SUB MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

63 Gambar 31. Tampilan keluaran sub model analisa kelayakan finansial agroindustri

7.7 SUB MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

Sub model ini digunakan untuk menentukan perumusan strategi pengembangan agroindustri manggis di Kabupaten Bogor. Dalam perancangannya, penyusunan hierarki dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut antara lain tinjauan pustaka, tinjauan langsung terhadap lokasi verifikasi, diskusi dan wawancara dengan pakar terkait. Hierarki yang disusun terdiri dari lima level yaitu level pertama fokus dalam hal ini ialah pengembangan agroindustri manggis di Kabupaten Bogor, level kedua adalah faktor-faktor yang berpengaruh yang terdiri dari harga bahan baku dan bahan penunjang, kontinuitas produksi, kebijakan pemerintah, distribusi dan pemasaran produk dan harga jual produk. Level ketiga adalah aktor-aktor yang berperan yang terdiri dari pemerintah, investor, pemasok bahan baku, pelaku industri dan industri terkait lain. Pada level keempat terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai diantaranya memaksimumkan keuntungan, memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga minimum, dan memenuhi kebutuhsan pasar agroindustri manggis. Level kelima adalah alternatif tindakan yang dapat dilakukan dalam pengembangan agroindustri manggis. Alternatif-alternatif tersebut antara lain menjalin kerjasama dengan instansi lain sebagai pemasok bahan baku, promosi,penyuluhan dan pembangunan distribusi langsung dari petani serta menjalin kemitraan dengan instansi lain sebagai industri penyalur produk olahan. Pada dasarnya, ketiga alternatif strategi tersebut dapat dilakukan oleh para pengambil keputusan. Namun melalui teknik AHP ini, pengambil keputusan dapat mengetahui prioritas alternatif strategi terbaik berdasarkan bobot atau peringkat dari perhitungannya. Perhitungan pembobotan setiap kriteria dilakukan dengan menggunakan software Expert Choice 2000 yang sudah terhubung dengan paket program mangosteen 1.0 dimana hasil perhitungannya langsung dapat diperoleh setelah memasukkan masing-masing bobot oleh tiap pakar. Penilaian terhadap kriteria dari masing-masing level struktur hierarki model penentuan strategi pengembangan agroindustri manggis diperoleh dari hasil wawancara dan hasil pengisian kuisioner oleh para pakar. Kriteria dan alternatif tersebut diberikan rentang penilaian dengan skala 1 sampai 9 dengan metode perbandingan berpasangan pairwaise comparison dalam teknik AHP Analitical Hierarchy Process yang dilakukan oleh pakar. Selain itu, nilai inconsistency ratio dari 64 setiap level masing-masing pakar harus kurang dari 0,1. Apabila nilainya lebih besar dari 0,1 maka dilakukan revisi penilaian atau pemberian bobot kembali oleh pakar yang bersangkutan. Struktur hierarki penetuan strategi pengembangan agroindustri manggis dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32. Struktur hierarki model penentuan strategi pengembangan agroindustri manggis Hasil perhitungan dengan menggunakan proses hierarki analitik ini berupa urutan prioritas dari tiap elemen pada tiap level. Data tiap level dimasukkan terlebih dahulu sehingga didapat nilai total masing-masing elemen yang terdapat dalam masing-masing hierarki. Hasil perhitungan pada analisis faktor level 2 dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil perhitungan pada analisis faktor level 2 No. Level 2 Faktor Bobot Peringkat 1 harga bahan baku dan bahan penunjang 0.332 1 2 distribusi dan pemasaran produk 0.247 2 3 kontinuitas produksi 0.228 3 4 harga jual produk 0.117 4 5 kebijakan pemerintah 0.076 5 Faktor Aktor Tujuan Fokus Alternatif Pe n e n t u a n St r a t e g i Pe n ge m ba n g a n Agr oin du st r i M a n gg is Kontinuitas Produksi Distribusi dan pemasaran produk Kebijakan Pemerintah Harga jual produk Harga bahan baku dan bahan penunjang Pemerintah Industri terkait lain Investor Pelaku Industri Memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga yang minimum Memaksimalkan keuntungan profit Memenuhi kebutuhan pasar agroindustri manggis Menjalin kerja sama dengan instansi lain sebagai pemasok bahan baku Menjalin kemitraan dengan instansi lain sebagai industri penyalur produk olahan Promosi, penyuluhan dan pembangunan distribusi langsung ke petani Pemasok Bahan Baku 65 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, faktor harga bahan baku dan bahan penunjang merupakan faktor yang paling utama yang harus dipertimbangkan dalam analisis penentuan strategi pengembangan agroindustri manggis dengan nilai bobot paling tinggi yaitu sebesar 0.332. Hal tersebut menjadi faktor terpenting yang patut dipertimbangkan karena harga bahan baku dan harga bahan penunjang menjadi faktor kritis dalam pengembangan agroindustri manggis sehingga untuk mendapatkan harga bahan baku yang rendah, perlu diambil strategi yang tepat. Sedangkan urutan faktor lain berdasarkan perhitungan tersebut adalah faktor distribusi dan pemasaran produk dengan nilai bobot sebesar 0.247, faktor kontinuitas produksi pada urutan ketiga dengan nilai bobot sebesar 0.228, faktor harga jual pada urutan keempat dengan nilai bobot sebesar 0.117, dan faktor kebijakan pemerintah Regulasi Pemda pada urutan terakhir dengan nilai bobot sebesar 0.076. Hasil perhitungan agregat level 3 aktor dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil perhitungan pada analisis aktor level 3 No. Level 3 Aktor Bobot Peringkat 1 Pelaku industri 0.325 1 2 Pemasok bahan baku 0.242 2 3 Investor 0.178 3 4 Industri terkait 0.138 4 5 Pemerintah 0.117 5 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, aktor pelaku industri merupakan aktor yang paling utama yang mempengaruhi penentuan strategi pengembangan agroindustri manggis dengan nilai bobot paling tinggi yaitu sebesar 0.325. Sedangkan urutan aktor lain berdasarkan perhitungan tersebut adalah aktor pemasok bahan baku pada urutan kedua dengan nilai bobot sebesar 0.242, investor berada pada urutan ketiga dengan nilai bobot sebesar 0.178, aktor industri terkait pada urutan keempat dengan nilai bobot sebesar 0.138 dan aktor pemerintah pada urutan terakhir dengan nilai bobot sebesar 0.117. Berikutnya adalah perhitungan pada level 4 tujuan. Hasil perhitungan agregat level 4 tujuan dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil perhitungan pada analisis tujuan level 4 No. Level 4 Tujuan Bobot Peringkat 1 memaksimumkan keuntungan profit 0.408 1 2 memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu dengan harga minimum 0.361 2 3 memenuhi kebutuhan pasar agroindustri manggis 0.231 3 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, tujuan memaksimumkan keuntungan profit merupakan tujuan yang paling utama yang mempengaruhi penentuan strategi pengembangan agroindustri manggis dengan nilai bobot paling tinggi yaitu sebesar 0.408. Sedangkan urutan tujuan berikutnya adalah memperoleh pasokan bahan baku secara kontinu yang berada pada urutan kedua dengan bobot sebesar 0.361 dan tujuan memenuhi kebutuhan pasar agroindustri manggis berada pada urutan terakhir dengan nilai bobot sebesar 0.231. Perhitungan terakhir ialah perhitungan pada level 5 alternatif. Hasil perhitungan agregat level 4 tujuan dapat dilihat pada Tabel 29. 66 Tabel 29. Hasil perhitungan pada analisis alternatif strategi level 5 No. Level 5 alternatif Bobot Peringkat 1 menjalin kerjasama dengan instansi lain sebagai pemasok bahan baku 0.429 1 2 menjalin kemitraan dengan instansi lain sebagai industri penyalur produk olahan 0.302 2 3 promosi,penyuluhan dan pembangunan distribusi langsung dari petani 0.268 3 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, alternatif strategi menjalin kerjasama dengan instansi lain sebagai pemasok bahan baku terpilih menjadi alternatif strategi dengan prioritas utama dibandingkan yang lainnya karena memiliki bobot tinggi yaitu sebesar 0.429, sedangkan alternatif yang berada pada peringkat kedua yaitu alternatif menjalin kemitraan dengan instansi lain sebagai industri penyalur produk olahan dengan bobot sebesar 0.302, alternatif strategi yang berda pada urutan terakhir ialah strategi promosi,penyuluhan dan pembangunan distribusi langsung dari petani dengan bobot sebesar 0.268. Gambar 33. Tampilan sub model strategi pengembangan agroindustri manggis 67

VIII. RANCANGAN IMPLEMENTASI

Rancangan implementasi merupakan salah satu tahapan yang dapat memberikan langkah atau gambaran untuk mengembangkan agroindustri manggis berdasarkan beberapa model yang telah dianalisis sebelumnya. Rancangan implementasi ini dibuat dengan lebih mengarah kepada pembahasan mengenai pabrik pengolahan xanthone manggis yang akan didirikan. Dalam rancangan implementasi tersebut, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan secara cermat sebelum mendirikan pabrik pengolahan xanthone secara komersial.

8.1 TAHAPAN PENERAPAN INDUSTRI

Untuk mempermudah pelaksanaan pendirian agroindustri xanthone manggis tersebut, maka diperlukan tahapan-tahapan tertentu. Berikut ini adalah tahapan-tahapannya:

8.1.1 Penentuan Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi xanthone pada kondisi normal adalah 600.000 botol xanthone per tahunnya dengan isi setiap botolnya yaitu sebanyak 350 ml. Penentuan kapasitas ini didasarkan pada kapasitas alat serta berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pelaku agroindustri xanthone manggis.

8.1.2 Pendirian dan Tata Letak Pabrik

Agroindustri xanthone manggis ini didirikan di tanah seluas 25 m x 20 m. Selanjutnya, dilakukan instalasi mesin dan peralatan pengolahan manggis pabrikasi, instalasi utilitas penunjang listrik, air, telepon, dan alat sterilisasi air sebagai salah satu cara untuk menjaga kualitas produk. Tata letak pabrik dapat dilihat pada Gambar 34. Kantor Musola Ruang pengemasan Gudang Bahan baku Ruang produksi Laboratorium Gudang bahan pembantu Sumber air Parkir Gudang Barang jadi 17-5 38 Generator Gambar 34. Layout pabrik xanthone manggis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Desain Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa Studi Kasus : Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

1 17 330

Sistem Penunjang Keputusan untuk Perencanaan Lokasi Agroindustri Tahu di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 9 100

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis

0 1 124