Analisis kebutuhan Formulasi Permasalahan

31 Pendekatan sistem dicirikan oleh dua hal, yaitu 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik dalam menyelesaikan masalah, 2 dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan yang rasional Eriyatno 1999. Tahapan kerja dalam mengkaji suatu permasalahan menggunakan pendekatan sistem dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem

5.2.1 Analisis kebutuhan

Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Dalam melakukan analisis kebutuhan ini, terlebih dahulu dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan tersebut. Identifikasi ini menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Identifikasi ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapang, dan lain-lain. Analisi kebutuhan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1 Petani a. Kelangsungan usahatani terjamin b. Pendapatan dan kesejahtraan petani meningkat c. Kemudahan pemasaran hasil produksi d. Harga jual yang stabil dan sesuai Ya Memuaskan Evaluasi Periodik Implementasi Memuaskan Selesai Tidak Tidak Mulai Analisa Kebutuhan Formulasi Permasalahan Pembuatan program komputer Identifikasi sistem Ya 32 2 PedagangPemasok Bahan Baku a. Kemudahan memperoleh produk atau bahan baku b. Keuntungan dari penjualan yang optimal 3 Agroindustri a. Kelangsungan perusahaan terjamin b. Ketersediaan bahan baku terjamin c. Kontinuitas produksi d. Permintaan pasar terpenuhi e. Marjin keuntungan yang tinggi f. Kemudahan distribusi dan pemasaran 4 Pemerintah a. Meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara b. Produk memiliki kualitas sesuai standar c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi d. Memperluas kesempatan kerja 5 Konsumen a. Harga produk yang stabil dan terjangkau b. Mutu produk yang sesuai c. Kemudahan mendapatkan produk 6 Investor a. Tingkat keuntungan tinggi b. Pengembalian modal yang cepat c. Resiko investasi rendah

5.2.2 Formulasi Permasalahan

Permasalahan yang menjadi sorotan utama dalam penelitian ini ialah masih rendahnya daya saing dan nilai tambah dari komoditas manggis. Hal ini banyak disebabkan oleh karakteristik manggis yang kompleks mulai dari pra panen hingga pasca panen. Beberapa faktor yang menjadi permasalahan dalam pra panen pada tanaman manggis antara lain: 1 Masa juvenil manggis yang cukup lama sehingga banyak investor maupu petani yang enggan berinvestasi dalam usaha budidaya manggis 2 Karakteristik manggis yang bersifat musiman. 3 Mutu buah rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil buah dengan ukuran yang kecil dengan warna yang kurang menarik apabila dibandingkan dengan manggis di negara lain. 4 Produktivitas rendah. Hal ini disebabkan kebanyakan umur tanaman manggis di Indonesia sudah termasuk tua. Secara umum mutu buah manggis di Indonesia termasuk di Kabupaten Bogor masih rendah, jumlah buah layak ekspor berkisar 20 dari total produksi. Beberapa faktor yang menjadi permasalahan dalam pasca panen manggis yang berkaitan dengan mutu antara lain. 1 Penampilan kulit buah kurang manarik 2 Terdapat getah kuning pada kulit dalam buah 3 Kelopak buah sepal rusak mudah rontok 4 Ukuran buah yang kecil dan tidak seragam 5 Buah menjadi keras 33 Beberapa permasalahan di atas menyebabkan banyak buah manggis yang tidak layak ekspor atau bahkan tidak layak konsumsi. Perbedaan mutu antara buah manggis kualitas ekpor dengan buah manggis curah menyebabkan perbedaan harga antara keduanya sangatlah signifikan. Harga jual buah manggis curah sangat rendah dibandingkan buah layak ekspor terlebih lagi pada saat musim panen. Hal ini menyebabkan banyak buah manggis yang tidak termanfaatkan dan menyebabkan petani enggan untuk berinvestasi dalam usaha budidaya manggis. Melihat kondisi tersebut dan permasalahan yang ada, agroindustri diharapkan dapat menjadi solusi untuk memberikan nilai tambah buah manggis dengan mengolahnya menjadi produk. Selain itu juga diharapkan hal ini dapat meningkatkan daya saing komoditas manggis agar dapat menjadi komoditas unggulan baik di pasar lokal maupun di pasar internasional. Namun dalam hal membangun dan merencanakan agroindustri juga banyak hal yang perlu diperhatikan terutama kontinuitas bahan baku, mengingat manggis ini memiliki karakteristik musiman sehingga banyak kajian yang perlu diamati untuk merealisasikan hal tersebut. Sistem penunjang keputusan perencanaan pengembangan agroindusti manggis diharapkan dapat membantu memberikan alternatif-alternatif dalam rangka menentukan pengambilan keputusan yang tepat dengan mempertimbangkan faktor dan parameter yang berpengaruh dalam sistem.

5.2.3 Identifikasi Sistem

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Desain Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa Studi Kasus : Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

1 17 330

Sistem Penunjang Keputusan untuk Perencanaan Lokasi Agroindustri Tahu di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 9 100

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis

0 1 124