Agroindustri Xanthone Manggis Pasca panen

28

5.1.4. Agroindustri Xanthone Manggis

Manggis dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Salah satu diantaranya manggis dapat diolah menjadi xanthone. Xanthone merupakan senyawa yang ada pada manggis yang bermanfaat bagi kesehatan karena banyak mengandung antioksidan dan berfungsi sebagai antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Namun begitu xanthone sekarang banyak digunakan sebagai nama dagang dari ektrak kulit manggis karena xanthone banyak terkandung dalam kulit manggis. Produk ini banyak diminati oleh masyarakat karena khasiatnya yang baik untuk kesehatan. Xanthone banyak terkandung dalam kulit manggis. Berdasarakan penelitian yang dilakukan Pebriyanthi 2010 kandungan xanthone dalam dalam kulit manggis yaitu sebesar 165,90 mg 100 ml kulit manggis. Kadar xanthone pada buah manggis merupakan yang paling besar dibandingkan buah lain yang juga memiliki xanthone. Selain itu, kadar xanthone dalam kulit buah manggis merupakan paling besar kadarnya dibandingkan pada bagian manggis yang lain. Proses produksi dari agroindustri xanthone ini diawali dengan mengekstrak xanthone yang terdapat pada kulit manggis. Hal pertama yang dilakukan pada proses ekstraksi ini yaitu pencucian buah manggis. Pencucian dimaksudkan agar kulit manggis terbebas dari segala kotoran yang melekat pada buah. Buah manggis yang telah bersih kemudian dipisahkan antara kulit dengan daging buah. Penggunaan kulit manggis ini dikarenakan bagian ini memiliki kandungan xanthone 27 kali lebih banyak dari daging buahnya. Daging buah Kulit buah Gambar 8. Kulit buah dan daging buah manggis Kulit manggis yang telah terpisah kemudian mengalami proses pemisahan kembali dengan kulit lunak dan kulit keras kulit terluar. Pemisahan dilakukan karena penggunaan kulit luar akan membuat rasa dari produk xanthone menjadi pahit. Rasa pahit yang ada disebabkan oleh kandungan senyawa tanin yang relatif lebih banyak pada bagian kulit luar. Kulit bagian lunak yang telah diperoleh selanjutnya mengalami proses penghancuran. Penghancuran dimaksudkan untuk memperkecil ukuran dari bahan sehingga dapat mempercepat pelarutan komponen xanthone dan mengingkatkan rendemen ekstraksi. Proses penghancuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin ekstraktor untuk mempermudah dan mempercepat proses penghancuran seperti ditunjukkan pada Gambar 9. 29 Gambar 9. Mesin ektraktor buah Setelah proses penghancuran maka proses ekstraksi dilakukan dengan mencampurkan bahan dengan pelarut dengan perbandingan 1:2 bv. Pelarut yang digunakan saat proses ekstraksi adalah campuran antara pelarut ethanol 70 dan air. Proses ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode maserasi. Maserasi adalah teknik yang digunakan untuk mengekstrak senyawa yang diinginkan dengan suatu bahan dengan cara merendam bahan dalam pelarut dengan atau tanpa pengadukan. Proses maserasi pada ekstraksi xanthone kulit manggis ini dilakukan selama 24 jam pada suhu kamar. Waktu perendaman yang cukup lama dimaksudkan agar komponen senyawa xanthone yang terekstrak maksimal. Kulit manggis yang telah mengalami perendaman kemudian mengalami proses pemisahan. Pemisahan adalah tahapan akhir yang dilakukan pada proses ekstraksi yang bertujuan memisahkan ampas dan mendapat senyawa xanthone pada ekstrak kulit manggis. Setelah ekstrak xanthone didapat, selanjutnya akan dibuat produk xanthone. Proses pembuatan produk xanthone diawali dengan pencampuran bahan-bahan seperti ekstrak kulit manggis, madu dan ekstrak rosela hingga homogen. Proses pencampuran berlangsung bersamaan dengan proses pemasakan. Proses pemasakan dilakukan pada sebuah mixing tank berpengaduk. Hal ini dilakukan agar semua bahan tercampur hingga homogen dan tidak ada bahan yang mengendap di dasar tangki pengadukan. Setelah semua bahan tercampur selanjutnya bahan tersebut mengalami proses pemasakan pada suhu 90-95 o C selama 10 menit. Sirup yang telah dipanaskan kemudian didinginkan hingga suhu 80-85 o C untuk selanjutnya ditambahkan perasa sebagai penguat aroma sebesar 1 dari total campuran sirup. Proses pembuatan sirup xanthone manggis dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Diagram Alir proses pembuatan sirup xanthone manggis Pendinginan t=80-85 o C Pencampuran Pemanasan pada suhu 90-95 o C Sirup xanthone Perasa 1 Ekstrak rosela 10 Madu 40 Ekstrak Xanthone 50 30 Seluruh bahan yang telah tercampur tersebut kemudian akan diisikan kedalam kemasan botol kaca. Pemilihan botol kaca dimaksudkan agar produk tetap awet dan memperkecil kemungkinan berpindahnya unsur bahan pada produk ke kemasan. Proses pengisian ini dilakukan pada kondisi hangat atau biasa dikenal dengan sebutan hot filling. Metode hot filling ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi produk oleh bakteri. Setelah dilakukan pengisian produk ke dalam botol, selanjutnya botol akan diberi penutup dan disegel serta dikemas dengan menggunakan kemasan karton. Gambar 11 menunjukkan produk xanthone manggis. Gambar 11. Produk xanthone manggis Produk ini memiliki khasiat dan banyak terkandung berbagai unsur didalamnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pebriyanthi 2010, produk xanthone ini memiliki kadar xanthone sebanyak 46,49 mg100ml, kadar air sebesar 41,73 , kadar protein 0.86, kadar vitamin C 14,08, total gula 60,41, dan kadar alkohol 0.85. Secara umum produk olahan xanthone ini memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Produk olahan ini juga memberikan nilai tambah yang besar bagi komoditas manggis. Namun masih ada beberapa kendala yang dihadapi industri untuk menjaga kontinuitas produksi seperti karakteristik bahan baku yang bersifat musiman, sentra produksi manggis yang cukup jauh dari lokasi industri, serta harga bahan baku yang fluktuatif.

5.2. PENDEKATAN SISTEM

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Desain Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa Studi Kasus : Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

1 17 330

Sistem Penunjang Keputusan untuk Perencanaan Lokasi Agroindustri Tahu di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 9 100

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis

0 1 124