Kondisi Geografis Suriah Suriah

Syiksyikli, Faisal al-Atassi, Syukri al-Qutali, Nazim al-Qudsi, Amin al- Hafiz, dan Nuruddin al-Attasi. Pada masa pemerintahan Nuruddin al- Attasi, Hafiz al-Assad memimpin revolusi menentangnya. Revolusi ini berhasil mengantarkan Hafiz al-Assad menjadi presiden Suriah sejak tahun 1970. Pada tahun 1995, untuk ke-5 kalinya, Hafiz al-Assad memimpin Suriah. Namun, sebelum berakhir masa jabatannya dia meninggal dunia. Hafiz al- assad dengan rezim Partai Ba‘athnya memerintah Suriah secara otriter dan totaliter. Pemerintah Suriah paa masa itu bertindak represif terhadap gerakan-gerakan Islam yang dianggap sebagai nacaman utama terhadap kekuasaanya. Ketika terjadi serangan terhadap sekolah kader militer di Aleppo dan kantor Partai Ba‘ath pada tahun 1979, pihak yang dituduh melakukannya ialah kelompok Ikhwanul Muslimin. Kelmpok gerakan Islam ini kemudian berdemo besar-besaran dan melakukan aksi boikot di Hamah, Hims, dan Aleppo pada Maret 1980, dengan alasan inilah Assad lebih ketat dalam melaksanakan kebijakan presifnya, terutama terhadap kelompok dakwah Islam seperti Ikhwanul Muslimin juga Hizbut Tahrir. Tindakan represif ini memuncak dalam peristiwa pembantaian Hamah di awal 1980-an. Saat revolusi meledak di dunia Arab Arab Spring, rakyat Suriah yang berada di bawah pemerintahan represif ini mulai menunjukkan geliat revolusinya. Awal Februari, sejumlah tuntuta n ―malu-malu‖ di Damaskus dan Aleppo mendesak agar rakyt berdemo. Beberapa kesepakatan berhasil dibuat, namun para aktivis tidak mendapat respon yang memedai. Hingga pada tanggal 17 Februari, seorang polisi di pusat ibukota bertindak sewenang-wenang kepada seorang pedagang di pasar tua Huraiqah. Dalam waktu singkat, ribuan orang di pasar berkumpul dan protes untuk pertama kalinya setelah hampir setengah abad lamanya memendam penderitaan. Rakyat meneriakkan yel- yel, ―Rakyat Suriah tidak Boleh Dihinakan‖. Melihat situasi ini, Menteri Dalam Negeri beserta ―Shabiba‖, pasukan bersenjata rezim Bashar langsung turun tangan. Mereka menerobos ke tengah dmeonstrasi dan merebut kendali. Beberapa hari menjelang akhir Februari, seorang anak di Dar‘a membuat coretan di dinding dengan slogan yang mereka contek dari Arab Spring Musim Semi Arab di negeri Arab lainnya, ―Rakyat ingin menurukan pemerintah‖. Belasan anak yang usianya tidak lebih dari 15 tahun diseret dari rumah mereka pada malam hari itu juga. Mereka digiring ke tahanan dan disiksa hingga tewas.orang tua anak-anak yang datang untuk memohon dan memelas agar anak mereka dilepasakan ditanggapi dengan jawaban yang menghinakan, ―Lupakan mereka, dan lahirkanlah anak-anak lain Atau bawa kemari istri-istri kalian agar kami hamili bila kalian tidak mampu‖. Jawaban itulah yang akhirnya mendorong Revolusi Suriah meledak di berbagai penjuru negeri. Tuntutan demonstrasi terus berlangsung dan tersebar melalui situs- situs jejaring sosial pada hari Selasa 1532011. Para demonstran berteriak, ―Kemana engkau rakyat Suriah?‖ pada aksi demonstrasinya di Damaskus, Aleppo, Dar‘a dan Dirzur. Esok harinya, sekitar 100 pemuda berdemonstrasi di jantung kota Damaskus. Mereka berkumpul di depan kantor kementrian dalam negeri untuk menuntut kebebasan, reformasi politik, dan agar tawanan politik dibebaskan dari penjara. Ratusan aparat membubarkan aksi ini dan menangkap sebagian aktivis. Para pengunjuk rasa juga menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al-Assad, penggulingan pemerintahannya, dan mengakhiri hampir lima dekade pemerintahan Partai Baath dan mengganti dengan sistem Islam yang kaffah di bawah naungan Khilafah. Mogok massal dan berkumpul di tempat terbuka juga dilakukan oleh masyarakat di Da r‘a 2332011 dengan berkumpul di mesjid Jamik al- Amru. Hal ini merupakan ―dosa besar‖ di mata rezim Bashar, hingga tentara loyalis rezim memulai serangannya dengan menembak dan melempar bom. Rakyat yang ingin bergabung ke mesjid Jamik al-amru dihadang dengan tembakan, dan ambulans dilarang masuk. Akibatnya puluhan korban tewas sebagai syuhada dan ratusan lainnya terluka barat pada aksi itu. Suriah pada hari-hari berikutnya semakin memanas, setiap hari terjadi demonstrasi dan mogok massal nasional. Sementara jawaban yang diberikan rezim Bashar tidak berubah, tetap pada peluru panas dan senjata berat. Walaupun para pejabat tinggi Suriah dan Bashar tampil silih berganti di layar televisi dengan pernyataan kamuflase, tapi itu semua tak membuat rakyat Suriah untuk mundur dan menghentikan tuntutannya.