Kontribusi pengetahuan tentang ekonomi, status sosial ekonomi, media

kegiatan konsumsi barang dan jasa. Ada siswa yang masuk kedalam pola konsumtif yaitu mereka melakukan konsumsi secara berlebihan tanpa memikirkan barang dan jasa tersebut bermanfaat untuk kebutuhan dimasa mendatang. Dan ada juga siswa yang mengonsumsi barang dan jasa secara wajar, mereka hanya mengonsumsi barang dan jasa yang mereka butuhkan. Media massa yang beredar dikalangan siswa saat ini membuat mereka kesulitan membedakan mana yang penting untuk di konsumsi dan mana yang tidak penting untuk di konsumsi. Media massa menawarkan banyak berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan siswa. Siswa mencari hiburan melalui internet maupun HP, mendapatkan informasi, dan membeli barang maupun jasa melalui media massa. Media massa memberikan kontribusi terhadap perilaku kegiatan konsumsi siswa yaitu siswa dengan sangat mudah untuk mendapatkan barang dan jasa yang mereka inginkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Misalnya melalui HP, internet, tabloid, dan televisi. Status sosial ekonomi merupakan posisi orang tua Ayah siswa dalam kelompok masyarakat yang nantinya akan mempengaruhi uang saku siswa SMA Negeri dan SMA Swasta untuk melakukan kegiatan konsumsi. Orang tua Ayah siswa SMA Negeri maupun SMA Swasta 69 lulusan dari perguruan tinggi, memiliki pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya, dan menghasilkan pendapatan yang tinggi. Dengan status sosial ekonomi orang tua Ayah yang tinggi maka uang saku yang diterima siswa setiap harinya juga tinggi. Siswa yang memiliki orang tua Ayah berpenghasilan tinggi maka mereka dapat mengonsumsi barang dan jasa yang mereka inginkan dengan uang saku yang dimiliki meskipun barang dan jasa yang mereka konsumsi kurang dibutuhkan. Berbeda dengan siswa yang memiliki orang tua Ayah berpenghasilan pas-pasan maka mereka hanya mengonsumsi barang dan jasa yang mereka butuhkan sehari-hari. Interaksi yang terjalin dalam lingkungan pergaulan memberikan kontribusi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Lingkungan keluarga sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa SMA Negeri maupun SMA Swasta, apa yang dilakukan keluarga dalam mengonsumsi barang dan jasa maka siswa juga akan melakukan hal yang sama. Selain keluarga, teman bergaul dalam lingkungan pergaulan siswa SMA Negeri maupun SMA Swasta akan memberikan kontribusi terhadap perilaku kegiatan konsumsi siswa sehari-hari. Karena mereka memiliki kesamaan-kesamaan tertentu yang tidak ada pada keluarga, memiliki hobi yg sama, dan mereka masih berada di usia remaja.

f. Perbedaan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari antara siswa SMA

Negeri dan SMA Swasta Hasil pengujian hipotesis keenam mengenai perbedaan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Kesimpulan tersebut didukung hasil perhitungan statistik yang menunjukkan nilai sig. probabilitas 0,000 0.05. Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Berdasarkan hasil penelitian, perilaku kegiatan konsumsi siswa SMA Negeri dan SMA Swasta menunjukkan bahwa ada perbeda perilaku kegiatan konsumsi. Hal itu dapat dilihat dari hasil keempat variabel yaitu pengetahuan tentang ekonomi, status sosial ekonomi, media massa, dan lingkungan pergaulan dapat memberikan kontribusi terhadap perilaku kegiatan konsumsi siswa sehari-hari SMA Negeri dan SMA Swasta. Pengetahuan tentang ekonomi siswa SMA Negeri lebih bagus dari pada SMA Swasta. Hal tersebut dapat didukung dengan analisis deskriptif pengetahuan tentang ekonomi siswa SMA Negeri sebesar 76 dan pengetahuan tentang ekonomi siswa SMA Swasta sebesar 53. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang ekonomi siswa SMA Negeri lebih baik dari pada siswa SMA Swasta. Dalam mengikuti mata pelajaran ekonomi sehari-hari ternyata siswa SMA Negeri lebih bisa menyerap dan mengerti apa yang di jelaskan guru untuk melakukan kegiatan ekonomi dibandingkan siswa SMA Swasta. Pengetahuan tentang ekonomi yang baik belum tentu siswa tersebut tidak konsumtif atau bahkan konsumtif dalam mengonsumsi barang dan jasa yang mereka inginkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, begitu juga sebaliknya. Karena siswa konsumtif atau tidaknya itu ada di dalam diri individu masing-masing siswa, dari lingkungan pergaulan sehari-hari juga dapat membuat siswa menjadi konsumtif. Dilihat dari status sosial ekonomi orang tua Ayah siswa SMA Negeri dan SMA Swasta juga berbeda. Dengan status sosial ekonomi orang tua Ayah yang berbeda antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta membuat perilaku kegiatan konsumsi siswa juga berbeda. Karena orang tua Ayah yang memiliki penghasilan tinggi maka uang saku yang diberikan untuk siswa tinggi, yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa yang diinginkan. Orang tua Ayah yang status sosial ekonomi berada di tingkat atas, maka gaya hidup, cara mendidik anak, pola pikir dan penampilannya berbeda dengan orang tua Ayah yang berada di golangan menengah kebawah. Pendapatan yang di hasilkan setiap bulan oleh orang tua Ayah siswa pasti berbeda, yang nantinya akan mempengaruhi konsumsi barang dan jasa siswa SMA negeri dan SMA Swasta. Dalam hal ini perilaku kegiatan konsumsi siswa SMA Negeri jauh lebih konsumtif dibandingkan siswa SMA Swasta meskipun satus sosial ekonomi orang tua Ayah berada dikategori yang sama, hal ini dikarenakan apa yang dilakukan siswa dalam melakukan kegiatan konsumsi lebih terlihat pada karakteristik kepribadian individu masing-masing siswa. Siswa menggunakan media massa yang ada sebagai hiburan, game online, download lagu, video, jejaring sosial, mencari tugas sekolah, melihat perkembangan fashion, melihat-lihat online shop, dan bisa membeli barang