Media Islam Wacana Perang Ideologi pada Konflik Suriah di Media Umat

Thalib, Abi Hurairah, Anas, dan Ibnu Umar. 36 Para sahabat inilah yang mengindahkan berita-berita itu kepada sahabat lainnya, kemudian kepada tabi’in, lalu kepada tabi’it-tabi’in. Ratusan ribu Hadits yang berhasil dicatat oleh para ahli-ahli Hadits adalah berkat jasa-jasa reportase para sahabat.

C. Analisis Wacana

1. Konsep Analisis Wacana

Menurut Eriyanto, dalam bukunya Analisis Wacana, Pengantar Analisis Media mengatakan bahwa bahasa adalah hal utama dalam kaitan dengan pembuatan suatu wacana. Bahasa mampu menggambarkan suatu subyek yang berhubungan dengan pemakaian ideologi dalam suatu teks. 37 Melalui bahasa inilah kelompok sosial yang ada di masyarakat akan saling menunjukkan eksistensinya masing-masing. Bahasa adalah suatu sistem kategorisasi, dan kosakata tertentu dapat dipilih yang akan menyebabkan makna tertentu. Selain bahasa, ada pula peran dari pemikiran atau ideologi. Kerja ideologi, sebagai mana dinyatakan John Fiske yang tertulis dalam buku Eriyanto, selalu mendukung status quo melalui mana kelompok yang mempunyai kekuasaan lebih besar dan menyebarkan gagasan serta pesannya. 38 Posisi pembacaan dominan dominant-hegemonic position yaitu saat 36 Dr. H. Hamzah Ya‟qub, Publistik Islam:Teknik Da,wah dan Leadership, h. 86. 37 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, hal. 94. 38 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 154 digunakannya suatu tandakode terhadap pembaca agar pembaca memiliki persepsi yang sama sehingga pesan yang tersembunyi pada penulisan teks mampu tersalurkan dengan baik.

2. Konstruksi Realitas Sosial di Media Massa

Menurut Crigler 1996:7-9, setidaknya ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis di dalam analisis wacana. Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorag membuat gambaran tentang realitas politik. kata makna merujuk kepada sesuatu yang diharapkan untuk ditampilkan, khususnya melalui bahasa. Kedua, pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang terus-menerus dan dinamis. 39 Istilah konstruksi sosial social construction of reality didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. 40 Menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckman, realitas tidak dibentuk secara ilmiah. Tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda atau prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas 39 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 72 40 Margareth Poloma, Sosiologi Kontemporer Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, h. 301. suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan dan lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu. 41 Burhan Bungin dalam bukunya Konstruksi Sosial Media Massa menjelaskan bahwa media memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi realitas sosial, melalui pemindahan pesan kepada media dengan atau setelah dirubah citranya, kemudian media tersebut memindahkan atau mentransfer kembali citra yang dikonstruksinya kepada masyarakat, seolah sebagai realitas yang sebagaimana mestinya. 42 Dalam hal ini berita yang diproduksi oleh media massa tak dapat lepas dari cara media mengkonstruksi isu-isu yang ada menjadi sebuah berita. Sebuah peristiwa yang sama dapat dikonstruksikan berbeda-beda melalui cara pandang dan konsepsi pada masing-masing wartawan. Mulai pada teks melalui bahasa, foto, dan sebagainya yang berkaitan dengan penulisan berita. Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang riil. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta. Realitas sosial tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses internalisasi dimana wartawan dilanda oleh realitas yang ia amati dan diserap dalam kesadarannya. Kemudian proses selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses ini wartawan 41 Eryanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media LkiS, Yogyakarta: 2002, h.15 . 42 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi Masyarakat Jakarta: Kencana, 2007, Cet. Ke-2, h.2. menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika ini 43 . Menurut Berger dan Luckman yang dikutip Burhan Bungin mengenai realitas sosial ada 3 macam, yaitu : 1. Realitas Subjektif yaitu realitas yang terbentuk sebagai proses penyerangan realias objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi. 2. Realitas Objektif yaitu realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. 3. Realitas Simbolik yaitu merupakan ekspresi simbolik dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. 44 Dalam melakukan kegiatan jurnalistik, pekerjaan media pada hakikatnya ialah mengkonstruksi realitas. Meskipun memiliki tema pemberitaan yang sama, akan tetapi setiap media massa akan menghasilkan makna yang berbeda dari hasil konstruksi realitas yang dilakukan. Proses kelahiran konstruksi sosial media massa berlangsung dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut 45 : 43 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi Masyarakat, h. 17. 44 Burhan Bungin, Sosial Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus eknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta, 2007, h.5. 45 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi Jakarta: Kencana, 2007, h. 204. 1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi Pada tahap ini isu-isu penting dimunculkan. Isu-isu ini dipilih berdasarkan isu yang paling menjadikan pembaca tertarik. Misalnya isu mengenai harta, tahta, dan perempuan. Selain itu, isu yang sifatnya menyentuh atau memiliki kedekatan proximity dengan pembaca juga dimunculkan. Misalnya isu konflik, isu kriminalitas, dan human interest. 2. Tahap Sebaran Konstruksi Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca. 46 3. Pembentukan Konstruksi Realitas a. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas Setelah terjadinya sebaran konstruksi, di mana pemberitaan telah sampai pada pemirsa atau pembaca, selanjutnya yaitu terjadinya tahap pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generic. Pertama, konstruksi realitas pembenaran; kedua,kesediaan 46 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi , h. 208.