13
yang dikehendaki dalam bentuk baku pula. Fungsi utamanya adalah sebagai penyangga untuk menjamin masih adanya keterkaitan antar sub sistem Eriyatno 1999.
Keen dan morton 1978 menyatakan bahwa aplikasi sistem penunjang keputusan akan bermanfaat bila terdapat kondisi sebagai berikut:
1 Data sangat banyak sehingga sulit untuk memanfaatkannya. 2 Waktu untuk menentukan hasil akhir atau mencapai keputusan terbatas.
3 Diperlukan manipulasi dan komputasi dalam proses pencapaian tujuan. 4 Perlunya penentuan masalah, pengembangan alternatif dan pemilihan solusi berdasarkan akal
sehat.
2.4 PENELITIAN TERDAHULU
Hartono 2002 merancang model sistem manajemen pengembangan agroindustri holtikultura di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat
lunak komputer bernama SiMPATi 2002, yang tersusun atas pusat pengolahan sistem, Sistem Manajemen Basis Data Statis, Sistem Manajemen Basis Data Dinamis, Sistem Manajemen Basis
Model, dan Sistem Manajemen Dialog. Sistem Manajemen Basis Model yang merupakan inti dari SiMPATi 2002 terdiri dari 6 sub model, yaitu sub model pemilihan komoditas unggulan, sub model
pemilihan produk unggulan, sub model sistem pakar lokasi unggulan, sub model prakiraan ketersediaan bahan baku, sub model kelayakan finansial agorindustri, dan sub model strategi
pengembangan agroindustri holtikultura. Setiadi 2004 merancang model sistem penunjang keputusan investasi Agroindustri Berbasis
Daging Sapi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama BEDSS 1.01. Paket program BEDSS 1.01 dirancang dengan
menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0. sistem ini memiliki model yang dapat memberikan alternatif keputusan investasi agroindustri berbasis daging sapi yang potensial dan tepat
serta memberikan rekomendasi strategi dan alternatif pengembangan agroindustri berbasis daging sapi kepada pemerintah daerah Kabupaten Boyolali.
Susanto 2007 melakukan penelitian mengenai kajian strategi pengembangan agribisnis buah manggis di wilayah agropolitan Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan agribisnis buah manggis serta menyusun alternatif strategi pengembangan agribisnis buah manggis berdasarkan kondisi wilayah.
Kajian tersebut diolah dengan menggunakan metode AHP Analitical Hierachy Process Penelitian tersebut menghasilkan urutan prioritas stategi pengembangan yaitu 1 Pengembangan Lembaga
Penunjang Agribisnis; 2 Pengembangan Usaha Tani Manggis; 3 Pengembangan AgroindustriProduk Olahan.
Utami 2008 melakukan penelitian tesis untuk menentukan Strategi Pengembangan Manggis Garcinia Mangostana L di Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan
menganalisis potensi biofisik wilayah melalui evaluasi kesesuaian lahan, menganalisis prospek ekonomi pengembangan manggis, menganalisis sistem kelembagaan dan pemasaran manggis dan
menyusun strategi pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Erfanto 2008 melakukan penelitian untuk merancang model sistem penunjang keputusan
untuk merencanakan pendirian agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah. Paket Program Cap’S dirancang dengan menggunakan bahasa pemograman Borland Deplhi 7.0 dan terdiri
dari tiga bagian utama yaitu Sistem Manajemen Dialog, Sistem Manajemen Basis Data, dan Sistem Manajemen Basis Model. Sistem ini memiliki model untuk mengevaluasi tingkat resiko pembiayaan
14
berdasarkan penilaian pakar expert judgement, model untuk menentukan bagi hasil berdasarkan resiko pembiayaan dan porsi modal, model untuk memprakirakan jumlah penjualan dengan metode
regresi linier dan deret waktu, dan model untuk menentukan lokasi agroindutri pepaya gunung. Susila 2009 merancang model sistem penunjang keputusan perencanaan pembangunan
agroindustri berbasis lidah buaya di Kabupaten Bogor. SPK tersebut dirancang dalam suatu paket perangkat lunak komputer bernama AloeDist 1.0. Sistem ini terdiri dari 9 model yang dirancang untuk
merencanakan pendirian usaha tani dan agroindustri lidah buaya. Model-model tersebut merencanakan pendirian usaha tani dan agroindustri lidah buaya. Model-model tersebut antara lain
sub model lokasi usahatani, sub model prakiraan penjualan usahatani, sub model kelayakan finansial usahatani, sub model rencana kebutuhan produksi usahatani, sub model teknologi pengolahan, sub
model lokasi agroindustri, sub model prakiraan penjualan agroindustri, sub model kelayakan finansial agroindustri, dan sub model rencana kebutuhan produksi agroindustri.
Tabel 4. Resume penelitian terdahulu
No. Nama
Pengarang dan Tahun Terbit
Sitasi yang Terkait SPK
Manggis Perencanaan
Agroindustri
AHP Strategi
Pengembangan
1. Hartono, 2002
√ √
√ √
2. Setiadi, 2004
√ √
√ 3.
Susanto, 2007 √
√ √
4. Utami, 2008
√ √
√ 5.
Erfanto, 2008 √
√ 6.
Susila, 2009 √
√
15
III. LANDASAN TEORI
3.1 TEKNIK HEURISTIK
Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam
permasalahan yang dikaji atau dengan kata lain yaitu berupa bentuk pemecahan masalah dengan menggunakan kecerdasan manusia dan ditulis dengan program komputer.
Eriyatno 1999 berpendapat bahwa teknik heuristik merupakan pengembangan dari operasi aritmatika dan matematika logika. Ciri-ciri teknik heuristik secara umum yaitu:
1 Adanya operasi aljabar, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian 2 Adanya suatu perhitungan bertahap
3 Mempunyai tahapan yang terbatas sehingga dapat dibuat algoritma komputernya. Lebih lanjut lagi Eriyatno 1999 menyebutkan bahwa karakteristik teknik heuristik adalah:
1 Meringkas ruang lingkup keputusan sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat.
2 Banyak masalah yang kompleks, walaupun esensi permasalahan dapat diformulasikan secara sistematis.
3 Perencanaan kebijakan strategis manajemen demikian sulit dihitung dan sangat rumit sehingga tidak dapat ditangkap dengan model matematik.
Pada teknik heuristik, tidak ada suatu model yang baku sehingga setiap pemasalahan menggunakan teknik heuristik yang spesifik. Teknik heuristik tidak menjamin penyelesaian
permasalahan yang optimal, tapi dapat memberikan pemecahan yang memuaskan bagi pengambil keputusan Eriyatno 1999.
3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL
Metode perbandingan eksponensial merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan dari beberapa alternatif keputusan dengan kriteria majemuk. Metode ini
dikembangkan dengan cara merubah penilaian kualitatif yang berasal dari subyektifitas dari pengambil keputusan menjadi nilai kuantitatif Manning 1984.
Eriyatno 1999 menambahkan bahwa Metode Perbandingan Eksponesial MPE digunakan sebagai pembantu bagi individu mengambil keputusan untuk menggunakan rancang bangun yang
telah terdefinisi dengan baik tiap tahap proses. MPE digunakan untuk membandingkan beberapa alternatif dengan menggunakan sejumlah kriteria yang ditentukan berdasarkan hasil survei dengan
pakar terkait. MPE adalah salah satu metode pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. Metode ini mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias
yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor menggambarkan urutan prioritas menjadi besar fungsi eksponensial ini mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan menjadi lebih nyata.