111
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS
Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar
pendapatan usahatani yang diperoleh maka dikatakan petani tersebut sukses melakukan usahanya dan akan timbul kepuasan pada petani. Pendapatan petani
diukur dengan menghitung total penerimaan usahatani dikurangi dengan total biaya usahatani yang telah dikeluarkan. Penerimaan usahatani diperoleh dari hasil
produksi dikali dengan harga jual dari produksi tersebut. Pengeluaran usahatani dihitung dari besarnya biaya pengeluaran untuk membeli input usahatani baik
input tetap maupun input variabel. Pendapatan usahatani dilihat dari dua sisi yaitu pendapatan usahatani atas biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total.
Pendapatan usahatani atas biaya tunai merupakan pendapatan usahatani yang diukur dari total seluruh biaya yang benar-benar dikeluarkan secara tunai oleh
petani. Pendapatan atas biaya total dihitung terhadap seluruh biaya baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan.
Faktor eksternal seperti musim diduga berpengaruh terhadap produksi jagung manis. Jumlah produksi terkait dengan pengaruh musim sebagai salah satu
sumber risiko eksternal. Produksi jagung manis tentu saja akan menentukan pendapatan usahatani yang akan diperoleh petani. Dalam analisis pendapatan
usahatani ini akan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pendapatan usahatani untuk musim kemarau dan musim hujan. Tujuan pembagian kelompok ini adalah
ingin mengetahui bagaimana pengaruh risiko yang disebabkan oleh musim terhadap pendapatan usahatani jagung manis petani responden di Desa Gunung
Malang. Dari total 31 responden, sebanyak 15 orang menanam jagung manis pada musim kemarau dan sebanyak 16 orang menanam jagung manis pada musim
hujan.
7.1 Penerimaan Usahatani Jagung Manis
Penerimaan usahatani jagung manis dihitung berdasarkan rata-rata luasan lahan para petani responden yang dikonversi dalam hektar pada satu periode
tanam. Penerimaan usahatani dihitung untuk dua musim berbeda yaitu musim kemarau dan musim hujan. Penerimaan usahatani jagung manis terdiri dari dua
112 komponen yaitu penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan.
Penerimaan tunai merupakan nilai dari hasil penjualan jagung manis. Nilai penjualan jagung manis yaitu perkalian dari jumlah produksi jagung manis per
musim per hektar dikalikan dengan harga per satuan yang diterima oleh petani. Pendapatan lain dari usahatani jagung manis adalah penjualan baby corn.
Penjualan baby corn ini masuk dalam komponen penerimaan tunai usahatani. Penerimaan yang diperhitungkan tidak dimasukkan dalam analisis pendapatan.
Hal ini dikarenakan sangat jarang bahkan hampir tidak ada petani yang mengkonsumsi jagung manis hasil panennya sendiri. Kalaupun ada petani yang
menggunakan jagung manis untuk konsumsi pribadi jumlahnya sangat kecil sekali. Seluruh hasil panen jagung manis milik petani langsung dijual baik
melalui tengkulak maupun dijual sendiri. Penerimaan ditentukan oleh jumlah produksi yang dihasilkan dengan
harga jual yang diterima oleh petani pada saat itu. Produksi rata-rata petani pada musim kemarau ternyata berbeda dengan produksi pada musim hujan. Pada
musim kemarau produktivitas rata-rata jagung manis sebesar 8,04 tonha dan produktivitas rata-rata jagung semi sebesar 645,67 kgha. Sedangkan pada musim
hujan rata-rata produktivitas jagung manis lebih tinggi daripada musim kemarau yaitu sebesar 8,30 tonha dan rata-rata produktivitas jagung semi sebesar 629,44
kgha. Produktivitas jagung manis pada kedua musim masih dibawah produktivitas potensial jagung manis secara umum yaitu 12-14 tonha. Hal ini
menunjukkan bahwa petani belum bisa mencapai produktivitas potensialnya yang diduga disebabkan karena adanya risiko produksi.
Perbedaan jumlah produksi pada musim kemarau dan musim hujan tidak berbeda jauh. Akan tetapi produksi pada musim hujan masih lebih tinggi daripada
musim kemarau. Hal ini berarti pada musim kemarau risiko produksi lebih besar. Adanya risiko pada musim kemarau ini disebabkan oleh tanaman yang
kekurangan air yang dapat mengakibatkan tanaman mati kekeringan. Perawatan yang dilakukan petani tidak dilakukan secara baik karena petani tidak melakukan
penyiranam pada musim kemarau sehingga tanaman mengalami kekeringan. Pada musim hujan petani juga tidak terlepas dari adanya risiko yang dikarenakan
gulma, hama dan penyakit. Populasi gulma, hama dan penyakit meningkat pada
113 musim hujan terutama untuk hama belalang dan ulat serta penyakit bulai. Jadi,
pada musim kemarau petani dihadapkan pada sumber risiko kekeringan sedangkan pada musim hujan petani di hadapkan pada sumber risiko gulma, hama
dan penyakit. Hal ini yang menyebabkan produksi pada kedua musim tidak berbeda jauh.
Harga rata-rata yang diterima petani juga berbeda. Pada musim hujan harga rata-rata jagung manis Rp 1.625kg dan harga jagung semi rata-rata Rp
1.228,57kg, sedangkan pada musim kemarau harga rata-rata jagung manis Rp 1.550,00kg dan jagung semi Rp 1.815,38kg. Harga rata-rata jagung manis pada
musim hujan lebih tinggi daripada musim kemarau. Perbedaan harga ini dikarenakan sistem pemasaran yang dilakukan petani berbeda. Sistem pemasaran
yang dilakukan petani dibagi menjadi dua yaitu menjual langsung ke pasar dan menjual ke tengkulak. Petani yang menjual langsung ke pasar dengan ke
tengkulak sudah pasti harga yang diterima petani akan berbeda. Petani yang menjual jagung manis pada tengkulak juga mengalami variasi harga. Hal ini
dikarenakan petani menjual jagung manis pada tengkulak yang berbeda-beda dan pada waktu yang berbeda juga sehingga harga yang diterima petani juga akan
berbeda. Menurut petani harga jagung manis berfluktuatif tergantung dengan permintaan dan penawaran pasar. Harga terendah yang pernah diterima petani
adalah Rp 500,00kg sedangkan harga tertinggi yang pernah diterima petani adalah Rp 3.500,00kg.
Perbedaan harga dan perbedaan produksi menyebabkan perbedaan pada rata-rata penerimaan jagung manis. Rata-rata penerimaan tunai jagung manis pada
musim hujan lebih besar daripada musim kemarau. Selisih penerimaan tunai antara musim hujan dengan musim kemarau mencapai Rp 917.614,01. Produksi
dan harga jual jagung manis pada musim kemarau lebih rendah daripada musim hujan sehingga penerimaan pada musim hujan lebih tinggi daripada musim
kemarau. Hasil total rata-rata penerimaan usahatani jagung manis dapat dilihat pada Tabel 21.
114
Tabel 21 . Rata-Rata Penerimaan Usahatani Jagung Manis Petani Responden per
Hektar pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Desa Gunung Malang pada Musim Tanam Tahun 2011-2012
Komponen Penerimaan
Musim Kemarau Musim Hujan
Fisik Harga
Penerimaan Fisik
Harga Penerimaan
Kg Rpkg
Rp Kg
Rpkg Rp
Penerimaan Tunai Jagung
Manis 8.040,51
1.550,00 13.103.073,22
8.298,65 1.625,00
14.020.687,23 Penerimaan
Tunai Jagung Semi
645,67 1.815,38
1.057.564,10 629,44
1.228,57 784.415,58
Total Penerimaan
14.160.637,32 14.805.102,81
7.2 Pengeluaran Usahatani Jagung Manis