendugaan menunjukkan 101 bahwa tidak semua faktor produksi tersebut berpengaruh nyata terhadap variance produktivitas jagung manis. Dengan menggunakan nilai P-Value dapat diketahui variabel independen faktor produksi mana saja yang berpengaruh signifikan terhadap variance produktivitas jagung manis. Jika nilai P-Value lebih kecil dari taraf nyata α maka variabel tersebut berpengaruh signifikan. ariabel pupuk TSP, furadan, tenaga kerja dan pupuk phonska berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen. Faktor produksi tersebut berpengaruh nyata terhadap variance produktivitas jagung manis, artinya faktor produksi tersebut merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko produksi atau menurunkan risiko produksi. Jika terjadi penambahan atau pengurangan pada faktor produksi tersebut akan berpengaruh terhadap variance produktivitas jagung manis. Sedangkan untuk benih, pupuk kandang, pupuk urea, pestisida cair, musim dan varietas tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen terhadap variance produktivitas jagung manis. Secara rinci pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap variance produktivitas jagung manis dijelaskan sebagai berikut:

1. Benih

Hasil pendugaan persamaan fungsi variance produktivitas jagung manis menunjukkan bahwa variabel benih mempunyai tanda parameter negatif. Artinya, semakin banyak benih yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun, sehingga variabel benih merupakan faktor yang mengurangi risiko risk reducing factors. Nilai koefisien parameter penggunaan benih bernilai negatif sebesar 1,070. Artinya, jika terjadi penambahan benih sebesar satu persen maka akan menurunkan variance produktivitas jagung manis sebesar 1,070 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap cateris paribus. Akan tetapi variabel benih ini tidak berpengaruh nyata terhadap variance produktivitas jagung manis pada taraf nyata 20 persen yang ditunjukkan dengan nilai P-Value variabel benih 0,489 lebih besar daripada 20 persen. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa benih memiliki pengaruh yang berbeda terhadap risiko produksi. Penelitian Ligeon et al. 2008 menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan benih secara nyata dapat meningkatkan risiko produksi pada kacang tanah. Sementara itu, Fariyanti et al. 2007 menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan benih kentang dan kubis 102 maka risiko produksinya semakin menurun. Pada penelitian ini diperoleh hasil sama dengan penelitian Fariyanti et al. 2007 yaitu penambahan penggunaan benih dapat menurunkan risiko produksi akan tetapi pengaruhnya tidak nyata. Penggunaan benih yang meningkat dapat meningkatkan populasi tanaman. Semakin rapat populasi tanaman maka tongkol jagung yang dihasilkan semakin banyak tetapi ukurannya semakin kecil. Jika dikaitkan dengan hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan benih akan meningkatkan rata-rata produktivitas jagung manis. Peningkatan penggunaan benih ini dapat meningkatkan rata-rata produktivitas jagung manis menuju ke kestabilan produksi sehingga benih dapat menurunkan risiko. Akan tetapi pengaruh peningkatan benih terhadap peningkatan produktivitas tidak nyata sehingga pengaruh terhadap variance produktivitas juga tidak nyata.

2. Pupuk Kandang

Dari hasil pendugaan fungsi variance produktivitas menunjukkan bahwa variabel pupuk kandang merupakan variabel produksi yang dapat menurunkan risiko produksi. Koefisien parameter menunjukkan nilai negatif yang artinya setiap peningkatan penggunaan pupuk kandang dapat mengurangi variance produktivitas jagung manis. Nilai koefisien parameter yaitu -0,533 sehingga setiap penambahan penggunaan pupuk kandang 1 persen dapat menurunkan variance produktivitas jagung manis sebesar 0,533 persen. Faktor produksi pupuk kandang dapat dikatakan sebagai faktor pengurang risiko risk reducing factors. Akan tetapi variabel pupuk kandang ini tidak berpengaruh nyata terhadap variance produktivitas jagung manis pada taraf nyata 20 persen yang ditunjukkan dengan nilai P-Value variabel pupuk kandang 0,688 lebih besar daripada 20 persen. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pupuk kandang dapat berpengaruh sebagai pengurang risiko maupun sebagai peningkat risiko. Menurut Pratiwi 2011, peningkatan penggunaan pupuk kandang pada usahatani caisin dapat meningkatkan risiko produksi. Sementara itu, peningkatan penggunaan pupuk kandang pada usahatani mentimun dapat mengurangi risiko produksi Puspitasari 2011. Pada penelitian ini diperoleh hasil yaitu penggunaan pupuk kandang dapat menurunkan variance produktivitas jagung manis. Menurut Anonim 1992 penggunaan pupuk kandang dapat menambah kandungan bahan 103 organik tanah agar jumlah hara yang dibutuhkan oleh tanaman lebih banyak tersedia dan untuk memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah, daya ikat air dan porositas tanah. Akan tetapi pemberian pupuk kandang pada waktu yang tidak tepat dapat memicu penurunan produksi sesuai dengan hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata karena pupuk kandang mengalami proses fermentasi yang dapat menghasilkan panas sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

3. Pupuk Urea

Koefisien parameter dugaan untuk variabel urea memiliki tanda positif yang artinya setiap penambahan pupuk urea akan mengakibatkan variance produktivitas jagung manis juga meningkat. Nilai koefisien parameter pupuk urea adalah 1,095, maka setiap penambahan penggunaan pupuk urea sebesar 1 persen dapat meningkatkan variance produktivitas jagung manis sebesar 1,095 persen dengan asumsi variabel produksi lainnya dianggap tetap. Faktor produksi pupuk urea dapat dikatakan sebagai faktor yang dapat meningkatkan risiko risk inducing factors. Akan tetapi variabel pupuk urea ini tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen terhadap produktivitas. Nilai P-Value urea 0,254 lebih besar daripada 20 persen. Sementara itu, Fariyanti et al. 2007 menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan pupuk urea pada kentang maka risiko produksinya juga semakin meningkat. Sedangkan, semakin tinggi penggunaan pupuk urea pada kubis maka risiko produksinya semakin menurun. Pupuk urea digunakan oleh semua petani responden. Hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan urea mampu meningkatkan rata-rata produktivitas jagung manis. Peningkatan rata-rata produktivitas karena peningkatan pupuk urea tersebut ternyata berdampak juga terhadap peningkatan variance produktivitas jagung manis. Oleh karena itu, pupuk urea bertindak sebagai faktor yang menyebabkan risiko. Pupuk urea yang digunakan mengandung unsur nitrogen sebanyak 46 persen. Unsur nitrogen ini sangat penting karena nitrogen merupakan unsur yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman dibandingkan dengan unsur lainnya Fageria 1942. Nitrogen dalam pupuk urea diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti 104 daun, batang dan akar, tetapi jika terlalu banyak di aplikasikan pada tanaman dapat menghambat pembungaan dan pembentukan buah Sutedjo 1987.

4. Pupuk Phonska

Nilai koefisien parameter dugaan untuk variabel pupuk phonska adalah sebesar 0,200. Hal ini berarti bahwa apabila penggunaan pupuk phonska ditingkatkan 1 persen, ceteris paribus, maka dapat meningkatkan variance produktivitas jagung manis sebesar 0,200 persen. Faktor produksi pupuk phonska dapat dikatakan sebagai faktor yang dapat meningkatkan risiko risk inducing factors. Pupuk phonska ini berpengaruh nyata terhadap produktivitas pada taraf nyata 20 persen. Penelitian Fariyanti et al. 2007 menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan pupuk NPK pada kubis maka risiko produksinya semakin menurun. Pada penelitian ini diperoleh hasil yang berbeda yaitu peningkatan penggunaan pupuk phonska dapat meningkatkan risiko produksi. Hasil analisis fungsi produksi rata-rata menunjukkan apabila penggunaan pupuk phonska ditingkatkan dapat meningkatkan produktivitas jagung manis. Peningkatan produktivitas ini ternyata dapat meningkatkan variance produktivitasnya sehingga pupuk phonska dapat meningkatkan risiko produksi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pupuk phonska merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur nitrogen, fosfor dan kalium. Kelebihan dari pupuk ini adalah adanya kandungan unsur kalium didalamnya. Unsur kalium sangat penting untuk pertumbuhan tanaman jagung manis terutama pada saat menjelang keluarnya malai Anonim 1992. Selain itu unsur kalium dapat meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit dan meningkatkan kualitas biji atau buah Sutedjo 1987. Penggunaan unsur kalium pada pupuk phonska yang digunakan oleh petani masih sangat rendah yaitu sebesar 32,88 kgha, sedangkan kebutuhan unsur kalium untuk jagung manis sebanyak 150 kgha Anonim 1992. Petani tidak menggunakan pupuk lain yang mengandung unsur kalium seperti KCl selama melakukan budidaya. Oleh karena itu penggunaan pupuk phonska masih dapat ditingkatkan untuk menambah kebutuhan unsur kalium pada tanaman. Dengan bertambahnya unsur kalium maka tanaman dapat menghasilkan tongkol yang lebih besar Anonim 1992. Akan tetapi, petani harus mewaspadai penggunaan 105 pupuk phonska ini. Penggunaan pupuk phonska disertai dengan penggunaan pupuk lain seperti urea dan TSP dapat menyebabkan kelebihan unsur nitrogen dan fosfor. Kelebihan unsur kimia dalam pupuk dapat menyebabkan tanaman mengalami keracunan dan mengakibatkan tanaman mati sehingga dapat menurunkan produksi.

5. Pupuk TSP

Pupuk TSP berpengaruh nyata terhadap variance produktivitas jagung manis pada taraf nyata 20 persen. Koefisien parameter dugaan menunjukkan nilai negatif sehingga setiap penambahan pupuk TSP akan mengakibatkan penurunan variance produktivitas jagung manis. Nilai koefisien pupuk TSP yaitu sebesar - 0,239 yang artinya setiap penambahan jumlah pupuk TSP sebesar 1 persen akan menurunkan variance produktivitas jagung manis sebesar 0,239 persen dengan asumsi variabel produksi lainnya dianggap tetap. Faktor produksi pupuk TSP dapat dikatakan sebagai faktor pengurang risiko risk reducing factors. Hal yang berbeda dinyatakan oleh Fariyanti et al. 2007. Menurut Fariyanti et al. 2007, semakin tinggi penggunaan pupuk TSP pada kentang maka risiko produksinya semakin meningkat. Pupuk TSP mengandung sebanyak 36 persen unsur fosfor. Unsur fosfor ini sangat penting untuk pertumbuhan jaringan meristem seperti pertumbuhan batang dan daun serta akar Fageria 1942. Sutedjo 1987 menambahkan bahwa unsur fosfor bermanfaat bagi tanaman karena dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah serta dapat meningkatkan produksi biji pada tanaman serealia. Sesuai dengan hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata, penambahan pupuk TSP dapat meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas ini ternyata dapat meningkatkan kestabilan produksi sehingga pupuk TSP dapat mengurangi risiko produksi. Rata-rata penggunaan pupuk TSP mencapai 216,76 kgha. Dari jumlah penggunaan pupuk TSP tersebut, unsur fosfor yang terdapat dalam pupuk TSP sebesar 78,03 kgha. Sedangkan, unsur fosfor yang diperlukan oleh tanaman jagung manis sebesar 150 kgha Anonim 1992. Pupuk TSP yang digunakan oleh petani ternyata hanya menyumbang 52 persen dari total kebutuhan unsur fosfor tanaman jagung manis. Ternyata jumlah unsur fosfor masih dibawah kebutuhan yang dianjurkan. Oleh karena itu penambahan pupuk TSP dapat 106 menurunkan risiko karena penggunaan pupuk TSP masih belum melewati ambang batas kebutuhan tanaman sehingga mampu meningkatkan produksi tanaman.

6. Pestisida Cair

Koefisien parameter dugaan untuk variabel pestisida cair memiliki tanda negatif yang artinya setiap penambahan pestisida cair akan mengakibatkan variance produktivitas jagung manis menurun. Nilai koefisien parameter pestisida cair adalah -0,072, maka setiap penambahan penggunaan pestisida cair sebesar 1 persen dapat menurunkan variance produktivitas jagung manis sebesar 0,072 persen dengan asumsi variabel produksi lainnya dianggap tetap. Faktor produksi pestisida cair dapat dikatakan sebagai faktor pengurang risiko risk reducing factors. Akan tetapi variabel pestisida cair ini tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen terhadap variance produktivitas. Nilai P-Value pestisida cair 0,210 lebih besar daripada 20 persen. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pestisida cair dapat berpengaruh sebagai pengurang risiko maupun sebagai peningkat risiko. Menurut Pratiwi 2011, peningkatan penggunaan pestisida cair pada usahatani caisin dapat meningkatkan risiko produksi. Sementara itu, peningkatan penggunaan pestisida cair pada usahatani timun dapat mengurangi risiko produksi Puspitasari 2011. Pada hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan dengan penelitian Puspitasari 2011 bahwa peningkatan penggunaan pestisida cair dapat menurunkan risiko produksi jagung manis. Petani menggunakan pestisida cair untuk memberantas hama seperti ulat dan belalang melalui kegiatan penyemprotan. Menurut petani, penyemprotan hama dengan pestisida cair ini lebih efektif karena mengandung racun lambung dan racun kontak sehingga dapat langsung membunuh hama tersebut. Dengan melakukan penyemprotan maka hama akan mati sehingga tidak ada lagi hama yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata, peningkatan penggunaan pestisida cair akan berdampak pada peningkatan produktivitas jagung manis. Peningkatan produktivitas ini mengarah pada kestabilan produksi sehingga pestisida cair sebagai faktor pengurang risiko. 107

7. Furadan

Penggunaan furadan berpengaruh nyata terhadap variance produktivitas jagung manis pada taraf nyata 20 persen. Koefisien parameter dugaan menunjukkan nilai positif sehingga setiap penambahan furadan akan mengakibatkan peningkatan variance produktivitas jagung manis. Nilai koefisien furadan yaitu sebesar 0,254 yang artinya setiap penambahan jumlah furadan sebesar 1 persen akan meningkatkan variance produktivitas sebesar 0,254 persen dengan asumsi variabel produksi lainnya dianggap tetap. Faktor produksi furadan dapat dikatakan sebagai faktor yang dapat meningkatkan risiko risk inducing factors. Hal berbeda dinyatakan oleh Puspitasari 2011 dan Pratiwi 2011. Menurut Puspitasari 2011 dan Pratiwi 2011 peningkatan penggunaan pestisida padat dapat menurunkan risiko produksi. Furadan banyak digunakan petani sebagai insektisida. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada pendugaan fungsi produksi rata-rata, penggunaan furadan ini sudah berlebihan sehingga peningkatan penggunaan furadan dapat menurunkan produktivitas rata-rata jagung manis. Penurunan produktivitas rata- rata jagung manis ini menyebabkan variance produktivitasnya juga semakin besar sehingga furadan bertindak sebagai faktor yang dapat menimbulkan risiko. Menurut petani, penggunaan furadan memiliki efek yang lambat dan kurang ampuh untuk membasmi hama sehingga petani menggunakan furadan secara berlebihan. Penggunaan furadan yang berlebihan dapat mengakibatkan pemumpukan zat karbofuran dalam jaringan tanaman sehingga dapat mengganggu metabolisme tanaman Nuraeni 2007.

8. Tenaga Kerja

Koefisien parameter dugaan untuk variabel tenaga kerja memiliki tanda negatif yang artinya setiap penambahan tenaga kerja akan mengakibatkan variance produktivitas jagung manis menurun. Nilai koefisien parameter tenaga kerja adalah -1,798, maka setiap penambahan penggunaan tenaga kerja sebesar 1 persen dapat menurunkan variance produktivitas jagung manis sebesar 1,798 persen dengan asumsi variabel produksi lainnya dianggap tetap. Faktor produksi tenaga kerja dapat dikatakan sebagai faktor pengurang risiko risk reducing 108 factors. Variabel tenaga kerja ini berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen terhadap variance produktivitas. Peningkatan jumlah tenaga kerja dapat menurunkan risiko produksi. Peningkatan tenaga kerja dapat dilakukan untuk kegiatan penyiraman dan penyiangan. Kondisi di lapang menunjukkan bahwa petani jarang melakukan penyiraman terutama pada musim kemarau. Tanaman jagung manis memang lebih tahan terhadap kekeringan, akan tetapi pada fase-fase tertentu tanaman jagung manis tidak boleh mengalami cekaman kekeringan. Fase dimana tanaman jagung tidak boleh mengalami cekaman kekeringan adalah fase perkecambahan, pembungaan dan pengisian biji. Selain kegiatan penyiraman, kegiatan penyiangan juga masih jarang dilakukan. Petani paling banyak melakukan penyiangan sebanyak 2 kali dan sebagian besar hanya melakukan satu kali pada saat pembumbunan. Penyiangan seharusnya dilakukan setiap 2 minggu sekali dimulai dari umur tanaman 15 HST. Penyiangan ini penting karena untuk mengendalikan populasi gulma. Penggunaan pupuk kandang dan pupuk kimia dapat merangsang pertumbuhan gulma yang tinggi. Jika populasi gulma tinggi maka akan terjadi persaingan antara gulma dengan tanaman jagung manis dalam menyerap hara dan air dalam tanah. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Fufa dan Hasan 2003 dan Fariyanti et al. 2007. Hasil penelitian Fufa dan Hasan 2003 menunjukkan bahwa peningkatan tenaga kerja untuk pengolahan lahan pada usahatani jagung dapat mengurangi risiko produksi. Fariyanti et al. 2007 juga menyatakan bahwa semakin tinggi penggunaan tenaga kerja pada usahatani kentang maka risiko produksinya juga menurun.

9. Musim

Nilai koefisien parameter dugaan untuk variabel musim adalah sebesar 0,108. Hal ini berarti bahwa variance produktivitas jagung manis pada musim kemarau lebih tinggi daripada musim hujan. Petani yang menanam jagung manis pada musim kemarau lebih berisiko daripada petani yang menanam pada musim hujan. Musim ini tidak berpengaruh nyata terhadap variance produktivitas pada taraf nyata 20 persen. 109 Hasil analisis risiko produksi menunjukkan bahwa musim tidak berpengaruh nyata terhadap risiko produksi. Hal ini diduga pada masing-masing musim memiliki risiko dengan pengaruh yang sama. Pada musim kemarau ancaman terbesar bagi tanaman jagung manis adalah kekeringan dan suhu tinggi. Sementara itu pada musim hujan intensitas serangan hama dan penyakit meningkat serta pengaruh cekaman kelebihan air. Menurut petani pada musim kemarau banyak tanaman jagung manis yang gagal berkecambah, banyak tanaman yang mati karena kekeringan dan tanaman tidak berbuah. Hal ini dikarenakan petani tidak melakukan penyiraman terhadap tanaman jagung manis. Petani melakukan penyiraman hanya pada saat setelah tanam yang bertujuan untuk melembabkan tanah supaya benih bisa berkecambah. Menurut Sirappa dan Razak 2010, tanaman jagung tidak boleh mengalami cekaman kekeringan pada fase berbunga atau pengisian biji 33-50 HST karena dapat menurunkan hasil sekitar 30-60 persen dari hasil kondisi normal. Kekurangan air pada fase berbunga menyebabkan terhambatnya proses pengisian biji karena bunga betina atau tongkol mengering sehingga jumlah biji dalam tongkol berkurang dan mengecilnya ukuran biji. Sementara itu, pada musim hujan intensitas serangan hama dan penyakit meningkat, pertumbuhan gulma meningkat dan tanaman tumbuh tidak normal. Menurut petani pada musim hujan serangan ulat dan belalang meningkat dibandingkan pada musim kemarau. Selain itu, pada musim hujan tanaman mengalami pembusukan pada bagian pucuk daun muda karena terkena air hujan. Daun tanaman muda juga banyak yang rusak karena terkena air hujan sehingga menyebabkan tumbuh tidak normal.

10. Varietas

Nilai koefisien parameter dugaan untuk variabel varietas benih adalah sebesar -1,622. Hal ini berarti bahwa variance produktivitas jagung manis benih varietas Hawai lebih rendah daripada benih varietas selain Hawai. Petani yang menggunakan varietas Hawai memiliki risiko produksi yang lebih rendah daripada petani yang menggunakan benih varietas selain Hawai. Varietas benih ini tidak berpengaruh nyata terhadap variance produktivitas pada taraf nyata 20 persen. 110 Benih varietas Hawai memiliki potensial produksi yang lebih rendah daripada benih lainnya seperti benih varietas Talenta, Sweet Boy atau Golden. Dari hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata, produktivitas benih varietas Hawai lebih rendah daripada varietas lainnya Talenta, Sweet Boy atau Golden meskipun produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan varietas lainnya, penggunaan benih varietas Hawai ternyata memiliki risiko yang lebih rendah daripada varietas lainnya. Hal ini dikarenakan, menurut petani benih varietas Hawai ini dinilai memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan dan kondisi alam Desa Gunung Malang lebih baik dibandingkan dengan benih varietas lainnya. Selain lebih sesuai dengan kondisi alam Desa Gunung Malang, benih varietas Hawai juga memiliki daya tumbuh yang lebih besar dibandingkan dengan benih varietas lainnya. Hal serupa juga dinyatakan oleh Widiyanti 2000. Hasil penelitian Widiyanti 2000 menunjukkan bahwa rata-rata petani jagung manis di Desa Titisan, Kabupaten Sukabumi, banyak menggunakan benih jagung manis varietas Hawai karena memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan yang lebih baik dan umurnya lebih genjah. 111 VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani yang diperoleh maka dikatakan petani tersebut sukses melakukan usahanya dan akan timbul kepuasan pada petani. Pendapatan petani diukur dengan menghitung total penerimaan usahatani dikurangi dengan total biaya usahatani yang telah dikeluarkan. Penerimaan usahatani diperoleh dari hasil produksi dikali dengan harga jual dari produksi tersebut. Pengeluaran usahatani dihitung dari besarnya biaya pengeluaran untuk membeli input usahatani baik input tetap maupun input variabel. Pendapatan usahatani dilihat dari dua sisi yaitu pendapatan usahatani atas biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Pendapatan usahatani atas biaya tunai merupakan pendapatan usahatani yang diukur dari total seluruh biaya yang benar-benar dikeluarkan secara tunai oleh petani. Pendapatan atas biaya total dihitung terhadap seluruh biaya baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan. Faktor eksternal seperti musim diduga berpengaruh terhadap produksi jagung manis. Jumlah produksi terkait dengan pengaruh musim sebagai salah satu sumber risiko eksternal. Produksi jagung manis tentu saja akan menentukan pendapatan usahatani yang akan diperoleh petani. Dalam analisis pendapatan usahatani ini akan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pendapatan usahatani untuk musim kemarau dan musim hujan. Tujuan pembagian kelompok ini adalah ingin mengetahui bagaimana pengaruh risiko yang disebabkan oleh musim terhadap pendapatan usahatani jagung manis petani responden di Desa Gunung Malang. Dari total 31 responden, sebanyak 15 orang menanam jagung manis pada musim kemarau dan sebanyak 16 orang menanam jagung manis pada musim hujan.

7.1 Penerimaan Usahatani Jagung Manis