Analisis Deskriptif Analisis Pendapatan Usahatani

40 statistik yaitu lebih dari atau sama dengan 30 orang karena sudah terdistribusi normal dan dapat digunakan untuk memprediksi populasi yang diteliti. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan responden sebanyak 31 orang sedangkan sisanya sebanyak tiga responden tidak digunakan untuk pengamatan. Tiga responden dikeluarkan dari pengamatan karena mengandung data pencilan sehingga tidak bisa mewakili keragaman data.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dan diskusi. Kegiatan observasi atau pengamatan langsung terhadap objek penelitian dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Pengumpulan data melalui wawancara dan diskusi kepada pihak-pihak terkait dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian, proses kegiatan teknis seperti kegiatan produksi dan pemasaran, sumber risiko, dan keterangan lain yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

4.5 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan mengenai fenomena yang diteliti. Dalam analisis kualitatif ini menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis risiko produksi dan analisis pendapatan usahatani. Pengolahan data secara kuntitatif menggunakan alat bantu kalkulator, Microsoft Exel 2010, dan SPSS versi 17.

4.5.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan secara rinci mengenai karakteristik petani responden seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan sebagainya. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani yang dijalankan oleh petani responden seperti teknik budidaya, penggunaan input dan informasi lain yang terkait dengan budidaya. Metode analisis deskriptif ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan petani. 41

4.5.2 Analisis Risiko Produksi

Pengukuran risiko produksi pada penelitian ini menggunakan metode Just and Pope.

4.5.2.1 Model Just and Pope

Risiko produksi dapat diidentifikasi menggunakan nilai variance produktivitas. Salah satu model yang digunakan untuk mengetahui variance produktivitas yaitu model Just and Pope. Dengan model Just and Pope ini, risiko produksi diperoleh dengan melakukan pendugaan terhadap fungsi produksi rata- rata dan fungsi variance produktivitas. Fungsi produksi yang digunakan dalam model ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Produksi jagung manis di Desa Gunung Malang dipengaruhi oleh faktor produksi dan faktor eksternal. Perbedaan penggunaan faktor produksi dapat mempengaruhi hasil produksi tanaman jagung manis hal ini menyebabkan produktivitas jagung manis yang dihasilkan oleh petani beragam. Menurut Putra 2011, produksi jagung manis ditentukan oleh luas lahan, jumlah benih, pupuk urea, pupuk KCl, pupuk TSP, jumlah pestisida, dan jumlah tenaga kerja. Dengan mengacu pada penelitian terdahulu tersebut dan dengan melakukan penyesuaian terhadap kondisi di lapang, produktivitas jagung manis di Desa Gunung Malang dipengaruhi oleh faktor produksi diantaranya penggunaan benih, penggunaan pupuk kandang, penggunaan pupuk urea, penggunaan pupuk phonska, penggunaan pupuk TSP, penggunaan pestisida cair, penggunaan furadan, jumlah tenaga kerja dan varietas benih yang digunakan. Selain itu, produktivitas juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu pengaruh musim. Adapun fungsi produksi rata-rata dan fungsi variance produktivitas jagung manis sebagai berikut: Fungsi Produksi Rata-Rata: LnY i β + β 1 LnX 1i + β 2 LnX 2i + β 3 LnX 3i + β 4 LnX 4i + β 5 LnX 5i + β 6 LnX 6i + β 7 LnX 7i + β 8 LnX 8i + β 9 D 1i + β 10 D 2i + ε Fungsi Variance Produktivitas : Lnσ 2 Yi θ + θ 1 LnX 1i + θ 2 LnX 2i + θ 3 LnX 3i + θ 4 LnX 4i + θ 5 LnX 5i + θ 6 LnX 6i + θ 7 LnX 7i + θ 8 LnX 8i + θ 9 D 1i + θ 10 D 2i + ε 42 Variance Produktivitas : σ 2 Yi = Yi - ̂i 2 Dimana: Y = Produktivitas Jagung Manis Aktual tonha ̂ = Produktivitas Jagung Manis Dugaan tonha X 1 = Jumlah penggunaan benih per musim tanam kgha X 2 = Jumlah penggunaan pupuk kandang per musim tanam kgha X 3 = Jumlah penggunaan pupuk urea per musim tanam kgha X 4 = Jumlah penggunaan pupuk phonska per musim tanam kgha X 5 = Jumlah penggunaan pupuk TSP per musim tanam kgha X 6 = Jumlah penggunaan pestisida cair per musim tanam mlha X 7 = Jumlah penggunaan furadan per musim tanam kgha X 8 = Jumlah tenaga kerja per musim tanam HOKha D 1 = Dummy Musim D1 = 1 jika musim kemarau dan D1 = 0 jika musim hujan D 2 = Dummy Varietas D2 = 1 jika varietas benih Hawai dan D2 = 0 jika lainnya σ 2 Y = Variance produktivitas jagung manis ε = error i = Petani responden β 1 ,β 2 ,...,β 8 = Koefisien parameter dugaan X 1 , X 2 ,..., X 8 θ 3 ,θ 4 ,...,θ 10 = Koefisien parameter dugaan X 1 , X 2 ,..., X 8 Penentuan variabel dummy musim didasarkan bahwa pada musim hujan peluang serangan hama dan penyakit meningkat sehingga dapat menurunkan produksi. Oleh karena itu, musim kemarau diduga dapat menghasilkan produksi yang lebih besar daripada musim hujan. Variabel dummy varietas menggunakan acuan varietas Hawai. Hal ini dikarenakan varietas Hawai banyak digunakan oleh petani jagung manis dan dinilai lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan Desa Gunung Malang. Oleh karena itu, varietas Hawai diduga mampu menghasilkan produksi yang lebih besar daripada varietas lainnya.

4.5.2.2 Hipotesis

1. Hipotesis untuk fungsi produksi rata-rata Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa petani bertindak rasional dalam melakukan proses produksi sehingga setiap faktor produksi berpengaruh positif terhadap rata-rata hasil produksi jagung manis. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 43 a. Benih X 1 β 1 0, artinya semakin banyak benih jagung manis yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. b. Pupuk Kandang X 2 β 2 0, artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. c. Pupuk Urea X 3 β 3 0, artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. d. Pupuk Phonska X 4 β 4 0, artinya semakin banyak pupuk phonska yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. e. Pupuk TSP X 5 β 4 0, artinya semakin banyak pupuk TSP yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. f. Pestisida Cair X 6 β 5 0, artinya semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. g. Furadan X 7 β 6 0, artinya semakin banyak furadan yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. h. Tenaga Kerja X 8 β 7 0, artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. i. Musim D 1 β 8 0, artinya pada musim kemarau produktivitas jagung manis lebih tinggi daripada musim hujan. j. Varietas D 1 β 8 0, artinya penggunaan varietas hawai dapat menghasilkan produktivitas lebih besar daripada menggunakan varietas selain hawai. 44 2. Hipotesis untuk fungsi variance produktivitas Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa tidak semua faktor produksi berpengaruh positif terhadap variance produktivitas jagung manis. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: a. Benih X 1 θ 3 0, artinya semakin banyak benih jagung manis yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga benih dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko risk inducing factors. b. Pupuk Kandang X 2 θ 4 0, artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk kandang dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko risk inducing factors. c. Pupuk Urea X 3 θ 5 0, artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk urea dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko risk inducing factors. d. Pupuk Phonska X 4 θ 6 0, artinya semakin banyak pupuk phonska yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk phonska dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko risk inducing factors. e. Pupuk TSP X 5 θ 6 0, artinya semakin banyak pupuk TSP yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk TSP dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko risk inducing factors. f. Pestisida Cair X 6 θ 7 0, artinya semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun, 45 sehingga pestisida cair dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko risk reducing factors. g. Furadan X 7 θ 8 0, artinya semakin banyak furadan yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun, sehingga furadan dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko risk reducing factors. h. Tenaga Kerja X 7 θ 9 0, artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun, sehingga tenaga kerja dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko risk reducing factors. i. Musim D 1 θ 10 0, artinya jika tanaman ditanam pada musim kemarau maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun sehingga musim kemarau dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko risk reducing factors. j. Varietas D 1 θ 10 0, artinya jika tanaman yang ditanam menggunakan benih varietas hawai maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun sehingga benih varietas hawai dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko risk reducing factors.

4.5.2.3 Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik

Pengujian pada penyimpangan asumsi klasik digunakan untuk mendapatkan model terbaik untuk melakukan pendugaan. Pengujian dilakukan untuk kedua model baik model fungsi produksi maupun model fungsi variance produktivitas. Pengujian penyimpangan asumsi klasik yang dilakukan adalah pengujian multikolinier dan autokorelasi. Pengujian heteroskedastisitas tidak dilakukan karena pendekatan analisis risiko produksi pada fungsi variance produktivitas sudah mewakili pengujian heteroskedastisitas. 46 1. Uji Multikolinieritas Salah satu asumsi model linier klasik adalah tidak adanya multikolinieritas sempurna yaitu tidak adanya hubungan linier yang pasti di antara variabel- variabel penjelas Gujarati 2007. Jika terjadi multikolinieritas dalam model dapat menyebabkan estimasi pengaruh dari semua parameter variabel independen terhadap variabel dependen tidak dapat dijelaskan sehingga model tidak dapat diggunakan sebagai model dugaan terbaik. Untuk mendeteksi adanya gejala multikolinier dapat dilihat dari nilai Variable Inflation Factor VIF. Apabila nilai VIF pada masing-masing variabel independen memiliki nilai lebih dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model tersebut terjadi multikolinieritas. Rumus untuk mencari VIF adalah sebagai berikut: IF 1 1- i 2 2. Uji Autokorelasi Selain tidak boleh adanya multikolinier, dalam asumsi model linier klasik juga tidak boleh adanya autokorelasi. Autokorelasi yaitu adanya korelasi di antara komponen error, artinya komponen error yang berhubungan dengan suatu observasi terkait dengan atau dipengaruhi oleh komponen error pada observasi lain Gujarati 2007. Adanya gejala autokorelasi dalam model dapat menyebabkan variabel penjelas menjadi tidak dapat diestimasikan dengan baik karena nilai uji t dan uji F mengalami penyimpangan. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada model dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian Durbin- Watson DW. Pengujian Durbin-Watson dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistik untuk mendapatkan nilai DW hitung. Nilai uji DW tabel diperoleh dengan menentukan jumlah sampel n dan jumlah variabel penjelas diluar konstanta k. Kemudian melihat nilai DW pada tabel dan diperoleh nilai DW batas atas d U dan DW batas bawah d L . Kriteria hasil uji dapat dilihat pada Gambar 5. 47 Gambar 5 . Statistik d Durbin-Watson Sumber : Gujarati 2007

4.5.2.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat tingkat akurasi atau tingkat kesesuaian model dalam memprediksi variabel dependent. Pengujian hipotesis dilakukan melalui evaluasi model dugaan yaitu dengan melihat nilai koefisien determinasi R 2 , uji signifikansi model dugaan, dan uji signifikansi variabel. a. Koefisien Determinasi R 2 Koefisien determinasi R 2 digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian goodness of fit model dugaan dan untuk mengetahui seberapa jauh keragaman produksi dan variance produktivitas dapat dijelaskan oleh variabel independen yang telah dipilih. Nilai R 2 maksimal bernilai 1 dan minimal bernilai 0. Nilai R 2 menunjukkan seberapa besar keragaman produksi dapat dijelaskan oleh variabel independent yang dipilih dan sisanya 1-R 2 dijelaskan oleh komponen yang tidak dimasukkan dalam model atau komponen error. Semakin besar nilai koefisien determinasi R 2 berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent. Koefisien determinasi R 2 dapat dituliskan sebagai berikut Gujarati dan Porter 2010: 2 Jumlah Kuadrat egresi Jumlah Kuadrat otal 2 ∑ ̂- ̅ 2 ∑ - ̅ 2 Ada Autokorelasi positif Ada Autokorelasi negatif Daerah meragukan Daerah meragukan Tidak ada autokorelasi d L d U 4-d U 4-d L 4 2 48 b. Uji signifikansi model dugaan Uji signifikansi model dugaan digunakan untuk mengetahui apakah faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi jagung manis. Pengujian model dugaan menggunakan uji F Gujarati dan Porter 2010. Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut: 1 Hipotesis Pengujian fungsi produksi rata-rata: H : β 1 β 2 .... β 8 = 0 H 1 : Ada salah satu β i yang tidak sama dengan 0 Pengujian fungsi variance produktivitas: H : θ 3 θ 4 .... θ 10 = 0 H 1 : Ada salah satu θ i yang tidak sama dengan 0 2 Statistik Uji – Uji F F hitung 2 k-1 ⁄ 1- 2 n-k ⁄ Dimana: R 2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel bebas termasuk intersept n = Jumlah sampel 3 Kriteria Uji Kriteria uji dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai sebaran F pada tabel: F hitung F k-1, n-k pada taraf nyata α, maka tolak H F hitung F k-1, n-k pada taraf nyata α, maka terima H Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut: P- value α , maka tolak H P- value α , maka terima H Apabila F hitung F k-1, n-k atau P- value α maka secara bersama-sama variabel bebas dalam kegiatan produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi atau variance produktivitas. Sedangkan apabila F hitung F k-1, n-k atau P- value α maka secara bersama-sama variabel bebas atau faktor 49 produksi tersebut tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi atau variance produktivitas. c. Uji signifikansi variabel Uji signifikansi variabel digunakan untuk mengetahui variabel bebas mana saja yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Uji yang digunakan yaitu uji T Gujarati dan Porter, 2010. Prosedur uji signifikansi variabel sebagai berikut: 1 Hipotesis Pengujian fungsi produksi rata-rata: H : β i = 0 , i = 1,2,3,...,8 H 1 : β i ≠ 0 Pengujian fungsi variance produktivitas: H : θ i = 0 , i = 3,4,5,...,10 H 1 : θ i ≠ 0 2 Statistik Uji – Uji T hitung b i - 0 tDev b i Dimana: b i = Koefisien determinasi untuk variabel X i StDev = Standar deviasi dari b i 3 Kriteria Uji Kriteria uji dengan membandingkan nilai T-hitung dengan nilai sebaran T pada tabel: T hitung T α, n-k pada taraf nyata α, maka tolak H T hitung T α, n-k pada taraf nyata α, maka terima H Dimana: n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut: P- value α , maka tolak H P- value α , maka terima H 50 Jika tolak H artinya variabel bebas ke-i berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dalam model.

4.5.2.5 Definisi Operasional

1. Produktivitas Y adalah jumlah total panen jagung manis segar yang diukur dalam satuan kilogram per hektar pada setiap periode tanam. 2. Benih X 1 adalah jumlah benih yang digunakan untuk memproduksi jagung manis yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 3. Pupuk Kandang X 2 adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan untuk menanam jagung manis yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 4. Pupuk Urea X 3 adalah jumlah pupuk urea yang digunakan untuk memproduksi jagung manis baik sebelum pra tanam maupun pada saat pemeliharaan yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 5. Pupuk Phonska X 4 adalah jumlah pupuk phonska yang digunakan untuk memproduksi jagung manis baik sebelum pra tanam maupun pada saat pemeliharaan yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 6. Pupuk TSP X 5 adalah jumlah pupuk TSP yang digunakan untuk memproduksi jagung manis baik sebelum pra tanam maupun pada saat pemeliharaan yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 7. Pestisida cair X 6 adalah jumlah penggunaan pestisida cair untuk mengurangi serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung manis yang digunakan untuk memproduksi jagung manis yang diukur dengan satuan mililiter per hektar per periode tanam. 8. Furadan X 7 adalah jumlah penggunaan furadan pada budidaya jagung manis yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 9. Tenaga Kerja X 7 adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh kegiatan produksi sampai panen yang diukur dengan satuan HOK per hektar per periode tanam. 51 10. Musim D 1 adalah musim dimana petani melakukan budidaya jagung manis. Pembagian musim menjadi dua yaitu musim kemarau dan musim hujan. 11. Varietas D 2 adalah varietas benih jagung manis yang digunakan petani. Pembagian varietas benih menjadi dua yaitu varietas hawai dan non hawai.

4.5.3 Analisis Pendapatan Usahatani

1 Penerimaan Usahatani Jagung Manis Analisis penerimaan usahatani jagung manis terdiri dari penerimaan tunai yang diterima petani dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, sedangkan penerimaan tidak tunai adalah produk hasil usahatani yang tidak dijual secara tunai, melainkan digunakan untuk konsumsi sendiri, hasil produksi yang disimpan, atau hasil produksi yang digunakan untuk input penanaman periode selanjutnya. Dari penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan tersebut dapat dihitung total penerimaan usahatani jagung manis yaitu dengan menjumlahkan kedua komponen penerimaan tersebut. 2 Biaya Usahatani Jagung Manis Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan petani dengan nilai konstan tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi seperti sewa lahan, pajak, atau iuran irigasi. Sedangkan, biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan petani dimana besarnya biaya tergantung dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Yang termasuk dalam komponen biaya variabel adalah biaya untuk pengeluaran faktor produksi. Dalam kegiatan usahatani, biaya usahatani sering dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam kegiatan usahatani jagung manis. Sedangkan, biaya yang diperhitungkan adalah nilai dari penggunaan faktor produksi yang tidak dinilai langsung dengan uang seperti nilai penggunaan faktor produksi tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan dan nilai modal yang tidak dihitung. 52 3 Pendapatan Usahatani Jagung Manis Pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan dari penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani dapat dilihat dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sementara itu, pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Analisis pendapatan usahatani jagung manis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan atau keuntungan yang diperoleh petani dalam melakukan usahatani jagung manis. Dengan penghitungan ini maka petani dapat mengetahui bagaimana kondisi usahatani yang dijalankan apakah menguntungkan atau tidak. Secara lebih rinci pendapatan usahatani jagung manis dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 . Komponen Pendapatan Usahatani Jagung Manis No Komponen Keterangan A Penerimaan tunai Harga x Hasil panen yang dijual B Penerimaan yang diperhitungkan Harga x Hasil panen yang dikonsumsidisimpan C Total penerimaan A + B D Biaya tunai a. Biaya sarana produksi b. Biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK E Biaya yang diperhitungkan a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK b. Penyusutan peralatan c. Nilai lahan sendiri atau nilai sewa lahan d. Pajak F Total biaya D + E G Pendapatan atas biaya tunai A – D H Pendapatan atas biaya total C – F 4 Uji Beda Pendapatan Musim Hujan dengan Musim Kemarau Uji beda pendapatan dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata pendapatan pada musim hujan berbeda signifikan dengan pendapatan pada musim kemarau. Uji beda dilakukan untuk kedua pendapatan yaitu pendapatan atas biaya 53 tunai dan pendapatan atas biaya total. Uji beda dilakukan dengan menggunakan Uji-T untuk Dua Contoh Bebas. Uji ini digunakan karena sampel yang digunakan bukan merupakan data berpasangan tetapi berupa dua sampel bebas karena memiliki jumlah populasi yang berbeda pada kedua sampel. Adapun prosedur Uji- T untuk Dua Contoh Bebas sebagai berikut Saefuddin et al. 2009: 1 Hipotesis H : µ 1 = µ 2 H 1 : µ 1 ≠ µ 2 2 Statistik Uji – Uji T hitung 1 ̅̅̅̅- 2 ̅̅̅̅ σ gab √ 1 n 1 + 1 n 1 Dimana: X1= Rata-rata pendapatan pada musim kemarau dengan nilai tengah µ 1 X2= Rata-rata pendapatan pada musim hujan dengan nilai tengah µ 2 n 1 = Jumlah sampel pada musim kemarau n 2 = Jumlah sampel pada musim hujan σ 1 = Simpangan baku musim kemarau σ 2 = Simpangan baku musim hujan 3 Kriteria Uji Kriteria uji dengan membandingkan nilai T-hitung dengan nilai sebaran T pada tabel: T hitung t α2 pada taraf nyata α, maka tolak H T hitung t α2 pada taraf nyata α, maka terima H Apabila tolak H maka terdapat perbedaan secara signifikan pada rata-rata pendapatan musim hujan dan musim kemarau pada taraf nyata α. σ gab n 1 +1 σ 1 2 + n 2 +1 σ 2 2 n 2 +n 2 -2 54 V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Kondisi Geografi

Desa Gunung Malang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang berada di lereng Gunung Salak dengan ketinggian tempat dari permukaan laut 543 Mdpl, sehingga kondisi topografi tanahnya berupa tanah datar dan berbukit. Desa Gunung Malang memiliki curah hujan 278 mm dengan jumlah bulan hujan 6 bulan dalam setahun. Suhu rata-rata Desa Gunung Malang berkisar antara 27 - 30 C Desa Gunung Malang 2010. Desa Gunung Malang terletak kurang lebih 47 Km dari Ibu Kota Kabupaten Bogor dengan jarak tempuh 2 jam. Secara administratif Desa Gunung Malang memiliki batas wilayah sebagai berikut Desa Gunung Malang 2010: Sebelah Utara : Desa Situ Daun Sebelah Selatan : PerhutaniKehutanan Sebelah Timur : Desa Sukajadi Sebelah Barat : Desa Tapos 1 Desa Gunung Malang terdiri dari 3 dusun, 46 RT dan 13 RW. Luas wilayah Desa Gunung Malang 731,3 Ha, yang terdiri atas pemukiman, persawahan, perkebunan, pemakaman, pekarangan, perkantoran, dan prasarana umum lainnya Desa Gunung Malang 2010. Secara rinci informasi penggunaan lahan di Desa Gunung Malang dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Desa Gunung Malang digunakan untuk lahan persawahan yaitu sebesar 51,27 persen dari total lahan seluruhnya. Hal ini menunjukkan bahwa daerah Gunung Malang memiliki potensi yang besar untuk kegiatan pertanian, khususnya tanaman pangan. Area persawahan di Desa Gunung Malang terbagi menjadi 3 yaitu sawah dengan irigasi teknis, sawah dengan irigasi setengah teknis dan sawah tadah hujan. Dari total lahan untuk persawahan sebesar 375 Ha tersebut, sebagian besar merupakan sawah dengan irigasi setengah teknis sebesar 223 Ha, sisanya sebesar 122 Ha merupakan sawah dengan irigasi teknis dan 30 Ha berupa sawah tadah hujan Desa Gunung Malang 2010.