Umur Tingkat Pendidikan Karakteristik Responden

58 persen hanya menguasai lahan pertanian kurang dari satu hektar sisanya sebesar 1,13 persen memiliki lahan 1 – 5 Ha Desa Gunung Malang 2010. Petani di Desa Gunung Malang masih banyak yang menggunakan tenaga kerja manusia untuk kegiatan pertanian seperti kegiatan pengolahan lahan, akan tetapi petani tersebut juga sudah mengenal penggunaan alat modern seperti penggunaan traktor untuk megolah tanah. Para petani ini juga sudah melakukan sistem rotasi tanaman untuk satu lahan yang sama. Para petani tersebut sudah berorientasi pada kegiatan komersial yang terlihat dari hasil panen petani sebagian besar sudah dijual dan hanya sebagian kecil saja yang dikonsumsi sendiri. Hasil pertanian yang utama di Desa Gunung Malang adalah tanaman pangan dan tanaman sayuran. Tanaman pangan yang di hasilkan antara lain padi, ubi jalar, dan ubi kayu. Komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan diantaranya jagung manis, kacang panjang, tomat, mentimun, buncis, dan terong Desa Gunung Malang 2010. Petani melakukan rotasi tanaman sehingga dalam satu tahun petani menanam komoditas yang berbeda-beda. Selain melakukan rotasi tanaman, petani juga melakukan tumpang sari dan tumpang gilir pada lahan pertaniannya untuk mendapatkan hasil panen yang berlipat.

5.2 Karakteristik Responden

Petani responden dalam penelitian ini merupakan petani yang pernah menanam tanaman jagung manis yang ada di Desa Gunung Malang. Petani responden berjumlah 31 orang. Karakteristik dari masing-masing petani berbeda- beda. Karakteristik petani dapat mempengaruhi keragaan tani dari aspek teknik budidaya sehingga akan berpengaruh juga terhadap produksi yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan perlunya melakukan analisis terhadap karakteristik petani tersebut. Karakteristik petani responden yang dianggap penting mencakup umur, tingkat pendidikan, status usahatani, pengalaman bertani, status kepemilikan lahan, luas lahan, pola tanam, dan sistem pemasaran.

5.2.1 Umur

Petani responden dalam penelitian ini memiliki umur yang beragam antara 30 –73 tahun. Presentase umur tetinggi berada pada usia 40-49 tahun dengan presentase yang sebesar 32,26 persen. Presentase umur terendah berada pada usia 59 lebih besar dari 60 tahun dengan presentase hanya sebesar 16,13 persen. Sebaran umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 . Karakteristik Petani Responden di Desa Gunung Malang Berdasarkan Umur Tahun 2012 No Usia Tahun Jumlah Orang Presentase 1 30 - 39 9 29,03 2 40 - 49 10 32,26 3 50 - 59 7 22,58 4 60 5 16,13 Jumlah 31 100,00 Presentase persebaran umur responden hampir merata pada usia 30-39 dan 40-49. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak angkatan kerja yang berada pada usia produktif yang bekerja menjadi petani. Usia produktif merupakan usia yang paling tepat untuk menjalankan aktifitas-aktifitas bekerja seperti bertani karena secara fisik masih baik, memiliki semangat yang tinggi dan adanya kewajiban untuk menghidupi keluarga. Akan tetapi diantara ketiga rentang usia tersebut, petani responden banyak tersebar pada usia 40-49. Petani responden pada rentang usia ini sudah bekerja sebagai petani sejak masih remaja dan masih bertahan menjadi petani sampai usia tua. Petani responden yang berusia di bawah 30 tahun sangat jarang ditemui. Hal ini dikarenakan pada usia di bawah 30 tahun tersebut banyak yang lebih tertarik mencari pekerjaan di Kota Bogor, Jakarta atau kota-kota besar di sekitar Bogor.

5.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani responden sebagian besar adalah lulusan sekolah dasar yaitu mencapai 64,52 persen. Sebagian besar petani dan masyarakat di Desa Gunung Malang pada saat usia sekolah mereka hanya mampu mengenyam pendidikan sekolah dasar dan tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya karena berbagai alasan diantaranya adalah alasan finansial. Setelah lulus dari sekolah dasar, petani lebih memilih untuk membantu orang tua mereka bertani daripada harus melanjutkan pendidikannya. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya petani yang hanya lulusan sekolah dasar. Presentase terkecil terdapat 60 pada lulusan perguruan tinggi yaitu hanya 3,23 persen atau hanya satu orang dari petani responden yang berpendidikan perguruan tinggi. Sangat jarang sekali dijumpai para lulusan perguruan tinggi yang bekerja di bidang pertanian terutama menjadi petani. Lulusan perguruan tinggi pada umumnya lebih memilih pekerjaan lain selain petani. Sebaran tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 . Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Gunung Malang Tahun 2012 No Pendidikan Jumlah Orang Presentase 1 Tidak Sekolah 2 6,45 2 SD 20 64,52 3 SMP 5 16,13 4 SMA 3 9,68 5 Perguruan Tinggi 1 3,23 Jumlah 31 100,00 Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berfikir petani dan tingkat penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan. Petani dengan jenjang pendidikan yang tinggi mampu mengaplikasikan ilmu di bangku sekolah lebih banyak daripada dengan petani yang hanya mengenyam pendidikan dasar dan dapat dengan mudah menerima sesuatu hal yang baru. Hal ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan pola pikir sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku petani dalam melakukan budidaya tanaman. Akan tetapi, tingkat pendidikan yang rendah belum tentu membuat petani menjadi kalah dengan petani berpendidikan tinggi. Petani dengan pendidikan rendah tetapi memiliki pengalamaman bertani yang cukup lama mampu bersaing lebih unggul daripada petani dengan pendidikan tinggi tetapi sedikit pengalaman bertaninya.

5.2.3 Status Usahatani