Analisis Data METODE PENELITIAN

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas Menurut Imam Ghozali 2006 uji ini berutujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoloniearitas dalam model regresi selanjutnya dengan program SPSS diadakan analisa collinerity statistics . Dari analisis collinerity statistics akan memperoleh VIF Variance Inflation Factor . Dasar analisis yang digunakan yaitu jika tolerance 0,1 dan VIF 5 maka tidak terjadi masalah multikolonearitas. Berdasarkan hasil output multikolonearitas SMA Negeri, dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari keempat variabel yaitu: pengetahuan tentang ekonomi 0.905, status sosial ekonomi 0.890, media massa 0.696, dan lingkugan pergaulan 0.739 dari 0,1. Sedangkan nilai VIF 5 dari keempat variabel yaitu: pengetahuan tentang ekonomi 1.105, status sosial ekonomi 1.124, media massa 1.437, dan lingkugan pergaulan 1.353. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah multikolonearitas. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk suatu variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas digunakan uji Glejser dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika signifikansi antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, tetapi jika 0,05 maka terjadi masalah heteroskedastisitas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah didalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 sebelumnya, autokorelasi ini timbul pada data yang bersifat time series. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin – Watson DW test. Rumusnya adalah: Keterangan: d = statistik durbin watson e = gangguan estimasi i = observasi terakhir i-1 = observasi sebelumnya Untuk memperoleh kesimpulan apakah ada masalah autokorelasi atau tidak, hasil hitungan statistik d harus dibandingkan dengan tabel statistik d. pemilihan angka tabel d harus memperhatikan banyaknya parameter =k, dan jumlah observasi =n, pada tingkat signifikansi =α tertentu. Hipotesis yang dapat disimpulkan adalah: H :  0 tidak ada autokorelasi positif H a :  0 ada autokorelasi positif Keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah: a Bila nilai DW lebih besar daripada batas atas upper bound, U, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol. Artinya, tidak ada autokorelasi positif. b Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah lower bound, L, maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol. Artinya, ada autokorelasi positif. c Bila nilai DW terletak di antara batas atas dan batas bawah, maka koefisien autokorelasi tidak dapat disimpulkan. Durbin-Watson telah berhasil mengembangkan uji statistik yang disebut uji statistik d, sehingga berhasil menurunkan nilai kritis batas bawah d L dan batas atas d U sehingga jika nilai d terletak di luar nilai kritis maka ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif dapat diketahui. Penentuan ada tidaknya auto korelasi dapat dilihat dengan jelas dalam gambar dibawah ini: Autokorelasi Ragu-ragu Tidak Ada Ragu-ragu Autokorelasi Positif Autokorelasi Negatif O d L d U 24 - d u 4 - d L 4 Tabel. 3.16. Uji Statistik Durbin-Watson Nilai Statistik d Hasil  0 d d L  d L ≤ d ≤ d U  4 – d L d 4  4 – du ≤ d ≤ 4 – d L  du d 4 -du  Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif  Daerah keragu-raguan; tidak autokorelasi positif  Menolah hipotesis nol, tidak ada korelasi negatif  Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan  Menolak hipotesis nol, tidak ada autokorelasi positif dan negatif. 3. Uji Hipotesis a. Uji Hipotesis Negeri Uji hipotesis digunakan untuk menguji variabel 1 s.d 4, yaitu kontribusi pengetahuan tentang ekonomi X1, status sosial ekonomi X2, media massa X3, dan lingkungan pergaulan X4 terhadap perilaku kegiatan konsumsi Y. Tabel. 3.17. Uji Hipotesis Negeri Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -5.480 6.972 -.786 .434 pengetahuan tentang ekonomi N .144 .093 .140 1.561 .122 status sosial ekonomi N .370 .118 .284 3.138 .002 media massa N -.004 .069 -.006 -.060 .952 lingkungan pergaulan N .244 .068 .355 3.568 .001 a. Dependent Variable: Perilaku Kegiatan Konsumsi N Persamaan regresi dirumuskan dengan: Y = -5.480+ 0, 144 X1 + 0, 370 X2 + -0,004 X3 + 0, 244 X4 + e Keterangan: Y = Perilaku kegiatan konsumsi α = Konstanta e = Penganggu regresi X1 = Pengetahuan tentang ekonomi X2 = Status sosial ekonomi X3 = Media massa X4 = Lingkungan pergaulan Uji hipotesis digunakan untuk melihat apakah ada kontribusi variabel independen X terhadap variabel dependen Y yaitu dengan melihat hasil regresi berganda pada output SPSS dengan melihat tabel Coefficients pada kolom Standardized Coefficients yaitu dengan melihat nilai Beta β. Penggunaan standardized coefficients beta dikarenakan unit ukuran variabel bebas tidak sama. Keuntungan penggunaan standardized coefficients beta adalah mampu mengeliminasi perbedaan unit ukuran pada variabel bebas. Dengan melakukan regresi dengan standardized variabel adalah agar dapat membandingkan secara langsung antar variabel independen, dalam kontribusinya masing-masing terhadap variabel dependen. Variabel independen mana yang berkontribusi lebih besar terhadap variabel dependen dapat dilihat dari besar kecilnya masing-masing koefisien beta regressor. b. Uji Hipotesis Swasta Uji hipotesis digunakan untuk menguji variabel 1 s.d 4, yaitu kontribusi pengetahuan tentang ekonomi X1, status sosial ekonomi X2, media massa X3, dan lingkungan pergaulan X4 terhadap perilaku kegiatan konsumsi Y. Tabel. 3.18. Uji Hipotesis Swasta Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -1.427 2.986 -.478 .634 pengetahuan tentang ekonomi S .086 .029 .252 3.025 .003 status sosial ekonomi S .270 .101 .227 2.664 .009 media massa S .168 .058 .291 2.869 .005 lingkungan pergaulan S .108 .055 .202 1.958 .053 a. Dependent Variable: Konsumsi S Persamaan regresi dirumuskan dengan: Y = -1.427+ 0, 086 X1 + 0, 270 X2 + 0, 168 X3 + 0, 108 X4 + e Keterangan: Y = Perilaku kegiatan konsumsi α = Konstanta e = Penganggu regresi X1 = Pengetahuan tentang ekonomi X2 = Status sosial ekonomi X3 = Media massa X4 = Lingkungan pergaulan Uji hipotesis digunakan untuk melihat apakah ada kontribusi variabel independen X terhadap variabel dependen Y yaitu dengan melihat hasil regresi berganda pada output SPSS dengan melihat tabel Coefficients pada kolom Standardized Coefficients yaitu dengan melihat nilai Beta β. Penggunaan standardized coefficients beta dikarenakan unit ukuran variabel bebas tidak sama. Keuntungan penggunaan standardized coefficients beta adalah mampu mengeliminasi perbedaan unit ukuran pada variabel bebas. Dengan melakukan regresi dengan standardized variabel adalah agar dapat membandingkan secara langsung antar variabel independen, dalam kontribusinya masing-masing terhadap variabel dependen. Variabel independen mana yang berkontribusi lebih besar terhadap variabel dependen dapat dilihat dari besar kecilnya masing-masing koefisien beta regressor. Rumusan Hipotesis: 1 Pengetahuan tentang ekonomi Ho = Tidak ada kontribusi pengetahuan tentang ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta Ha = Ada kontribusi pengetahuan tentang ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta 2 Status sosial ekonomi Ho = Tidak ada kontribusi status sosial ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta Ha = Ada kontribusi status sosial ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta 3 Media massa Ho = Tidak ada kontribusi media massa terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta Ha = Ada kontribusi media massa terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta 4 Lingkungan pergaulan Ho = Tidak ada kontribusi lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta Ha = Ada kontribusi lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta 5 Secara Bersama-sama Ho = Tidak ada kontribusi pengetahuan tentang ekonomi, status sosial ekonomi, media massa, dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta Ha = Ada kontribusi pengetahuan tentang ekonomi, status sosial ekonomi, media massa, dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta Berdasarkan tabel pada taraf signifikansi 5, dengan db pembilang = k dan db penyebut = n-k-1, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Kriteria Pengujian Hipotesis: a. Jika F hitung t tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak b. Jika F hitung t tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima Atau bisa juga melihat signifikansinya, dengan melihat kolom Sig ρ: 1 Jika Sig 0,05 , maka Ho ditolak dan Ha diterima 2 Jika Sig 0,05 , maka Ho diterima dan Ha ditolak Analisis Koefisien Determinasi Analisis Adjusted R Square atau koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui variabel X pengetahuan tentang ekonomi, status sosial ekonomi, media massa, dan lingkungan pergaulan dapat menjelaskan variabel Y perilaku kegiatan konsumsi seberapa besar prosentase dapat menjelaskan variabel diluar model.

I. Uji Beda Rata-rata

Metode chi kuadrat X 2 digunakan untuk mengukur rumusan masalah ke-6 yaitu apakah ada perbedaan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Rumus yang digunakan untuk menghitung X 2 adalah: Keterangan : X 2 = Chi Kuadrat Fo = Frekuensi Observasi F h = Frekuensi harapan Dengan derajat kebebasan = fh-1, signifikasi 5 maka suatu ubahan dikatakan normal apabila X 2 hitung X 2 tabel pada taraf signifikasi 5, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Perilaku kegiatan konsumsi Ho = Tidak ada perbedaan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta Ha = Ada perbedaan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Kritereria pengujian chi kuadrat: b. Jika X 2 hitung X 2 tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak c. Jika X 2 hitung X 2 tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima Atau bisa melihat signifikansinya, dengan melihat kolom Sig ρ: a. Jika Sig 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima b. Jika Sig 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak 83

BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sekolah

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 200 responden yang berasal dari empat Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta. Adapun Sekolah Menengah Atas Negeri yang menjadi responden dalam penelitian ini meliputi SMA Negeri 8 Yogyakarta yang terletak di Jalan Sidobali 1 Yogyakarta, dan SMA Negeri 11 Yogyakarta yang terletak di Jalan AM Sangaji 50 Yogyakarta. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang terletak di Jalan P. Senopati 18 Yogyakarta, dan SMA Bopkri 2 Yogyakarta yang terletak di Jalan Jendral Sudirman 87 Yogyakarta 55223.

1. SMA Negeri 8 Yogyakarta

a. Sejarah SMA Negeri 8 Yogyakarta

Pada tahun pelajaran 19821983 SMPP 10 Yogyakarta mendapat kepercayaan Dekdikbud untuk melaksanakan system belajar tuntas mastery Learning pendekatan seluruh kelas pada waktu itu jumlah kelas 12 buah, masing-masing tingkat 4 kelas. Tahun pelajaran 19851986 terjadi perubahan nama SMPP 10 Yogyakarta menjadi SMA 8 Yogyakarta. Pada tahun ini juga diberlakukan kurikulum 1984 dengan penjurusan dikelas dua dengan 4 program pilihan yaitu A1 untuk program IPA, A2 program Biologi, A3 program IPS. A4 program ilmu pengetahuan Bahasa. Riwayat Singkat SMA Negeri 8 Yogyakarta tidak dapat meninggalkan riwayat SMPP 10 Yogyakarta, karena secara kelembagaan SMA Negeri 8 Yogyakarta adalah nama baru SMPP 10 Yogyakarta. Perubahan nama berdasarkan surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0353O1985 tertanggal 8 Agustus 1985, tentang perubahan nama Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan SMPP menjadi Sekolah Menengah Atas Tingkat Atas SMA. Selanjutnya dengan instruksi Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 01F96 tertanggal 17 Januari 1986 tentang perubahan nama SMPP 10 Yogyakarta menjadi SMA Negeri 8 Yogyakarta. Dengan perjuangan sekuat tenaga baik kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, selangkah demi selangkah prestasi SMU 8 terus meningkat baik prestasi akademik maupun non akademik, hal ini terlihat dari rata-rata nem EBTANAS maupun keberhasilan dalam menempuh UMPTN dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Prestasi non akademik bersifat Ekstrakurikuler hal ini dapat dari peroleh penghargaan piala tropi kejuaraan apabila dibuat rata-rata dalam satu bulan mendapat 5-10 buah tropi kejuaraan dalam berbagai kegiatan. Demikianlah perjalanan SMA Negeri 8 Yogyakarta yang semula bernama SMPP 10 Yogyakarta. Jaya-jayalah SMA 8 Yogyakarta, Semoga Tuhan YME selalu melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita. Amin. Sekarang dan yang akan datang.

b. Visi, Misi, Tujuan SMA Negeri 8 Yogyakarta

1 Visi Dengan semangat kerja keras dan dedikasi tinggi SMA Negeri 8 Yogyakarta bertekad untuk mempersiapkan dan mengantarkan anak didik mencapai cita-cita luhur. 2 Misi a Meningkatkan mutu pembelajaran. b Memberdayakan peserta didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya. c Meningkatkan komitmen dan profesionalisme tenaga kependidikan. d Menciptakan lingkungan yang kondusif. e Menciptakan budaya damai dan anti kekerasan.

2. SMA Negeri 11 Yogyakarta

a. Sejarah SMA Negeri 11 Yogyakarta

Gedung dibangun pada tahun 1897 dan digunakan sebagai gedung Kweekschool Sekolah Guru Jaman Belanda. Tanggal 3-5 Oktober 1908 dijadikan sebagai ajang Konggres Boedi Utomo yang pertama dan menempati ruang makan Kweekschool Aula. Tahun 1927 kompleks gedung ini digunakan sebagai sekolah guru 4 tahun dan 6 tahun HIK. Selama penjajahan Jepang dipergunakan untuk SGL dan ditutup pada masa Revolusi Kemerdekaan RI. Tahun 1946 sekolah dibuka kembali dengan nama SGB dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru yang berpendidikan 6 tahun pada