Perilaku kegiatan konsumsi siswa SMA Negeri dan SMA Swasta dalam mengonsumsi barang dan jasa dikatakan cukup karena mereka tidak
melakukan konsumsi yang berlebihan mereka hanya mengonsumsi barang dan jasa yang mereka butuhkan dan tidak mengonsumsi barang yang tidak mereka
butuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Pengetahuan tentang ekonomi yang mereka dapatkan sangat mempengaruhi mereka dalam melakukan kegiatan
konsumsi sehari-hari. Setiap siswa memiliki sikap yang berbeda-beda untuk melakukan konsumsi barang dan jasa, ada siswa yang konsumtif dalam
mengonsumsi barang dan jasa namun ada juga siswa yang kurang dan bahkan tidak konsumtif dalam mengonsumsi barang dan jasa. Siswa yang paham
dengan pengetahuan tentang ekonomi biasanya akan lebih bijak untuk melakukan konsumsi sehingga mereka tidak termasuk ke dalam kategori
orang konsumtif yang hanya menghabiskan pendapatan untuk mengonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya kurang atau tidak dibutuhkan.
Faktor lain yang dianggap dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen dalam mengonsumsi barang dan jasa menurut T. Gilarso
2001: 112 adalah faktor individu, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Ilmu ekonomi secara sistematis mempelajari gejala-gejala dan tingkah laku
manusia dalam masyarakat yang muncul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan sumber daya yang terbatas itu
Gilarso, 2002: 34.
Menurut Paul A. Samuelson seorang ahli ekonomi dari Amerika Serikat dalam bukunya Economics mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai
suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka memproduksi berbagai komoditas,
untuk kemudian menyalurkannya, baik saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Maka
dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi menyangkut hal-hal sebagai berikut: 1 Ekonomi sangat erat kaitannya dengan perilaku individu dan masyarakat.
2 Adanya sumber daya yang langka, tetapi memiliki beberapa alternatif penggunaan.
3 Kegiatan ekonomi terdiri dari produksi, distribusi penyaluran, dan konsumsi.
4 Konsumen bisa saja dalam bentuk masyarakat kelompok atau individu. Dari semua faktor tersebut diatas besar kecilnya penghasilan adalah
faktor yang terpenting dan cukup besar mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Semakin besar penghasilan yang dimiliki maka semakin besar pula
pola konsumsinya. Pengeluaran dalam sejumlah keluarga ada yang berpenghasilan rendah dan ada juga keluarga yang berpenghasilan cukup
kaya. Keluarga yang miskin hampir seluruh penghasilannya akan habis digunakan untuk kebutuhan primer yaitu makanan, sedangkan keluarga yang
cukup kaya jumlah pengeluaran uang untuk kebutuhan primer juga akan bertambah banyak.
b. Kontribusi status sosial ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi
sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta Hasil pengujian hipotesis kedua mengenai kontribusi status sosial
ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi menunjukkan bahwa ada kontribusi status sosial ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-
hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Kesimpulan tersebut didukung dengan hasil perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai sig.
probabilitas untuk SMA negeri sebesar 0,002 0,05 dan untuk SMA Swasta 0,009 0.05. Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada
kontribusi status sosial ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari- hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.
Berdasarkan analisis deskriptif responden menunjukan bahwa pendidikan orang tua Ayah siswa berada dalam kategori tinggi baik SMA
Negeri maupun SMA Swasta. Hal ini ditunjukan dari banyaknya lulusan dari perguruan tinggi sebesar 69 untuk SMA Negeri dan SMA Swasta sebesar
51. Pendidikan orang tua Ayah tinggi akan mempengaruhi perilaku konsumsi siswa SMA Negeri maupun SMA Swasta karena orang tua Ayah
yang berpendidikan tinggi akan menentukan dalam pemilihan barang dan jasa yang bermerek. Pendidikan orang tua Ayah tinggi akan membantu siswa
untuk mengambil keputusan dalam memecahkan suatu masalah. Orang tua Ayah siswa yang berpendidikan tinggi akan berfikir dua kali untuk
memberikan uang saku kepada siswa dalam jumlah banyak karena orang tua
Ayah tidak mau kalau anaknya memiliki sikap yang konsumtif terutama dalam mengonsumsi barang dan jasa yang berlebihan.
Jenis pekerjaan yang dimiliki orang tua Ayah siswa berpengaruh terhadap perilaku kegiatan konsumsi siswa. Pendidikan akan menentukan
pekerjaan orang tua Ayah siswa. Pekerjaan yang dilakukan orang tua Ayah siswa akan mempengaruhi uang saku yang diterimanya yang akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhannya yaitu mengonsumsi barang dan jasa. Orang tua Ayah yang pekerjaannya berpenghasilan rendah atau pas-pasan maka
uang saku yang di dapat siswa setiap harinya akan berbeda dengan orang tua Ayah yang berpenghasilan tinggi dan sedang. Dengan uang saku yang pas-
pasan, siswa kemungkinan besar tidak akan melakukan konsumsi yang berlebihan karena uang yang dimiliki hanya cukup untuk makan dan minum.
Penghasilan orang tua Ayah siswa dengan jumlah 48 dari SMA Negeri sebesar 2.750.000 perbulan, sedangkan penghasilan orang tua
Ayah siswa dengan jumlah 35 dari SMA Swasta sebesar 2.750.000 perbulan. Jenis pekerjaan orang tua Ayah responden baik SMA Negeri
maupun SMA Swasta berada di golongan F yang berarti pemilik buscolt, pengawas keamanan, petani pemilik tanah, pegawai sipil ABRI, mandor,
pemilik perusahaantokopabrik, pedagang, pegawai kantor, peternak, tuan tanah. Ada beberapa yang berada di golongan A-I, namun lebih banyak berada
di golongan F. Pendidikan orang tua Ayah siswa banyak yang berada di kategori tinggi yaitu lulusan diploma dan sarjana maka dari itu pendidikan
orang tua Ayah siswa banyak yang berada di golongan F. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang didapat. Dengan pendidikan yang tinggi
maka seseorang akan mudah untuk mencari pekerjaan yang nantinya akan menghasilkan sejumlah pendapatan.
Sedangkan analisis deskripsi data tentang perilaku kegiatan konsumsi siswa SMA Negeri dan SMA Swasta menunjukkan bahwa sebagian
responden berada di kategori cukup. Untuk SMA Negeri yang masuk dalam kategori kurang sebesar 27, responden yang masuk dalam kategori cukup
sebesar 67, sedangkan responden yang masuk dalam kategori baik sebesar 6. Sedangkan untuk SMA Swasta, responden yang masuk dalam kategori
kurang sebesar 33, responden yang masuk dalam kategori cukup sebesar 66, responden yang masuk dalam kategori baik sebesar 1.
Dari hasil pengujian hipotesis dinyatakan bahwa kontribusi status sosial ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi siswa baik SMA Negeri
maupun SMA Swasta berhubungan erat dengan status sosial ekonomi orang tua Ayah karena banyak atau tidaknya uang saku yang siswa dapatkan setiap
hari tergantung dari status sosial ekonomi orang tua Ayah dari masing- masing siswa. Setelah dilakukan penelitian untuk SMA Negeri ternyata status
sosial ekonomi orang tua Ayah terutama untuk pendidikan orang tua Ayah siswa berada di kategori tinggi dengan jumlah 69 lulusan dari perguruan
tinggi yaitu diploma dan sarjana. Sedangkan untuk SMA Swasta ternyata status sosial ekonomi orang tua Ayah terutama untuk pendidikan orang tua