114
Tabel 21 . Rata-Rata Penerimaan Usahatani Jagung Manis Petani Responden per
Hektar pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Desa Gunung Malang pada Musim Tanam Tahun 2011-2012
Komponen Penerimaan
Musim Kemarau Musim Hujan
Fisik Harga
Penerimaan Fisik
Harga Penerimaan
Kg Rpkg
Rp Kg
Rpkg Rp
Penerimaan Tunai Jagung
Manis 8.040,51
1.550,00 13.103.073,22
8.298,65 1.625,00
14.020.687,23 Penerimaan
Tunai Jagung Semi
645,67 1.815,38
1.057.564,10 629,44
1.228,57 784.415,58
Total Penerimaan
14.160.637,32 14.805.102,81
7.2 Pengeluaran Usahatani Jagung Manis
Pengeluaran usahatani jagung manis terbagi menjadi dua bagian yaitu pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai terdiri
dari biaya yang dikeluarkan secara tunai untuk membeli input produksi seperti biaya pembelian benih, pupuk kimia urea, phonska, dan TSP, pupuk kandang,
pestisida cair, furadan, biaya transportasi, upah tenaga kerja di luar keluarga, pajak lahan dan sewa lahan. Sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan terdiri
dari biaya yang tidak secara tunai dikeluarkan oleh petani seperti biaya penyusutan peralatan, upah tenaga kerja dalam keluarga dan biaya sewa lahan
yang diperhitungkan. Adapun besarnya rata-rata pengeluaran usahatani jagung manis dapat dilihat pada Tabel 22.
Biaya pengeluaran tunai mengambil proporsi terbesar terhadap total biaya yaitu 80,12 persen pada musim kemarau dan 85,41 persen pada musim hujan.
Rata-rata pengeluaran biaya tunai pada musim hujan lebih besar daripada musim kemarau. Hal ini dikarenakan pengaruh jumlah penggunaan input dan harga input
tersebut. Biaya pengeluaran tunai terbesar yang harus ditanggung oleh petani adalah biaya upah tenaga kerja. Penelitian Putra 2011, Setiyanto 2008 dan
Suroso 2006 juga menunjukkan bahwa pengeluaran terbesar dari total biaya tunai usahatani jagung adalah biaya tenaga kerja di luar keluarga. Menurut
Setiyanto 2008 hal ini disebabkan oleh keluarga petani yang tidak ikut membantu dalam usahatani jagung sehingga untuk memenuhi kekurangan tenaga
115 kerja petani menyewa tenaga kerja dari luar keluarga. Usahatani jagung manis di
Desa Gunung Malang masih menerapkan sistem padat karya sehingga banyak menggunakan tenaga kerja manusia. Selain itu, beberapa kegiatan seperti
pengolahan lahan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dan tidak mungkin dipenuhi dari tenaga kerja dalam keluarga karena jumlah anggota keluarga yang
terbatas.
Tabel 22 . Rata-Rata Pengeluaran Usahatani Jagung Manis Petani Responden per
Hektar pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Desa Gunung Malang pada Musim Tanam Tahun 2011-2012
No Pengeluaran
Satuan Musim Kemarau
Musim Hujan Fisik
Pengeluaran Fisik
Pengeluaran Satuan
Rp Satuan
Rp
A Biaya Tunai
1 Pembelian Benih
Kgha 7,63
563.106,73 7,19
732.140,15 2
Pupuk Kimia 0,00
Urea Kgha
453,44 910.602,34
373,68 716.456,78
Phonska Kgha
237,36 614.201,91
201,06 509.162,03
TSP Kgha
216,77 509.569,84
216,75 514.761,90
3 Pupuk Kandang
Kgha 3.044,97
638.733,63 4.067,49
861.420,45 4
Pestisida Cair mlha
1.429,17 374.500,00
1.040,51 253.250,36
5 Furadan
Kgha 14,55
175.511,28 16,88
197.286,33 6
Biaya Transportasi Rp
860.008,77 884.940,48
7 TKLK
HOKha 134,25
5.477.069,42 135,97
5.148.955,97 8
Pajak Lahan Rp
91.666,67 91.666,67
9 Sewa Lahan
Rp 1.543.000,00
1.543.000,00
Total Biaya Tunai 11.757.970,57
11.453.041,12 B
Biaya Diperhitungkan
1 Penyusutan
Rp 23.607,14
23.607,14 2
TKDK HOKha
54,44 2.097.256,94
40,48 1.135.937,50
3 Sewa Lahan
Rp 796.387,10
796.387,10
Total Biaya Diperhitungkan
2.917.251,18 1.955.931,74
Total Biaya 14.675.221,76
13.408.972,86
Pengeluaran rata-rata untuk upah tenaga kerja di luar keluarga pada musim kemarau sebesar 37,32 persen terhadap total biaya sedangkan pada musim hujan
sebesar 38,40 persen terhadap biaya total. Pada musim hujan pengeluaran untuk
116 upah tenaga kerja lebih besar, hal ini diduga dikarenakan penggunaan tenaga kerja
untuk pembumbunan lebih banyak. Pada musim hujan, kegiatan pembumbunan tidak hanya dilakukan untuk meninggikan bedengan dan menyiangi gulma tetapi
juga digunanakan untuk memperbaiki drainase lahan. Hal ini menyebabkan beban pekerjaan tenaga kerja menjadi bertambah berakibat pada penggunaan tenaga
kerja semakin banyak atau jumlah hari kerjanya yang bertambah. Selain biaya untuk upah tenaga kerja, biaya pembelian pupuk kimia juga
mengambil proporsi yang terbesar kedua terhadap total biaya. Pengeluaran untuk pembelian pupuk kimia pada musim kemarau lebih besar daripada musim hujan.
Pengeluaran pembelian pupuk kimia pada musim kemarau mencapai 13,86 persen terhadap total biaya dan pada musim hujan mencapai 12,98 persen. Perbedaan
penggunaan pupuk kimia ini dikarenakan pada musim kemarau ketersediaan air berkurang sehingga petani ingin meningkatkan hasil produksi dengan
menggunakan pupuk yang lebih banyak. Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan, upah tenaga
kerja dalam keluarga dan sewa lahan yang diperhitungkan. Biaya penyusutan merupakan biaya penyusutan peralatan usahatani yang digunakan oleh rata-rata
seluruh petani responden. Biaya penyusutan pada kedua musim adalah sama karena setiap petani hampir rata-rata memiliki peralatan usahatani yang sama.
Biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi nilai sisanya tidak ada. Biaya upah tenaga kerja dalam keluarga
merupakan biaya yang diperhitungkan karena secara tunai petani tidak mengeluarkan biaya untuk upah tenaga kerja dalam keluarga. Akan tetapi biaya
upah tenaga kerja dalam keluarga ini patut diperhitungkan karena tenaga kerja dalam keluarga juga berhak atas imbalan dari hasil kerja mereka. Biaya sewa yang
diperhitungkan merupakan opportunity cost yang bisa diterima petani apabila lahan milik petani tersebut disewakan.
Presentase pengeluaran terbesar atas biaya yang tidak diperhitungkan terhadap total biaya adalah pengeluaran terhadap upah tenaga kerja dalam
keluarga. Pada musim kemarau, besarnya pengeluaran untuk upah tenaga kerja dalam keluarga mencapai 14,29 persen dan pada musim hujan mencapai 8,47
persen. Penelitian Putra 2011 dan Setiyanto 2008 juga menunjukkan bahwa
117 pengeluaran terbesar dari biaya tidak tunai petani adalah biaya tenaga kerja
keluarga. Biaya sewa yang diperhitungkan diperoleh dari rata-rata biaya sewa lahan yang berlaku di Desa Gunung Malang. Rata-rata biaya sewa lahan per tahun
di Desa Gunung malang yaitu Rp 7.250.000,00ha dengan nilai sewa rata-rata per periode tanam Rp 1.543.000,00ha. Dari nilai sewa per periode tanam tersebut
diperoleh nilai sewa yang diperhitungkan sebesar Rp 796.387,09ha. Total rata-rata pengeluaran usahatani pada musim kemarau ternyata lebih
besar daripada total rata-rata pengeluaran usahatani pada musim hujan. Selisih total rata-rata pengeluaran pada musim kemarau dengan musim hujan mencapai
Rp 1.266.248,90. Pengeluaran untuk pupuk kimia dan biaya tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan pada kedua musim menjadi penyebab dalam
perbedaan total rata-rata pengeluaran tersebut. Pada musim kemarau, penggunaan pupuk kimia lebih besar daripada musim hujan. Hal ini dikarenakan pada musim
kemarau ketersediaan air berkurang sehingga petani ingin meningkatkan hasil produksi dengan menggunakan pupuk yang lebih banyak. Penggunaan pupuk
yang lebih banyak menyebabkan pengeluaran tunai untuk pembelian pupuk kimia juga lebih besar. Selain itu pada musim kemarau, petani responden menggunakan
tenaga kerja dalam keluarga lebih besar daripada musim hujan sehingga pengeluaran untuk tenaga kerja dalam keluarga lebih besar pada musim kemarau.
7.3 Pendapatan Usahatani Jagung Manis