69
kulit keras kulit terluar. Pemisahan dilakukan karena penggunaan kulit luar akan membuat rasa dari produk xanthone menjadi pahit. Kulit bagian lunak yang telah diperoleh selanjutnya mengalami
proses penghancuran. Penghancuran dimaksudkan untuk memperkecil ukuran dari bahan sehingga dapat mempercepat pelarutan komponen xanthone dan mengingkatkan rendemen ekstraksi.
Setelah proses penghancuran maka proses ekstraksi dapat dilakukan dengan mencampurkan bahan dengan pelarut dengan perbandingan 1:2 bv. Pelarut yang digunakan saat proses ekstraksi
adalah campuran antara pelarut ethanol 70 dan air. Proses ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode maserasi. Maserasi adalah teknik yang digunakan untuk mengekstrak senyawa yang
diinginkan dengan suatu bahan dengan cara merendam bahan dalam pelarut dengan atau tanpa pengadukan. Proses maserasi pada ekstraksi xanthone kulit manggis ini dilakukan selama 24 jam pada
suhu kamar. Kulit manggis yang telah mengalami perendaman kemudian mengalami proses pemisahan. Pemisahan adalah tahapan akhir yang dilakukan pada proses ekstraksi yang bertujuan
mendapat senyawa xanthone pada ekstrak kulit manggis.
8.2.2 Pembuatan Sirup Xanthone
Proses pembuatan sirup xanthone diawali dengan pencampuran bahan-bahan seperti ekstrak kulit manggis, madu dan ekstrak rosela hingga homogen. Proses pencampuran berlangsung bersamaan
dengan proses pemasakan. Setelah semua bahan tercampur selanjutnya bahan tersebut mengalami proses pemasakan pada suhu 90-95
o
C selama 10 menit. Sirup yang telah dipanaskan kemudian didinginkan hingga suhu 80-85
o
C untuk selanjutnya ditambahkan perasa sebagai penguat aroma sebesar 1 dari total campuran sirup.
8.3 ADAPTASI MODEL
8.3.1 Penentuan Produk
Berdasarkan analisis pada model penentuan produk prospektif, maka produk agroindustri manggis yang paling prospektif untuk dikembangkan adalah xanthone manggis. Penentuan produk ini
bisa dikatakan cukup tepat apabila dibandingkan produk lain yang dianalisis. Xanthone memiliki nilai tambah secara ekonomis yang tinggi dibandingkan puree, sirup dan dodol. Namun sebenarnya
manggis dapat diolah menjadi buah manggis kering dengan teknologi frezee dry yang memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi. Namun teknologi proses tersebut belum dikuasai sepenuhnya dan
membutuhkan biaya yang besar dalam pengembangannya dan pasar di Indonesia yang belum teruji.
8.3.2 Penentuan Lokasi
Hasil analisis penentuan lokasi unggulan di Kabupaten Bogor menunjukkan lokasi unggulan untuk pendirian pabrik agroindustri xanhtone manggis yaitu di Kecamatan Dramaga. Kecamatan
Dramaga ini memiliki beberapa keunggulan yaitu lokasi yang tidak jauh dari sumber sentra produksi manggis yang ada di Kabupaten Bogor selain itu lokasi ini juga didukung oleh kedekatannya dengan
institusi pendidikan IPB.
8.3.3 Analisa Sentra Produksi
Hasil analisis sentra produksi menunjukkan bahwa pasokan bahan baku manggis mengalami kelangkaan pada bulan Mei – Juli. Hal ini dapat menjadi informasi yang berguna bagi pengembangan
70
agroindustri manggis terkait dengan strategi yang akan diambil oleh perusahaan misalnya peningkatan kapasitas produksi pada panen raya dan sebelum menjelang kelangkaan bahan baku.
8.3.4 Strategi Pengembangan Agroindustri
Strategi pengembangan yang terpilih berdasarkan analisis strategi pengembangan adalah menjalin kerjasama dengan instansi lain sebagai pemasok bahan baku. Hal ini perlu dilakukan
mengingat karakteristik manggis yang bersifat musiman yang terkadang memiliki bulan panen yang tidak menentu. Oleh karena itu, untuk menjamin pasokan bahan baku yang berpengaruh secara
langsung terhadap produksi produk perlu dilakukan strategi tersebut.
8.4 TAHAPAN PENYESUAIAN IMPLEMENTASI DI DAERAH LAIN