SUB MODEL ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI

60 yang lainnya. Pengguna akan mendapatkan hasil perbandingannya dengan menekan tombol hitung yang berada di tengah sub model. Tampilan sub model analisa sentra pemasok bahan baku dapat dilihat pada Gambar 29. Gambar 29. Tampilan sub model analisis sentra produksi Selain itu, program ini juga memfasilitasi pengguna untuk melakukan perhitungan biaya apabila menggunakan jasa pengiriman. Hal ini dikhususkan terutama untuk daerah sentra yang berda di luar pulau jawa. Program ini terhubung dengan web yang menyediakan fasilitas untuk mengetahui biaya pengiriman menggunakan berbagai jasa pengiriman. Pengguna dapat mengkalkulasikan biaya pengiriman yang telah disediakan pada program ini dan dapat membandingkan daerah sentra yang akan dipilih sehingga akan didapat daerah sentra yang paling tepat untuk menjadi pemasok bahan baku. Pada model ini kriteria pemilihan ditentukan oleh pengguna itu sendiri sehingga memberikan keleluasaan pada pengguna untuk menentukan daerah pemasok bahan baku sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Hal ini dilakukan mengingat faktor kritis dari sub model ini adalah harga yang bersifat dinamis dan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Daerah sentra terbaik yang dipilih ialah daerah dengan total biaya termurah sehingga dapat memperkecil biaya produksi.

7.6 SUB MODEL ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI

Sub model analisa kelayakan finansial agroindustri manggis digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan agroindustri manggis yaitu xanthone manggis. Kriteria yang digunakan dalam menentukan kelayakan finansial tersebut ialah nilai NPV, IRR, BEP, PBP dan BC ratio. Dalam menentukan kelayakan finansial ini digunakan beberapa asumsi. Adapun asumsi-asumsi yang ditetapkan dalam menentukan kelayakan finansial budidaya ini antara lain: 1 Umur proyek 10 tahun 2 Jangka waktu pengembalian pinjaman 10 tahun 3 Persentase produk yang terjual sebsar 85 61 4 Harga produk Rp. 23.000 botol 5 Persentase nilai sisa 10 6 Biaya pemeliharaan mesin 2 7 Pajak bangunan sebesar 2,5 8 Persentase produksi tahun ke-1 sebesar 60 9 Persentase produksi tahun ke-2 sebesar 80 10 Persentase produksi tahun ke-3 sampai tahun ke-10 sebesar 100 11 Suku Bunga yang berlaku 18 Pada sub model ini pengguna dapat menganalisis dengan memasukkan input berupa nilai asumsi dan data struktur biaya investasi dan biaya operasional. Komponen biaya usaha agroindustri manggis ini terdiri dari biaya investasi sebesar Rp. 5.094.267.250 dan biaya operasional sebesar Rp. 8.258.994.500. Agroindustri xanthone manggis ini diasumsikan memiliki kapasitas produksi 600.000 botoltahun. Rincian lengkap mengenai struktur biaya investasi dan biaya operasional usaha agroindustri manggis dapat dilihat pada Lampiran 14- 18. Model mangosteen 1.0 ini juga dapat memasukkan, mengubah dan menghapus data yang terhubung langsung dengan database struktur biaya. Tampilan input data untuk sub model kelayakan finansial agroindustri dapat dilahat pada Gambar 30. Gambar 30. Tampilan input sub model kelayakan finansial agroindustri Dalam penentuan kelayakan finansial perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat sensitivitasnya. Pengujian dilakukan pada tiga kondisi berbeda. Skenario pertama adalah kondisi normal dengan menggunakan asumsi yang telah ditetapkan. Skenario kedua adalah kondisi dimana terjadi penurunan harga jual produk sebesar 22 dan skenario ketiga adalah kondisi dimana terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 15. Hasil perhitungan sub model ini dapat dilihat pada Tabel 25. 62 Tabel 25. Hasil perhitungan parameter kelayakan finansial agroindustri manggis dengan tiga skenario. Parameter kelayakan Skenario I Kondisi Normal Skenario II Biaya Bahan Baku Naik 15 Skenario III Harga Jual turun 22 Keuntungan bersih per tahun 2.849.609.423 2.304.785.423 665.855.003 NPV Rp 8.804.311.994 6.401. 615. 098 -221.487.312 IRR 52 31 17 PBP Tahun 3 tahun 3 bulan 3 tahun 11 bulan 6 tahun 1 bulan BC Ratio 2.76 2.26 0.96 KELAYAKAN LAYAK LAYAK TIDAK LAYAK Hasil kelayakan finansial untuk ketiga skenario di atas menunjukkan bahwa agroindustri pada skenario I dan skenario II layak untuk dijalankan sedangkan untuk skenario III agroindustri tidak layak dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari nilai parameter kelaykan untuk masing-masing kondisi. Suatu proyek dikatakan layak secara finansial apabila NPV-nya bernilai positif , nilai Internal Rate Ratio IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan BC Ratio lebih besar dari satu. Pada skenario satu yang merupakan kondisi normal, agroindustri manggis untuk masa proyek 10 tahun memiliki rata-rata keuntungan bersih per tahun sebesar Rp. 2.849.609.423, NPV sebesar Rp. 8.804.311.994, BC Ratio sebesar 2.76, IRR sebesar 52 dengan PBP selama 3 tahun 3 bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal usaha agroindustri xanthone manggis layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata keuntungan bersih yang positif, nilai NPV yang positif, IRR yang lebih besar dari diskonto yang digunakan serta BC ratio yang lebih dari 1 dengan PBP kurang dari umur proyek. Untuk menguji tingkat sensitivitas usaha agroindustri xanthone manggis terhadap perubahan nilai parameter kelayakan ini, maka dibuat skenario II dan skenario III. Dari hasil perhitungan pada skenario II diketahui bahwa usaha agroindustri xanthone manggis layak dijalankan dimana terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 15. Hal ini dapat dilihat dari parameter kelayakan yang tetap menunjukkan hasil yang positif dan telah melewati batas kelayakan secara finansial. Pada skenario III dimana terjadi penurunan harga jual sebesar 22, agroindustri xanthone manggis dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan oleh pada skenario ini NPV bernilai negatif, IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku dan BC ratio yang bernilai kurang dari satu. Berdasarkan analisis sensitivitas, usaha agroindustri xanthone manggis lebih sensitif terhadap perubahan harga jual produk dibadingkan dengan kenaikan harga bahan baku. Dari hasil analisis tersebut pengembangan agroindustri xanthone manggis dapat dijalankan dengan menentukan harga jual produk secara tepat sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi industri dan produksi dapat terus berjalan dengan baik. Selain itu perlu juga ada dukungan dari sektor pemasaran dan pengaturan terhadap pasokan produk di pasaran untuk mendukung stabilnya harga produk yang dijual. Dari kriteria-kriteria kelayakan investasi tersebut, maka investasi agroindustri manggis dinyatakan layak untuk dijalankan terlebih lagi apabila didukung dengan penyusunan strategi yang tepat untuk strategi pengembangan. Tampilan keluaran sub model analisa kelayakan finansial agroindustri manggis dapat dilihat pada Gambar 31. 63 Gambar 31. Tampilan keluaran sub model analisa kelayakan finansial agroindustri

7.7 SUB MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengendalian Kutu Putih pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Insektisida Botani

11 121 93

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Desain Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Strategi Pengembangan Agroindustri Kelapa Studi Kasus : Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

1 17 330

Sistem Penunjang Keputusan untuk Perencanaan Lokasi Agroindustri Tahu di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 9 100

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis

0 1 124