Wacana Perang Ideologi pada Konflik Suriah di Media Umat

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

i

Wacana Perang Ideologi Pada Konflik Suriah di Media Umat

Konflik Suriah yang berlangsung dari tahun 2011 hingga hari ini telah menarik perhatian dunia internasional. Adanya perlawanan dari pelbagai kelompok masyarakat Suriah terhadap tindakan represif rezim pemerintahan telah menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat. Turut sertanya negara asing dengan segala kepentingannya dalam konflik ini menambah pelik situasi di Suriah. Masing-masing pihak yang terlibat konflik mencoba mempertahankan kepentingan mereka terhadap Suriah. Perbedaan ideologi yang diusung oleh masin-masing aktor yang terlibat konflik ini dibangun oleh media massa sebagai perang ideologi yang tercermin dari wacana serta teks berita yang dihasilkan.

Rumusan masalahdari penelitian ini adalah (1) Bagaimana wacana perang ideologi pada konflik Suriah dikonstruksi oleh Media Umat? Tujuan penelitian Untuk mengetahui bagaimana wacana perang ideologi pada konflik Suriah dikonstruksi lewat oleh Media Umat.

Teori Utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah hirarki pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese yang mengemukakan bahwa ada pelbagai faktor yang mempengaruhi isi media atau agenda media. Kemudian untuk menganalisis objek penelitian dengan menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani.

Metodologi Penelitian dalam skripsi ini antara lain menggunakan: paradigma kronstruktivis, pendekatan kualitatif, dan metode penelitian menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan dokumentasi sebagai sumber referensi melakukan penelitian.

Hasil penelitian menunjukan, Tabloid Media Umat sebagai media komunikasi yang berideologi Islam mengkonstruksi wacana perang ideologi dengan menampilkan dan menonjolkan kebengisan rezim pemerintah, masuknya negara asing yang ingin membajak revolusi Suriah, dan para pejuang Islam (mujahidin) di Suriah yang tak bergeming dengan kebrutalan rezim Asad serta ide-ide revolusi negara asing.

Keyword: Konflik, Ideologi, Suriah, Media Umat, Wacana, Framing Gamson dan Modigliani


(6)

ii

Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan magfirah-Nya yang selalu tercurahkan. Berkat pertolongan dan karunia-Nya, akhirnya peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul “Wacana Perang Ideologi Pada Konflik Suriah Di Media Umat.

Shalawat serta salam terlantunkan kepada kekasih Allah, Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya kelak di yaumil akhir.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suprapto, M.Ed selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Sunandar, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si beserta Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfiroh Nurlaily, M.A atas dukungan dan bantuannya dalam administrasi maupun segala hal dalam proses penulisan skripsi.


(7)

iii

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik serta memberikan beragam ilmu. Semoga pengorbanan para dosen dibalas dengan kebaikan yang tak terhingga dari Allah.

5. Seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

6. Kepada pihak Tabloid Media Umat yang turut berperan dalam selesainya penelitian, khususnya kepada Ust. Farid Wadjdi selaku Pimpinan Redaksi, dan Ust. Mujiyanto selaku Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat sebagai narasumber yang sudah meluangkan waktunya dan memberikan kesempatan untuk wawancara terkait penelitian ini.

7. Orangtua tercinta, Ibundo Neny Nizam dan Baba Sumardi. Terimakasih atas cinta, kasih sayang, perhatian, kepercayaan, kesabaran, ketulusan doa yang tak ada hentinya, serta dukungan moril dan materil selama ini. Terimakasih selalu memberikan dan mengorbankan yang terbaik ditengah segala keterbatasan.

8. Makdang Syabnikmat dan Makwo Vidriani, Uni Resti, Ilham, Uni Dina, Devi solehah, dan seluruh keluarga besar Nizam. Hanya Allah yang mampu segala kebaikan dan ketulusan cinta kalian dengan yang lebih baik.


(8)

iv

semangat untuk terus berjuang hingga akhir. Benar, Allah akan menolong apapun kesulitan kita saat kita bersedia menolong agama-Nya. Semoga hati kita semakin dikuatkan, langkah kita semakin diteguhkan, segala pengorbanan dibalas dengan kebaikan, dan berkumpulnya kita karena ikatan akidah kembali dipesatukan dalam Jannah-Nya. Aamiin.

10.Keluarga Jurnalistik A angkatan 2010, perhatian dan semangat yang kalian berikan sejak awal pertemuan tak pernah terlupakan. Semoga ilmu dan pengalaman kita semua bermanfaat dunia dan akhirat.

Akhirnya teriring salam dan doa, semoga segala motivasi dan kebaikan kepada peneliti dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang lebih baik dan berlipat ganda. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi wacana keilmuan dan ke-Islaman. Kepada-Nya lah segala urusan kembali dan kepada-Nya lah kita memohon hidayah dan taufiq serta ampunan.

Jakarta, 25 Agustus 2014


(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ...5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Media dan Ideologi 1. Pengertian Media... 15

2. Media dan Ideologi... 16

3. Teori Hirarki Pengaruh... 19

B. Media Islam ... 29

C. Analisis Wacana 1. Konsep Analisis Wacana ... 33


(10)

vi

2. Jenis Framing ... 40

3. Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani ... 41

E. Konseptualisasi Berita 1. Pengertian Berita ... 44

2. Nilai-Nilai Berita ... 46

3. Jenis-Jenis Berita ... 47

4. Sumber Berita ... 48

BAB III SURIAH DAN PEMBERITAANNYA A. Suriah 1. Syam dan Suriah... 49

2. Suriah “Pra Islam-Islam” ... 51

3. Kondisi Geografis Suriah ... 55

B. Konflik Suriah ... 57

C. Konstruksi Pemberitaan Konflik Suriah ... 63

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Profil Tabloid Media Umat ... 68

B. Hirarki Pengaruh Dalam Pemberitaan Konflik Suriah Di Media Umat ... 72 C. Konstruksi Wacana Perang Ideologi Pada Konflik


(11)

vii

3. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas ... 81

3.1Analisis Teks Berita I ... 86

3.2Analisis Teks Berita II ... 94

3.3 Analisis Teks Berita III ... 99

3.4 Analisis Teks Berita IV ...106

3.5 Analisis Teks Berita V ...112

3.6 Analisis Teks Berita VI ...118

3.7 Analisis Teks Berita VII ...125

4. Tahap Konfirmasi ... 132

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………....133

B. Saran………..134

DAFTAR PUSTAKA………...135


(12)

viii

Tabel 1.1: Tabel 1. 1: Perangkat Framing Model William Gamson dan Andre

Modigliani ... 9

Tabel 1.2: Daftar Narasumber ... 11

Tabel 4.1: Daftar Judul Berita Mengenai Konflik Suriah di Tabloid Media Umat ... 76

Tabel 4.2: Analisis Berita 1 “Bashar Asad, Rezim Keji Menanti Mati”... 92

Tabel 4.3: Analisis Berita 2 “Rezim Jahat Bashar Asad” ... 97

Tabel 4.4: Analisis Berita 3 “Pertarungan Barat dan Timur” ... 104

Tabel 4.5: Analisis Berita 4 Suriah Mulia dengan Khilafah” ... 111

Tabel 4.6: Analisis Berita 5 “Upaya Amerika Menagborsi Perjuangan Umat Islam” ... 116

Tabel 4.7: Analisis Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” ... 123

Tabel 4.8: Analisis Berita 7 “Revolusi Syam, Revolusi Islam: Peperangan Antara Keimanan dan Kekufuran” ... 130


(13)

ix

Gambar 2.1 : Skema Hierarchy of Influence ... 20

Gambar 4.1 : Berita 1 “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati” ... 87

Gambar 4.2 : Berita 2 “Rezim Jahat Bashar Assad” ... 94

Gambar 4.3 : Berita 3 “Pertarungan Barat dengan Timur” ... 99

Gambar 4.4 : Berita 4 “Suriah Mulia Dengan Khilafah” ... 106

Gambar 4.5 : Berita 5 “Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat Islam”... 112

Gambar 4.6 : Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” ... 118

Gambar 4.7 : Berita 7 “Revolusi Syam, Revolusi Islam: Peperangan Antara Keimanan dan Kekufuran” ... 125


(14)

x

Lampiran 1 Surat Keterangan Pengesahan Proposal Skripsi

Lampiran 2 Surat Keterangan Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Keterangan Permohonan Penelitian/Wawancara

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Narasumber

Lampiran 6 Company Profile Media Umat

Lampiran 7 Curriculum Vitae Narasumber


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan sarana dari komunikasi massa, media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan budaya yang juga dibaurkan dengan informasi dan hiburan.1 Melalui media massa, baik cetak maupun elektronik, masyarakat bisa mendapatkan pelbagai informasi mengenai fenomena kehidupan bermasyarakat dan bernegara, mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, maupun politik.

Media massa di antaranya tabloid berperan menampilkan berbagai realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah kehidupan lewat penyajian berita dan informasi. Dengan menyajikan realitas inilah masyarakat memperoleh gambaran tentang kondisi kehidupan yang ada.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tabloid merupakan surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak membuat berita secara singkat, padat dan bergambar, mudah dibaca umum, selain itu tabloid merupakan tulisan dalam bentuk ringkas dan padat (tentang kritik, paparan dan sebagainya).2

1

Dennis Mc Quail, Teori Komunikasi Mass (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 3.

2


(16)

Dari sekian banyak tabloid yang beredar di Indonesia, Media Umat merupakan salah satu media cetak Islam yang fokus menyajikan informasi tentang keadaan kaum Muslim di seluruh dunia. Adanya konflik di negeri-negeri Muslim tentu tak luput dari perhatian Media Umat, termasuk konflik yang sedang berkecamuk di Suriah hingga hari ini. Dalam penyajian informasinya, media yang memiliki tagline: Melanjutkan Kehidupan Islam” ini berupaya mengarahkan para pembaca untuk melihat konflik Suriah sebagai pertarungan ideologi antara Islam dan Barat.

Fenomena revolusi negara-negara Timur Tengah yang dikenal dengan Arab Spring telah membawa pengaruhnya hingga ke Suriah. Perlawanan rakyat Suriah yang selama ini dipimpin oleh rezim diktator direspon brutal oleh pemerintah, sehingga membuat rakyat Suriah berani untuk mengangkat senjata. Perlawanan bersenjata ini terus berlangsung dan menarik perhatian dunia internasional. Pihak-pihak asing yang mempunyai kepentingan terhadap Suriah pun terjun dalam konflik ini. Yang membuat menarik, ternyata perlawanan rakyat ini bukan hanya sekedar ingin menumbangkan rezim Assad, tapi juga perjuangan atas nama Islam, perjuangan yang ingin mengembalikan kehidupan Islam dengan terbentuknya Khilafah3.

Gejolak konflik di Suriah semakin menggeliat dan mengkhawatirkan tatkala awal Maret 2011 seorang anak berusia 11 tahun

3“Kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan

hukum-hukum perundang-undangan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia”, dijelaskan dalam Thesis Muhammad Muhsin Rodhi, “Tsaqafah dan Metode Hizbut Tahrir Dalam Mendirikan Negara Khilafah Islamiyah”


(17)

telah memperlihatkan kebenciannya terhadap pemerintahan rezim Suriah dengan menulis dan membuat gambar-gambar di tembok jalanan yang mencerminkan tuntutan untuk mengganti pemerintahan Assad di kota Dar‟a. Tuntutan perubahan ini akhirnya memercikan api konflik yang luar biasa, rezim pimpinan Assad pun meresponnya dengan brutal.4

Presiden Suriah, Bashar Assad yang menganut sekte Syiah Alawiyah/ Nusairiyah yang dari awal sering bergesekan dengan mayoritas Sunni di Suriah menambah pelik konflik ini. Aksi protes dan demonstrasi muncul dimana-mana. Rezim Assad menangkapi dan menculik para pemrotes, membunuh mereka, memotong bagian tubuh mereka, bahkan menyiksa sampai mati anak-anak yang ikut dalam demonstrasi.5

Menurut kelompok aktivis yang berpusat di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), dalam bulan Maret 2013 saja, 291 wanita, 298 anak-anak, 1486 pejuang pemberontak dan pembelot militer, serta 1464 pasukan pemerintahan tewas terbunuh. PBB mencatat lebih dari 70 ribu orang telah tewas di Suriah sejak pemberontakan dimulai. Sementara kelompok anti pemerintahan yang memonitori pelanggaran hak asasi manusia di kedua pihak mengatakan, jumlah korban jauh lebih tinggi dari 62.554 orang.6

4

http://majalah.hidayatullah.com/?=3636 diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 20:05 wib.

5

http://hizbut-tahrir.or.id/2013/04/16/assad-mengirim-para-geriliyawan-suriah-untuk-pelatihan-di-iran/ diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 17:20 wib.

6

http://politik.pelitaonline.com/news/2013/04/02/krisis-suriah-konflik-paling-berdarah#.UXCLOfV11YE diakses pada 17 Desember 2013, pkl. 15:38 wib.


(18)

Tindakan represif rezim Assad ini mendapat perhatian dunia internasional. Rusia, China serta Iran secara terang-terangan mendukung tindakan pemerintahan Assad untuk menghakimi warganya yang memberontak, berbagai jenis senjata, dan serta pasukan dikirim ke Suriah untuk menyelamatkan pemerintahan Assad. Sementara Amerika dan sekutunya menyeru agar Assad mundur dan berusaha mengganti para elit politik di Suriah dengan orang-orang pilihannya yang lebih mampu menjalankan pemerintahan Suriah dengan demokratis. Amerika pun bersikukuh untuk membuat koalisi dan Dewan Keamanan Suriah untuk menekan aksi pemberontakan.

Tapi pada faktanya, masyarakat Suriah dengan segala perjuangannya menolak solusi yang ditawarkan dari Amerika beserta sekutunya, masyarakat Suriah juga dengan tegas melawan gempuran Assad yang dibantu dan dimonitori oleh Rusia, China, dan Iran. Perlawanan sengit yang sesungghnya hanyalah dirasakan masyarakat Suriah sendiri, penderitaan atas berlangsungnya kekuasaan Assad yang selama ini memimpin telah membangkitkan rasa perjuangan mereka. Perjuangan masyarakat Suriah inilah yang sebenarnya jarang diungkapakan oleh media. Masyarakat Suriah yang memegang senjata hanya dikatakan sebagai pemberontak, tanpa melihat lebih dalam bahwa sebenarnya mereka bukan hanya memberontak atas kepemimpinan Assad, tapi juga memberontak terhadap sistem pemerintahan yang selama ini diterapkan di atas kehidupan mereka. Masyarakat Suriah ingin


(19)

menerapkan sistem yang sesuai dengan ideologi yang mereka inginkan. Ideologi yang berbeda dengan yang ditawarkan oleh Amerika, dan ideologi ini pula berbeda dengan ideologi yang dipaksakan oleh Rusia.

Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengangkat dan menganalisis sejauh mana Tabloid Media Umat mengungkapakan, menyajikan, dan mengulas wacana perang ideologi pada konflik Suriah, maka penelitian ini berjudul “Wacana Perang Ideologi pada Konflik

Suriah di Media Umat.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini dikhususkan pada satu masalah dari sekian banyak masalah yang diangkat di Media Umat, yakni perang ideologi pada konflik Suriah. Adapun penulis membatasi permasalahan pada wacana pemberitaan konflik Suriah di Media Umat pada edisi 87, 93, 96, dan 100.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana wacana perang ideologi pada konflik Suriah dikonstruksi oleh Media Umat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana wacana perang ideologi pada konflik Suriah dikonstruksi oleh Media Umat.


(20)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan keilmuan komunikasi, khususya bagi peneliti yang bersifat konstruktivis.

b. Manfaat Praktis

Manfaat konstruktivis penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini dapat digunakan oleh praktisi di bidang jurnalistik, khususnya penelitian yang terkait dengan telaah berita-berita konflik ideologi.

Penelitian ini juga diharapakan memberikan inspirasi media (media percetakan khususya) maupun media industri lainnya untuk menciptakan keberimbangan, netralisasi, dan akulturasi tanpa ada bias keberpihakan secara lebih baik, proporsional, profesional dan bermanfaat bagi orang banyak.

D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitan

Dalam studi mengenai bahasa, ada beberapa paradigma analisis. Yakni positivis, kontruktivis, dan kritis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Dalam paradigma konstruktivis, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objek belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan.


(21)

Konstruktivis justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya.7

Paradigma konstrukstivis melihat realitas pemberitaan media sebagai aktivitas konstruksi sosial. 8 Analisis yang disampaikan menurut pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.9

2. Pendekatan Penelitian

Analisis berlandaskan paradigma konstruktivis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal tersebut tercermin dari usaha paradigma konstruktivis untuk mendapatkan pemahaman yang bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.10 Penerapan pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkualitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan.11

7

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, Cet VII Februari 2009), h.5

8

Burhan Bungin, Metodologi Peneltian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo 2004), cet. Ketiga, h.204

9

Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 83.

10

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 215.

11


(22)

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, landasan yang dinilai tepat menyusun disain riset dengan demikan adalah analisis framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani. Analisis framing Gamson dan Modigliani dapat menjelaskan susunan-susunan ide yang terdapat dalam berita. Ide-ide tersebut didapat dari cara pandang wartawan dalam menyeleksi isu, menonjolkan isu mana yang diungkapkan dan isu mana yang tidak diungkapkan. Sehingga terbentuklah apa yang disebut sebagai kemasan (package).


(23)

Tabel 1. 1: Perangkat framing model William Gamson dan Andre

Modigliani12

Frame (Media Package)

Seperangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai suatu isu (central organizing idea of making sense of relevant events, suggesting what is at issues). Frame ini akan didukung oleh perangkat wacana lain, seperti kalimat, kata, dan sebagainya. Secara umum, perangkat ide sentral ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu framing devices dan reasoning devices.

Framing Devices (Perangkat

Framing):

Berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat ini antara lain: pemakaian kata, kalimat, grafik/gambar, dan metafora tertentu.

Reasoning Devices (Peangkat

Penalaran):

Berhubungan dengan kohesi dan kohorensi dari teks yang merujuk pada gagasan tertentu. Artinya ada dasar pembenar dan penalaran alas an tertentu sehingga membuat gagasan yang disampaikan media atau seseorang tampak benar, alamiah, dan wajar.

Methapors:

Perumpamaan atau pengandaian

Roots:

Analisis kausal atau sebab akibat Catchphrases:

Frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana. Ini umumnya berupa jargon atau slogan.

Appeats to Principle:

Premis dasar, klaim-klaim moral.

Exemplaar

Mengaitkan bingkai dengan contoh, uraian (bisa teori, perbandingan) yang memperjelas bingkai.

Consequences

Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai.

Depiction

Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depiction ini umumnya berupa kosakata, leksikon untuk melabeli sesuatu.

12


(24)

Visual Images

Gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun atau grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Media Umat. Objek yang digunakan ialah pemberitaan mengenai perang ideologi pada konflik yang terjadi di Suriah.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ialah kantor redaksi Media Umat, dan waktunya ialah pada bulan July 2014.

6. Teknik Pengumpulan Data

Berpijak pada penggunaan analisis framing Gamson dan Modigliani sebagai metodologi penelitian, maka teknik pengumpulan data yang akan dilakukan mengacu pada teknik pengumpulan data pada analisis framing Gamson dan Modigliani.

a) Wawancara Mendalam (Indept Interview)

Wawancara dilakukan sebagai metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.13 Teknik wawancara (interview) adalah teknik pencarian data/informasi mendalam yang diajukan kepada responden/informan dalam bentuk

13

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Rosda Karya, 2006), h. 35.


(25)

pertanyaan.14 Wawancara ini dilakukan sebagai pendukung bagi cara pandang wartawan serta rekonstruksi ide dalam analisis framing Gamson dan Modigliani.

Dalam hal ini, wawancara dilakukan kepada dua bagian yang berkepentingan dalam skripsi ini, yaitu:

Tabel 1. 2 Daftar Narasumber

Nama Jabatan Tujuan

Farid Wajdi Pimpinan Redaksi Tabloid Media Umat

Perihal proses produksi berita dan teks yang berhubungan dengan objek penelitian

Mujiyanto Redaktur Pelaksana TabloidMedia Umat

Perihal teks berita yang berhubungan dengan objek penelitian

b) Dokumentasi

Digunakan karena merupakan sumber yang stabil, berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, hasil pengkajian dokumen akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap suatu yang diselidiki. Dokumen-dokumen yang terkumpul seperti kumpulan pemberitaan Tabloid Media Umat dari 1 Januari 2013 – 30 Desember 2013.

14

Mahi M.Hikmat, Metode Penelitian; Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.79.


(26)

7. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, untuk melihat bagaimana Media Umat membingkai pemberitaan mengenai perang ideologi dalam konflik di Suriah, maka peneliti menggunakan analisis framing model William A. Gamson dan Andre Modigliani sebagai alat untuk membedah teks pada kelima artikel tersebut. Dalam membedah teks dalam kelima berita tersebut, peneliti melakukan analisis melalui tiga perangkat framingnya yaitu media package, core frame, dan condensing symbol. Sehingga akan terlihat apa yang ingin dibingkai atau ditonjolkan oleh Media Umat.

Selain itu, karena penelitian ini ingin mengetahui bagaimana Media Umat dalam mengkonstruksi perang ideologi pada konflik Suriah, maka peneliti menggunakan teori hirarki pengaruh dan teori konstruksi realitas sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckman.

8. Teknik Penulisan

Pada teknik penulisan penelitian ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmih (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syahid, terbitan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.


(27)

E. Tinjauan Pustaka

Sedangkan dalam penyusunan skripsi ini, sebelum peneliti menyusunnya lebih lanjut maka terlebih dahulu peneliti melakukan literatur dalam penulisan ini di beberapa perpustakaan. Maksud pengkajian ini adalah agar data diketahui bahwa apa yang diteliti sekarang tidak sama dengan skripsi-skripsi sebelumnya.

Dalam pengkajian literatur yang telah peneliti lakukan, peneliti mengkaji literatur analisis framing model William Gamson dan Andre Modigliani. Untuk itu, Adapun beberapa tinjauan pustaka berupa skripsi yang dijadikan penulis sebagai referensi yang membantu penelitian, meskipun sejauh ini belum ada skripsi yang mirip dan mampu dijadikan konsep dasar, skripsi-skripsi tersebut ialah:

1. Skripsi “Citra Perempuan dan Korupsi (Konstruksi Realitas Sosial dalam Pemberitaan Kasus Korupsi Suap Daging Impor di www.metrotvnews.com)” oleh Septinia Antika Fasya, Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Pada level teks, teknik analisis data sama-sama menggunakan teknik analisis framing Gamson dan Modigliani. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek yang diteliti. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah www.metrotvnews.com, sedangkan peneliti menjadikan Media Umat sebagai subjeknya. Objek yang diamati dalam penelitian ini ialah citra


(28)

perempuan dan korupsi, sedangkan peneliti menggunakan perang ideologi pada konflik di Suriah sebagai objek yang diamati.

2. Skripsi “Diskursus dan Implementasi Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan Konflik Suriah di Kabar Dunia TVOne” oleh Puti Buana, Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Perbedaannya terletak pada subjek yang diteliti serta metode penelitian yang digunakan. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah TVOne, sedangkan peneliti menggunakan Media Umat. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclouugh, sedangkan peneliti menggunakan metode analisis framing Gamson dan Modigliani.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Media dan Ideologi 1. Pengertian Media

Secara etimologi, media adalah jamak dari bahasa latin yaitu “Median” yang berarti alat perantara. Sedangkan secara terminologi media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai tujuan tertentu.1

Dalam kamus istilah Telekomunikasi BC. TT. Ghazali menyatakan bahwa media berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan apabila komunikan jauh tempatnya dna banyak jumlahnya. Jadi segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebgaia alat bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi, sedangkan bentuknya beragam.2

Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah "sarana penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya radio, televisi, dan surat kabar".3

Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan

1

Asmuni Syukri. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 104-105.

2

Asmuni Syukri. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 104-105.


(30)

pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.4

Media massa merupakan sarana yang paling efektif untuk menyampaikan informasi kepada publik, baik oleh individu, kelompok, maupun instansi pemerintah. Melalui media, baik secara perorangan maupun kolektif dapat membangun persepsi kepada pihak lain. Di samping sebagai alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, media massa juga mampu berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, bahkan menjadi kelompok penekan atas suatu gagasan yang harus diterima pihak lain.5

Dari berbagai penjelasan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa media massa merupakan sarana aktivitas penyampaian pesan-pesan dari sumber (komunikator) kepada khalayak (komunikan) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, baik melalui media cetak (koran, majalah, buku, tabloid), media elektronik (televisi, radio, film, video), maupun melalui media online (media berbasis internet).

2. Media dan Ideologi

Ideologi merupakan pemikiran mendasar yang sebelumnya tidak ada lagi pemikiran lain. Pemikiran mendasar ini ialah pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Salah satu

4

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jakarta:Rajawali Press, 2006), h. 122.

5


(31)

karakter ideologi adalah bisa melahirkan sistem untuk memecahkan permasahan manusia.6

Sebuah ideologi terdiri dari fikrah (ide) dan thariqah (metode). Fikrah (ide) ialah akidah, yaitu pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan ditambah dengan sistem dengan berbagai solusi pemecahan masalah kehidupan. Sementara thariqah (metode) ialah tata cara penerapan ideologi tersebut di dalam negeri yang mengadopsinya maupun cara penyebarannya ke luar negeri, serta pemeliharaan ideologi tersebut. 7

Dalam hal pemeliharaan serta penyebaran sebuah ideologi, kumpulan nilai-nilai atau ide-ide ini haruslah mampu diarahkan, dikembangkan dengan cara membuat setiap individu terikat dan taat pada ideologi tersebut. Disinilah media massa sebagai saluran komunikasi masyarakat mempunyai andil besar untuk mempengaruhi persepsi publik. Televisi, buku, film, koran, majalah, selebaran, video serta sosial media bisa dikatakan memiliki peran yang sangat efektif dan strategis dalam propaganda sebuah ideologi.

Kesuksesan media dalam melestarikan ideologi melalui penyampaian pesan serta gagasan inilah yang akan membuat sebuah ideologi menjadi dominan ditengah-tengah masyarakat. Tentunya kesuksesan media tak akan terlepas dari kekuasaan yang besar serta dominan pula. Sebagaimana dinyatakan John Fiske, kerja ideologi selalu

6

Ahmad „Athiyat, Jalan Baru Islam (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013), h. 84.

7


(32)

mendukung status quo melalui mana kelompok yang mempunyai kekuasaan lebih besar dan menyebarkan gagasan serta pesannya.8

Media membantu kelompok dominan menyebarkan gagasannya, mengontrol kelompok lain, dan membentuk konsensus antaranggota komunitas. Lewat medialah, ideologi dominan, apa yang baik dan apa yang buruk dimapankan9. Tak hanya itu, media juga dipandang sebagai wujud dari pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat.. Media bukan sarana yang netral yang menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi kelompok dan ideologi yang dominan itulah yang akan tampil dalam pemberitaan.10

Menurut Louis Althusser (1971, dalam Al Zastrouw, 2000), sebuah media dalam hubungannnya dengan kekuasaan, menempati posisi yang sangat strategis, karena kemampuannya sebagai sarana legimitasi. Media masa merupakan bagian alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa (Ideological States Apparatus).11

Pendapat Althusser ini dianggap oleh Gramsci (1971 dalam Al zastrouw, 2000) mengabaikan resistensi ideologis dari kelas tersub-ordinasi dalam ruang media. Bagi Gramsci media masa merupakan arena pertarungan ideologi yang saling berkompetisi (the battle ground for

8

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lkis, 2008), h. 108.

9

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 36.

10

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media., h. 37.

11


(33)

competing ideologies). Hal ini, berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legimitasi, sekaligus sebagai kontrol wacana publik. Namun, pada sisi lain media masa juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi yang dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus bisa juga menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.12

3. Teori Hirarki Pengaruh

Dalam buku hasil karyanya, Mediating The Message: Theories of Influence on Mass Media Control, Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996) mengemukan bahwa isi pesan media atau agenda media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi media.13 Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi dari program internal, keputusan manajerial dan editorial, serat pengaruh eksternal yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-individu berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan dan sebagainya.14

Dalam buku itu pula Shoemaker dan Reese membuat skema Hierarchy of Influence yang menunjukkan adanya lima faktor yang mempengaruhi isi media. Kelima faktor itu ialah pengaruh individu pekerja media (Individual Level), pengaruh dari rutinitas media (Media

12

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 30.

13

Stephen D. Reese, Setting the media’s Agenda: A Power Balance Perspective (Beverly Hills: Sage, 1991), h. 324.

14

Stephen W. Littlejohn dan Karen A Foss, Theories of Human Communication, 8th ed. (Belmont: Thomson Wadsworth, 2005), h. 281.


(34)

Routines Level), pengaruh dari organisasi media (Organizational Level), pengaruh dari luar media (Outside Media Level), dan yang terakhir adalah pengaruh ideologi (Ideology Level).15

Gambar 2.1

Skema “Hierarchy of Influence” Shoemaker dan Reese16

Antara satu faktor pengaruh dengan faktor pengaruh yang lain tentunya memiliki keteriktan yang tak dapat dikesampingkan. Pada level organisasi (kepemikikan media) misalnya, walupun terlihat dominan tetapi pengaruh pada level ideologi tanpa disadari mampu memaksa dan bergerak di luar kesadaran organisasi media.

15

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa (Jakarta:Kencana, 2007), h. 226.

16

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa, h.226


(35)

1. Level Individual - Tingkat Pengetahuan dan Pengalaman Penulis Para pekerja komunikasi alias komunikator individu media seperti jurnalis, pembuat film, fotografer, dan periklanan dan praktisi PR berada pada level ini. Karakteristik komunikator meliputi karakteristik individu (seperti jenis kelamin, etnis, dan orientasi seksual), latar belakang dan pengalaman (seperti pendidikan, agama dan status sosial ekonomi) tidak hanya membentuk sikap, pribadi, nilai-nilai, dan keyakinan , tetapi juga mengarahkan kepada latar belakang dan pengalaman profesionalnya. Peran etika profesional ini memiliki efek langsung terhadap isi media massa, sedangkan sikap, nilai dan kepercayaan pribadi mempunyai efek tidak langsung karena bergantung kepada kedudukan individu sendiri dalam organisasi media yang dapat memungkinkannya untuk mengesampingkan nilai profesional dan atau rutinitas organisasi.17

Faktor intrinsik seorang pekerja media berupa latar belakang, pengalaman, peran etika profesional, sikap serta kekuatan komunikator inilah yang sangat bekaitan erat dengan pembentukan konten media massa yang akan dimunculkannya di tengah-tengah khalayak. Walaupun pada akhirnya Shoemaker dan Reese mengungkapkan bahwa level individu seiring waktu tidak terlalu berpengaruh terhadap isi media, tapi setidaknya seorang jurnalis

17

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content (New York, USA: Longman Publishers, 1996), h. 61.


(36)

memiliki orientasi serta pengaruh nilai tertentu saat menciptakan konstruksi sosial.

2. Level Kerutinan Media– Standar Kegiatan

Setiap pekerjaan tentu memiliki praktik kerja berulang dan rutin yang harus dikerjakan sesuai standar atau prosedur yang telah ditetapkan, tak terkecuali para pekerja media. Apa yang diterima oleh media masa dipengaruhi oleh praktek-praktek komunikasi sehari-hari, termasuk deadline atau batas waktu dan kendala waktu lainnya, kebutuhan ruang dalm penerbitan, nilai berita standar objektifitas, dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber berita.18 Rutinitas Media terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yaitu sumber berita ( suppliers ), organisasi media ( processor ), dan audiens ( consumers ) yang akhirnya membentuk pemberitaan pada sebuah media.19

Sumber berita atau suppliers adalah sumber berita yang didapatkan oleh media untuk sebuah pemberitaan. Sumber berita tersebut dapat berupa pidato, wawancara , laporan perusahaan , atau dengar pendapat pemerintah. Adapun sumber penting seperti

18

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, h. 105.

19

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, h. 104.


(37)

para informan yang secara khusus dihubungi oleh pihak media biasanya memiliki pengaruh besar pada konten media. 20

Media mengembangkan pola organisasi, kebiasaan, dan cara melakukan suatu kerja guna menemukan cara-cara efektif dalam mengumpulkan dan mengevaluasi pesan-pesan informasi yang masuk. Rutinitas media dikembangkan sesuai kebutuhan sistem dan dijadikan standar, dilembagakan serta dipahami oleh setiap pekerjanya.21 Organisasi media atau processor ini bisa dikatakan sebagai redaksi sebuah media yang memang bertugas mengemas pemberitaan dan selanjutnya dikirim kepada audiens.

Konsumen sebuah berita di media yaitu bisa jadi pendengar, pembaca atau penonton. Unsur audiens (consumers) turut berpengaruh pada level rutinitas media. Keuntungan materi merupakan salah satu penyebab adanya kebutuhan serta ketergantungan media terhadap audiens. Hal ini memicu media untuk selalu memperhatikan unsur audiens dalam pemilihan dan penyampaian berita/ pesan komunikasi, sehingga target audiens mampu dijangkau sebanyak dan seluas mungkin.

20

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, h. 122.

21

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, h. 112.


(38)

3. Level Organisasi – Tujuan Media

Level organisasi berkaitan dengan struktur manajemen oraganisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media. Fokus pada level ini ialah tujuan, disamping menghasilkan produk yang berkualitas, melayani masyarakat, dan mencapai pengakuan profesional, tujuan utama kebanyakan organisasi media adalah memperoleh keuntungan materi. Orientasi keuntungan inilah yang akan mengikat pekerja media untuk mencari pemberitaan yang menguntungkan organisasi media.

Pemberitaan pada media bukanlah sebuah hasil kerja yang bersifat perseorangan, melainkan kerja kelompok yang menunjukkan aspek kolektivitas. Terdapat tiga tingkatan struktur dalam organisasi media. Tingkatan pertama diisi oleh pekerja lapangan seperti penulis, wartawan dan staf kreatif, yang bertugas mengumpulkan dan mengemas informasi. Tingkat menengah terdiri dari manajer, editor, produser dan orang lain yang mengkoordinasi proses dan memediasi komunikasi antara level bawah dan level atas. Yang terakhir sekaligus tertinggi ialah eksekutif tingkat atas perusahaan atau korporasi media yang membuat kebijakan organisasi, menetapkan ditetapkan, membuat keputusan penting, melindungi kepentingan komersial dan politik


(39)

perusahaan serta mempertahankan karyawan organisasi dari tekanan luar.22

Karena penentu kebijakan pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan dipegang oleh pemilik media, maka rutinitas pekerja media harus tunduk pada struktur organisasi yang lebih tinggi. Beberapa dampaknya ialah banyaknya pekerja media yang tak mampu bekerja secara idealis.

4. Level Ekstramedia – Lingkungan Politik

Dalam level ini, faktor ekstrinsik organisasi media yang memiliki peran untuk mempegaruhi konten media. Faktor ekstrinsik itu termasuk sumber informasi yang menjadi konten media (kelompok, kepentingan dalam masyarakat), sumber-sumber pendapatan dalam media (pengiklan dan khalayak), lembaga atau intuisi sosial (pemerintah), lingkungan ekonomi, dan teknologi.23

Sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak bisa menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu. Pengiklan atau khalayak menjadi sangat berpengaruh tatkala mereka mampu bertindak sebagai penentu kelangsungan sebuah media dengan membiayai jalannya roduksi yang sekaligus berfungsi sebagai sumber keuntungan dari sebuah media. Sebagian

22

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, h.145.

23

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, h. 166.


(40)

besar media komersial menganggap penting penonton karna perhatian mereka dapat dijual kepada pengiklan yang menyediakan sebagian besar pendapatan untuk media. Sementara pengiklan menginginkan media menyediakan dan mengubah konten sesuai keinginan mereka. Dengan teknologi baru, pengiklan mampu melakukan menyuguhkan konten yang lebih menjual ke masyarakat. Pengaruh lain yang sering mempengaruhi konten pada media berasal dari pemerintah. Meskipun beberapa negara tidak melakukan kontrol yang begitu ketat terhadap media massanya, setidaknya semua pemerintah bersepakat untuk mengontrol media massa sampai pada batas tertentu. Tak hanya itu, setiap media massa komersial yang beroperasi dalam pasar terkadang juga mampu mempengaruhi konten. Misalnya, besarnya pasar media memiliki peluang keuntungan untuk mempengaruhi konten.24

Hal diatas jelas menggambarkan adanya berbagai kekuatan dan juga keuasaan (power) dari pihak luar (outsiders) yang sangat mempengaruhi kerja media.

24

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content, h. 210.


(41)

5. Level Ideologi Media

Level ini merupakan tataran yang secara menonjol lebih berhubungan dengan tuntunan dan kepentingan sosial masyarakat secara lebih luas. Di sini dengan mudah kita dapat mendeteksi pers mengikuti gagasan (ideologi) dominan yang sedang berjalan atau diberlakukan oleh negara atau masyarakat.25

Ideologi yang diartikan sebagai kerangka berpikir tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya pada media bersifat abstrak seperti ide mempengaruhi sebuah media terutama ide kelas yang berkuasa. Hal ini terjadi karena ideologi berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas dalam sebuah media.

Media sebagai salah satu agen perubahan sosial, juga memiliki kemampuan untuk memberikan penafsiran atau dapat mendefinisikan situasi yang membuatnya memiliki kekuatan ideologi. Ini sangat berkaitan dengan hubungan media dengan kekusaan, karena media dapat mentransmisikan bahasa yang dapat melanggengkan kelompok yang berkuasa. Hegemoni dari ide-ide pun hanya dapat berjalan efektif dan menemukan kekuatannya tatkala ia menggunakan bahasa hanya sebagai alat dominasi,

25


(42)

sekaligus alat represif.26 Media memilki kekuasaan ideologis sebagai mekanisme ideologi sosial dan fungsi kontrol sosial.

Disamping itu, media juga memiliki andil besar dalam menyalurkan gagasan-gagasan kelas yang dominan sebagai cara untuk mengusai kelas yang tertindas. Situasi ini terjadi karena media memiliki kuasa di balik media yang mempengaruhi sebuah pemberitaan. Media sebagai sebuah organisasi ekonomi pun memiliki struktur yang mendominasi masyarakat. Menurut Little John ekonomi politik media memandang bahwa isi media merupakan komoditas untuk dijual di pasaran, dan informasi yang disebarkan diatur oleh apa yang akan akan diambil oleh pasar. Sistem ini merujuk pada operasi yang konservatif dan tidak berbahaya, menjadikan jenis program tertentu dan saluran media tertentu dominan dan yang lainnya terpinggirkan.27

Walaupun idealnya media seharusnya bebas dari intervensi atau kontrol kelompok apapun. Namun pada kenyataannya isi media terkadang merefleksikan ideologi dari kelompok yang membiayainya atau yang menjalankannya. Dari kelompok-kelompok ini tentunya memiliki agenda atau kepentingan. Tentunya kepentingan-kepentingan bersifat subyektif, hanya untuk kepentingan kelompoknya masing-masing. Kepentingan-kepentingan yang menjadi tujuan-tujuan kelompok tersebut pun

26

Listiyono Santoso, dkk., Epistemologi kiri (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 24.

27


(43)

bersifat ideologis, yaitu untuk menanamkan pemahaman-pemahaman atau ide-ide yang bertujuan untuk melanggengkan kekuasaan kelompok yang membiayai media.

B. Media Islam

Secara epistemologis, perkataan da‟wah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata huruf dal, „ain dan waw yang berarti dasar kecenderungan kepada sesuatu disebabkan suara dan kata-kata.28

Menyampaikan informasi massal kepada masyarakat menuntut gerakan dakwah harus mamapu memanfaatkan hasil sains, teknologi, dan informasi modern untuk mencapai tujuan dakwah, yaitu memperluas jangkauan pengaruh dakwah.29 Dengan kata lain, di masa yang kian mengalami kemajuan teknologi ini diperlukan sebuah media komunikasi untuk menyampaikan pesan, begitu pula dengan kegiatan berdakwah, Sebagai salah satu alat penghubung komunikasi antar individu maupun masyarakat inilah, keberadaan media massa tentunya memiliki peranan penting untuk mensyiarkan, memperjuangkan serta menegakkan ide atau nilai-nilai yang dibawa dan dimiliki oleh Islam.

Dakwah yang disampaikan dalam surat-surat kabar, majalah, brosur dan buku-buku, misalnya bukan hanya sampai pada orang-orang yang hidup sekarang, tetapi sampai pada masyarakat yang hidup berabad-abad sampai pada zaman yang akan datang. Dakwah yang disampaikan

28

Abu Husain Muhamad ibn Faris Zakariya, Mu’jam Al-Maqayis Al-Lughah, juz 2 (Mesir: Mustafa Al- Babi Al—halabi wa Awladuh, 1471), h.279.

29

Suf Kasman, Jurnalisme Universal- Menelususri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Quran (Jakarta: Teraju, 2004), h. 127.


(44)

dengan radio bukan haya didengar oleh orang-orang setempat, tetapi pada saat itu juga dapat menembus luar angkasa dan didengar bukan hanya diseluruh Indonesia, tetapi diseluruh dunia. Lain pula dengan film dan televisi, disini dawah itu berbentuk audio visual, sehingga panca indera mata dan telinga serta emosi manusia seklaigus menerima dan menanggapi maksud-maksud dan tujuan dakwah yang diharapkan.30

Media dakwah ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan ummat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah. Dalam hubungan ini biasa juga dikenal dengan metode dakwah menurut bentuk penyampainnya, yang dapat digolongkan menjadi lima golongan, antara lain lisan, tulisan, lukisan, audio visual dan akhlak. Adapun dakwah melalui tulisan ialah dakwah yang dilakukan denagn perantara tulisan, umpamanya : buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman-pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan sebagainya. 31

Ada beberapa media komunikasi dakwah yang dapat digolongkan menjadi lima golongan besar, yaitu :

1. Lisan: termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara, obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya dilakukan dengan lisan atau bersuara.

2. Tulisan: dakwah yag dilakukan dengan perantara tulisan umpamanya; buku-buku, majalah, surat kabar, buletin, risalah,

30

Abdul Munir Mulkan, Ideologisasi Gerakan Dakwah (Yogyakarta : SIPERS, 1996), hal. 58.

31Dr. H. Hamzah Ya‟qub,


(45)

kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan lain sebgainya.

3. Lukisan: yakni gambar-gambar dalam seni lukis, foto dan lain sebgaianya. Bentuk lukisan ini banyak menarik perhatian orang banyak dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud yang ingin disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-komik bergambar Islami untuk anak-anak.

4. Audio visual: yaitu suatu cara menyampiakna sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, radio, film dan sebagainya.

5. Akhlak: yaitu suatu cara yang menyampaikan langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.32

Akan kebutuhan media untuk menyampaikan pesan dakwah sangat penting sekali, seperti yang diungkapkan oleh M. Bahri Ghazali “kepentingan dakwah terhadap media atau alat yang sangat penting sekali, sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan media, dakwah akan mudah dicerna dan diterima oleh komunikan (mad‟unya).33

Dalam mengembangkan dakwah Islam, Rasulullah Muhammad saw. telah memanfaatkan risalah sebagai media komunikasi. Meskipun Rasulullah termasuk manusia yang tak dapat membaca atau buta huruf (ummi), namun dakwah secara risalah (surat-menyurat) pada awal kedatangan Islam tetap terwujud, hal ini tak lain karena bantuan para sahabat yang pandai menulis.

Berdakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah Rasulullah SAW. Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat kepada sejumlah penguasa Arab saat itu, atau yang mungkin lagi karena pesan pertama Al-Qur‟an adalah membaca, tentu perintah membaca ini erat

32

Dr. H. Hamzah Ya‟qub, Publistik Islam: Teknik Da,wah dan Leadership, h. 47- 48.

33

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah (Jakarta: Media Dakwah, 1984), h. 225.


(46)

kaitannya dengan perintah menulis.34 Bahkan sejahrawan Muhammad bin Sa‟ad (w. 230 H) dalam kitabnya, Al-Thabaqat Al-Kubra, menuliskan satu persatu surat Rasulullah saw. yang berjumlah tidak kurang dari 105 surat yang lengkap dengan sanadnya.35 Dengan melihat kepada banyaknya jumlah surat yang pernah dikirim oleh Nabi, hal tersebut menunjukkan adanya kesibukan Rasulullah berdakwah khususnya di bidang risalah, disamping bidang-bidang lainnya. Dari kegiatan dakwah tertulis itulah terlihat bahwa landasan jurnalistik telah diletakkan oleh beliau selaras dengan kondisi dan kemajuan ummat pada waktu itu.

Jika sekarang ini kita ketahui adanya wartawan yang mahir meng-cover suatu berita atau kejadian, kemudian menuliskannya lewat koran, maka di zaman Rasulullah saw. sesungguhnya para sahabat itu telah melaksanakan fungsi kewartawanan yang suci. Para sahabat Nabi telah mensponsori pemberitaan mengenai diri pribadi Nabi. Dan tidaklah begitu berlebih-lebihan jika dikatakan bahwa sahabat-sahabat Nabi ialah wartawan-wartawan (reporter) yang demikan mahirnya meng-cover berita-berita kejadian di zaman Nabi terutama yang menyangkut langsung kegiatan Rasululllah saw. baik perbuatan-perbuatan (af’al) beliau maupun perkataan-perkataan (sabda-sabda) beliau. Diantara para sahabat yang selalu mengikuti dan meng-cover berita-berita Nabi ada Aisyah bin Abu Bakar, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi

34

Asep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung : Mujahid, 2004), h. 5.

35Muhammad ibn Sa‟ad,


(47)

Thalib, Abi Hurairah, Anas, dan Ibnu Umar.36 Para sahabat inilah yang mengindahkan berita-berita itu kepada sahabat lainnya, kemudian kepada tabi’in, lalu kepada tabi’it-tabi’in. Ratusan ribu Hadits yang berhasil dicatat oleh para ahli-ahli Hadits adalah berkat jasa-jasa reportase para sahabat.

C. Analisis Wacana

1. Konsep Analisis Wacana

Menurut Eriyanto, dalam bukunya Analisis Wacana, Pengantar Analisis Media mengatakan bahwa bahasa adalah hal utama dalam kaitan dengan pembuatan suatu wacana. Bahasa mampu menggambarkan suatu subyek yang berhubungan dengan pemakaian ideologi dalam suatu teks.37 Melalui bahasa inilah kelompok sosial yang ada di masyarakat akan saling menunjukkan eksistensinya masing-masing.

Bahasa adalah suatu sistem kategorisasi, dan kosakata tertentu dapat dipilih yang akan menyebabkan makna tertentu. Selain bahasa, ada pula peran dari pemikiran atau ideologi. Kerja ideologi, sebagai mana dinyatakan John Fiske yang tertulis dalam buku Eriyanto, selalu mendukung status quo melalui mana kelompok yang mempunyai kekuasaan lebih besar dan menyebarkan gagasan serta pesannya.38 Posisi pembacaan dominan (dominant-hegemonic position) yaitu saat

36Dr. H. Hamzah Ya‟qub,

Publistik Islam:Teknik Da,wah dan Leadership, h. 86.

37

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, hal. 94.

38


(48)

digunakannya suatu tanda/kode terhadap pembaca agar pembaca memiliki persepsi yang sama sehingga pesan yang tersembunyi pada penulisan teks mampu tersalurkan dengan baik.

2. Konstruksi Realitas Sosial di Media Massa

Menurut Crigler (1996:7-9), setidaknya ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis di dalam analisis wacana. Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorag membuat gambaran tentang realitas politik. kata makna merujuk kepada sesuatu yang diharapkan untuk ditampilkan, khususnya melalui bahasa. Kedua, pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang terus-menerus dan dinamis.39

Istilah konstruksi sosial (social construction of reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.40 Menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckman, realitas tidak dibentuk secara ilmiah. Tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda atau prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas

39

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 72

40

Margareth Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 301.


(49)

suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan dan lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu.41

Burhan Bungin dalam bukunya Konstruksi Sosial Media Massa menjelaskan bahwa media memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi realitas sosial, melalui pemindahan pesan kepada media dengan atau setelah dirubah citranya, kemudian media tersebut memindahkan atau mentransfer kembali citra yang dikonstruksinya kepada masyarakat, seolah sebagai realitas yang sebagaimana mestinya.42

Dalam hal ini berita yang diproduksi oleh media massa tak dapat lepas dari cara media mengkonstruksi isu-isu yang ada menjadi sebuah berita. Sebuah peristiwa yang sama dapat dikonstruksikan berbeda-beda melalui cara pandang dan konsepsi pada masing-masing wartawan. Mulai pada teks melalui bahasa, foto, dan sebagainya yang berkaitan dengan penulisan berita.

Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang riil. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta. Realitas sosial tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses internalisasi dimana wartawan dilanda oleh realitas yang ia amati dan diserap dalam kesadarannya. Kemudian proses selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses ini wartawan

41

Eryanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media ( LkiS, Yogyakarta: 2002), h.15.

42

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke-2, h.2.


(50)

menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika ini43.

Menurut Berger dan Luckman yang dikutip Burhan Bungin mengenai realitas sosial ada 3 macam, yaitu :

1. Realitas Subjektif yaitu realitas yang terbentuk sebagai proses penyerangan realias objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi.

2. Realitas Objektif yaitu realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. 3. Realitas Simbolik yaitu merupakan ekspresi simbolik dari

realitas objektif dalam berbagai bentuk.44

Dalam melakukan kegiatan jurnalistik, pekerjaan media pada hakikatnya ialah mengkonstruksi realitas. Meskipun memiliki tema pemberitaan yang sama, akan tetapi setiap media massa akan menghasilkan makna yang berbeda dari hasil konstruksi realitas yang dilakukan.

Proses kelahiran konstruksi sosial media massa berlangsung dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut45:

43

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi Masyarakat, h. 17.

44

Burhan Bungin, Sosial Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus eknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta, 2007), h.5.

45

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 204.


(51)

1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Pada tahap ini isu-isu penting dimunculkan. Isu-isu ini dipilih berdasarkan isu yang paling menjadikan pembaca tertarik. Misalnya isu mengenai harta, tahta, dan perempuan. Selain itu, isu yang sifatnya menyentuh atau memiliki kedekatan (proximity) dengan pembaca juga dimunculkan. Misalnya isu konflik, isu kriminalitas, dan human interest.

2. Tahap Sebaran Konstruksi

Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.46

3. Pembentukan Konstruksi Realitas

a. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas

Setelah terjadinya sebaran konstruksi, di mana pemberitaan telah sampai pada pemirsa atau pembaca, selanjutnya yaitu terjadinya tahap pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generic. Pertama, konstruksi realitas pembenaran; kedua,kesediaan

46

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi , h. 208.


(52)

dikonstruksi oleh media massa; ketiga, sebagai pilihan konsumtif.47

b. Pembentukan Konstruksi Citra

Pembentukan konstruksi citra adalah bangunan yang diinginkan oleh tahap konstruksi. Di mana bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua model; model good news dan model bad news.

4. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahap ketika media massa maupun pembaca atau pemirsa memberikan argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk member argumentasi terhadap alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir pada proses konstruksi sosial.48

47

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi , h. 208.

48

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi , h. 212


(53)

D. Analisis Framing

1. Konsep Analisis Framing

Analisis framing adalah salah satu metode yang bertujuan untuk melihat cara pandang wartawan dalam mengemas berita. Dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca.49

Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Frame adalah prinsip dari seleksi, penekanan, dan presentasi dari realitas.50 Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas.51

Dengan menggunakan analisis framing dalam menganalisis berita, maka akan diketahui apa saja yang direkonstruksikan oleh wartawan. Yakni berupa realitas apa yang ditonjolkan dan apa saja yang disembunyikan yang tersusun menjadi sebuah frame atau peristiwa yang dibingkai.

49

Eriyanto, Analisis Framing (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 11.

50

Eriyanto, Analisis Framing, h.79.

51


(54)

2. Jenis Framing

Para sarjana komunikasi dan pakar politik sepakat bahwasanya istilah framing biasanya lekat dengan dua istilah sebagai berikut:

a. Framing media (media frames)

Merupakan bingkai yang dilakukan oleh wartawan yang berkaitan dengan bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang ini sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan.52

b. Framing Individu (Individu Frames)

Merupakan kegiatan penyimpanan ide yang membimbing proses informasi secara individu.53 Framing ini menjadi dasar bagi khalayak untuk melakukan interpretasi selektif dari pesan yang disampaikan berita. Dari framing inilah khalayak menngkap wacana yang disampaikan wartawan.54

52

AlexSobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing, h.162.

53

Eriyanto, Analisis Framing, h. 162.

54

Gitlin dalam Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Pengantar: Prof. Dr.


(55)

3. Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani

Model framing yang dikembangkan oleh William A. Gamson yang memberikan konsep bahwa framing adalah sebuah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.55

Dalam analisis framing model William A. Gamson dan Andre Modigliani membagi struktur analisis menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Media package merupakan asumsi bahwa berita memiliki konstruksi makna tertentu

2. Core frame merupakan gagasan sentral. Pada dasarnya berisi elemen-elemen inti untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap peristiwa dan mengarahkan makna pada isu yang dibangun condensing symbol (symbol yang dimampatkan).56

3. Condensing symbol merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat simbolik (framing device/perangkat framing dan reasoning devices/perangkat penalaran).

55

Eriyanto, Analisis Framing, h. 78.

56

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 177.


(56)

Ada dua perangkat bagaimana ide sentral diterjemahkan dalam teks berita. Pertama, framing device (perangkat framing). Perangkat ini berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat framing ini ditandai dengan pemakaian kata, kalimat, grafik atau gambar, dan metafora tertentu.57

Perangkat framing terbagi menjadi lima bagian atau struktur: Pertama, Methapors adalah perumpamaan dan pengandaian. Secara literal, methapors dipahami sebagai cara memindah makna dengan merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak, umpama, laksana. 58Kedua, Catcphrase adalah perangkat berupa jargon-jargon atau slogan. Yakni berupa istilah, bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran atau semangat tertentu.

Ketiga, Exemplaar adalah uraian untuk membenarkan perspektif. Yaitu mengemas fakta secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot makna lebih untuk dijadikan rujukan/ pelajaran. Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkaan perspektif.59 Keempat, Depiction adalah leksikon untuk melabeli sesuatu. Merupakan penggambaran fakta dengan memakai kata, istilah kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Asumsinya, pemakaian

57

William A. Gamson, Media Discourse as a Framing Resource dalam Ann N. Crigler (ed.) (The University of Michigan Press,1996), h. 120-121

58

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, h.179

59

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, h.179-180.


(57)

kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangkaa, menyesatkan pikiran dan tindakan, serta efektif sebagai bentuk aksi politik. Depiction dapat berbentuk stigmatisasi, eufimisme, serta akroniminasi. Kelima, Visual image adalah perangkat dalam bentuk gambar, grafis, dan sebagainya. Gunther Kress dan Theo van Leewen menyatakan, penataan visual images halaman surat kabar bukan sekedar alas an estetika perwajahan, tetapi lebih merupakan proses mempengaruhi lewat efek dan fungsi pesan agar menancap di benak khalayak, termasuk aspek ideology, pengaruh dan subjektivitas yang bersatu padu. Secara ideologis, Van Dijk menandaskan, fungsi visual images adalah untuk memanipulasi fakta agar bermakna legitimate.60

Kedua, reasioning devices (perangkat penalaran). Perangkat ini merujuk pada kohesi dan koherensi dari teks tersebut yang merujuk pada gagasan tertentu. Dalam suatu teks, perangkat penalaran bertujuan untuk memberikan asumsi pembenaran akan teks atau perangkat framing yang ada. Sehingga terlihat bahwa teks yang diungkapkan tersebut wajar dan benar dalam realitasnya.

Perangkat penalaran terbagi menjadi tiga bagian: Pertama, Roots merupakan analisis kausal atu sebab akibat. Roots merupakan pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek atau lebih yang dianggap menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Tujuannya, membenarkan penyimpulan fakta berdasar hubungan sebab-akibat yang digambarkan

60

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, h.179-180.


(58)

atau dibeberkan.61 Kedua, Appeals to principles merupakan premis dasar, klaim-klaim moral. Yaitu berupa pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai argumentasi pembenar membangun berita, berupa pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin, ajaran dan sejenisnya. Appeals to principle yang apriori, dogmatis, simplistik, dan monokausal (nonlogis) bertujuan membuat khalayak tak berdaya menyanggah ke sifat, waktu, tempat, cara tertentu, serta membuatnya tertutup/ keras dari bentu penalaran lain.62 Ketiga, Consequences merupakan efek atau konsekuensi63. Artinya dalam bingkai dibuat oleh media dalam pemberitaannya memiliki efek dan konsekuensi tersendiri. Efek tersebut dapat berupa konstruksi apa yang ingin dibingkai oleh media maupun efek untuk menampilkan citra tertentu dalam berita.

E. Konseptualisasi Berita 1. Pengertian Berita

Cahrles A. Dana mengungkapkan sebuah pameo yang terkenal mengenai berita. Dia mengatakan “ When a dog bites a man, that is not news, but when a man bites a dog, that news” (“Bila seekor anjing menggigit orang, itu bukan berita, tetapi bila orang menggigit anjing, itu baru berita”).64

Pameo tersebut ternyata tidak bisa dikatakan benar seutuhnya. Seekor anjing yang menggigit orang-orang penting/

61

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, h.180.

62

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, h.179-180.

63

Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006), Cet ke-I, h. 94.

64

Mondry, M.Sos, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h. 130.


(59)

berpengaruh atau karna gigitan anjing tersebut banyak korban yeng terifeksi virus mematikan tentulah merupakan hal yang layak untuk diinformasikan kepada khalayak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa berita ialah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.65

Adapun dalam buku Leksikon komunikasi, berita didefinisikan sebagai berikut:

a) Fakta atau gagasan yang dapat menarik perhatian orang banyak dan tepat waktunya disiarkan.

b) Pernyataan yang bertujuan untuk memeberitahu.

c) Laporan tentang peristiwa atau pendapat yang disiarkan atau untuk diketahui umum. 66

Definisi lainnya menyatakan bahwa berita ialah pernyataan yang bersifat umum dan aktuil, dibuat oleh wartawan dan disiarkan oleh surat kabar untuk dihidangkan kepada para pembaca. Disini ada macam-macam berita. Ada berita yang benar, ada berita sensasi dan ada berita yang obyektif. Selain daripada berita, surat kabar diisi oleh komentar, tajuk rencana, pokok, tinjauan, renungan, analisa dan sebagainya yang pada pokonya mengambil berita sebagai landasan.67

Definisi berita dari beberapa pakar jurnalistik.

- Willard C. Bleyer: Berita aalah suatu kejadian aktual yang diperoleh wartawan untu dimat dalam surat kabar karena menarik

65

http://kbbi.web.id/berita, diakses pada 30 April 2014, pkl. 09.49 wib.

66

Hari Mukti Kridalaksana, Leksikon Komunikasi (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1984), h.20.

67Dr. H. Hamzah Ya‟qub,

Publistik Islam- Teknik Da,wah dan Leadership (Bandung: CV Dipenogoro, 1981), h. 84.


(60)

atau mempunyai makna bagi pembaca (Newspaper Writing and Editing)

- William S. Maulsby: Berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-faktayang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. (Getting The News)

- Chilton R. Bush: Berita adalah laporan menegenai peristiwa yng penting diketahui masyarakat dan juga laporan peristiwa yang semata-mata menarik karena berhubungan dengan hal yang menarik dari seseorang atau sesuatu dalam situasi yang meneari (Newspaper Reporting of Public Affairs, 1940).

- Djafar H. Assegaf: Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang terkini, yang dipilih oleh wartawan untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya atau karena akiabt yang ditimbulkannya, atau karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. (Jurnalistik Masa Kini).68

Dari beberapa definisi berita yang telah dikemukakan, jelas bahwa berita merupakan segala informasi aktual yang sedang terjadi dan penting untuk diketahui oleh khalayak. Karena penting untuk diketahui oleh khalayak, maka informasi ini harus disiarkan lewat media, baik secara lisan, cetak, ataupun elektronik.

2. Nilai-nilai Berita

Suatu kejadian memiliki nilai berita jika memiliki unsur-unsur: - Penting (Significance): mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kehidupan orang banyak atau kejadiannya mempunyai akibat atau dampak yang luas terhadap kehidupan khalayak pembaca.

- Besaran (Magnitude): sesuatu yang besar dari segi jumlah, nilai, atau angka yang besar hitungannya sehinga pasti menjadi sesuatu yang berarti dan menarik untuk diketahui oleh orang banyak. - Kebaruan (Timeliness): memuat peristiwa yang baru saja terjadi.

Karena kejadiannya belum lama, hal ini menjadi aktual atau masih hangat dibicarakan umum. Aktual (terkini) berkaitan dengan

68

Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), h. 26.


(61)

tenggat waktu bahwa kejadian tersebut bukan berita basi atau terlamabtt memenuhi waktu pemuatan yang sudah ditetapkan pemimpin redaksi.

- Kedekatan (Proximity): memiliki kedekatan jarak (geografis) ataupun emosional dengan pembaca. Termasuk kedekatan karena profesi, minat, bakat, hobi dna perhatian pembaca.

- Ketermukaan (Prominence): hal-hal yang mencuat dari diri seseorang atau sesuatu benda, tempat atau kejadian. Suatu peristiwa yang menyangkut orang terkenal atau sesuatu yang dikenal masyarakat menjadi berita penting untuk diketahui oleh pembaca. Cuatan ini adalah hal-hal yang menonjol dari sesuatu atau seseorang dan karenanya sesuatu atau seseorang itu menjadi dikenal oleh orang banyak, populer, sangat disukai, atau justru sangat dibenci.

- Sentuhan Manusiawi (Human Interest): sesuatu yang menyentuh rasa kemanusiaan, menggugah hati dan minat. 69

Dja‟far H. Assegaf juga menyebutkan beberapa unsur yang harus ada dalam sebuah berita, yaitu:

1. Aktual (Terkini, Kebaruan). 2. Jarak.

3. Penting (Interest).

4. Luar biasa (Extraordinary). 5. Akiabat yang ditimbulkannya. 6. Ketegangan (Suspence). 7. Mengandung konflik. 8. Seks.

9. Kemajuan-kemajuan yang dimiliki (progress). 10.Emosi.

11.Humor.70

3. Jenis-jenis Berita

Berdasarkan sifat kejadiannya, Dja‟fat Assegaf dalam buku Jurnalistik Masa Kini (1985) membagi berita menjadi dua hal pokok.

1. Berita yang dapat diduga: peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan sebelumnya, seperti perayaan HUT RI, munas organisasi politik, konferensi, seminar, dan sebagainya

69

Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 31.

70


(1)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis terhadap tujuh berita terkait wacana perang ideologi pada konflik Suriah di Tabloid Media Umat, penulis memperoleh kesimpulan yang ditemukan melalui analisis framing William A.Gamson dan Andre Modigliani. Kesimpulannya sebagai berikut:

Sebagai salah satu media Islam yang ada di Indonesia, Media Umat

mengkonstruksi wacana konflik yang terjadi di Suriah sebagai perang yang melibatkan pemerintah Suriah, pejuang Islam dan negara Barat. Berdasarkan teks yang terwujud, ketujuh berita tersebut selalu menampilkan dan menonjolkan kebrutalan rezim Asad yang berhaluan sosialis karena kian hari kian tak segan-segan untuk membombardir negeri dan rakyatnya sendiri, negara asing (Barat dengan ideologi sekuler) yang ikut serta dalam konflik di Suriah yang ditampilkan sebagai pembajak revolusi yang mencoba mengarahkan perubahan ala Barat, serta perjuangan para pejuang Islam (mujahidin) yang hanya inginkan Islam di Suriah yang tak bergeming dengan kebrutalan rezim Asad serta acuh dengan bujukan asing. Selain itu, Media Umat juga menggeser wacana konflik sektarian yang selama ini berkembang terkait konflik di Suriah menjadi perang yang sudah memasuki tataran pertempuran ideologi kehidupan.


(2)

B. Saran

Terkait wacana perang ideologi pada konflik Suriah di Tabloid Media Umat, dalam penelitian ini penulis ingin memberikan saran kepada pihak Tabloid Media Umat untuk terus menyajikan informasi rutin tentang perkembangan konflik di Suriah tersebut. Selalu mempertahankan profesionalisme dalam kegiatan jurnalistik agar informasi yang disajikan selalu akurat dan mampu dipertanggungjawabkan di dunia hingga akhirat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosda Karya, 2006. Mc Quail, Dennis. Teori Komunikasi Mass. Jakarta: Erlangga, 1996. Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka, 1995

Wodak, Ruth dan Meyer, M. (Eds.), Methods of Critical Discourse Analysis, London: Sage Publications, 2001.

Titscher, dkk, Methods of Text and Discourse Analysis. London: Sage Publications, 2000.

M.Hikmat, Mahi. Metode Penelitian; Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Syukri, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Rajawali Press, 2006

„Athiyat, Ahmad. Jalan Baru Islam. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013.

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media.Yogyakarta: Lkis, 2008.

D. Reese, Stephen. Setting the media’s Agenda: A Power Balance Perspective Beverly Hills: Sage, 1991

W. Littlejohn, Stephen dan A Foss, Karen. Theories of Human Communication, 8th ed. Belmont: Thomson Wadsworth, 2005.

J. Severin, Werner dan W. Tankard, James. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta:Kencana, 2007.

J. Shomaker, Pamela dan D. Reene, Stephen. Mediating The Message, Theories of Influence on Mass Media Content. New York, USA: Longman Publishers, 1996.

Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: Lkis, 2006. Santoso, Listiyono dkk.. Epistemologi kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.


(4)

Schiffrin, Deborah, ed. Ibrahim, Abd. Syukur. Ancangan Kajian Wacana/PPL.

Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Jumroni. Metode-Metode Penelitian Komunikasi.Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006.

Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.

Kridalaksana, Hari Mukti. Leksikon Komunikasi. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1984.

Ya‟qub, Hamzah. Publistik Islam- Teknik Da,wah dan Leadership. Bandung: CV Dipenogoro, 1981.

Barus, Sedia Willing. Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010.

Kasman, Suf. Jurnalisme Universal- Menelususri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al -Qalam dalam Al-Quran. Jakarta: Teraju, 2004.

Mulkan, Abdul Munir. Ideologisasi Gerakan Dakwah . Yogyakarta : SIPERS, 1996.

Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah. Jakarta: Media Dakwah, 1984.

Kusnawan, Asep. Berdakwah Lewat Tulisan. Bandung : Mujahid, 2004.

Abdurrahman, Hafiz. Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang. Bogor: Al Azhar Freshzone, 2013.

Antonio, Muhammad Syafii. Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus. Jakarta: Tazkia Publishing, 2012.

Ibrahim, Shabir Abdouh. Abu Ubaidah-Sahabat Rasulullah saw, Penakhluk Negeri Syam. Jakarta: Bulan Bintang: 1976.


(5)

LAMAN WEB

http://www.hupelita.com/baca.php?id=28037 diakses pada 11 Desember 2013 , pkl. 21:03 wib.

http://majalah.hidayatullah.com/?=3636 diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 20:05 wib.

http://hizbut-tahrir.or.id/2013/04/16/assad-mengirim-para-geriliyawan-suriah-untuk-pelatihan-di-iran/ diakses pada 29 Desember 2013,pkl. 17:20 wib.

http://politik.pelitaonline.com/news/2013/04/02/krisis-suriah-konflik-paling-berdarah#.UXCLOfV11YE diakses pada 17 Desember 2013, pkl. 15:38 wib.

http://kbbi.web.id/berita, diakses pada 30 April 2014, pkl. 09.49 wib.

http://hikmat.web.id/sejarah-dunia/sejarah-negara-suriah/ diakses pada 12 April 2014 pkl. 12:34 wib.

http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/02/11/miris-mengapa-arab-ramai-ramai-memusuhi-suriah-438416.html diakses pada 12 April 2014, pkl. 12:46 wib.

http://international.sindonews.com/read/2014/04/01/43/849620/konflik-suriah-sudah-telan-korban-150-ribu-jiwa diakses pada 06 mei 2014, pkl. 09:26 wib.

JURNAL

Ika Putriana, “Peran Gender Perempuan Militer dalam Majalah Korps Wanita Angkatan Darat – Melati Pagar Bangsa”, Jurnal Komunikasi Vol.1, No.1 (April 2012).

Noor Irfan (Dosen STIKOM Semarang), “Pemberitaan Pers atas RUU Keistimewaan Yogyakarta (Analisis Wacana Berita Harian Umum Kompas)”, Jurnal Semai Komunikasi, Vol. III, No. I (Desember 2012). Idris Aman, “Bahasa, Kuasa, dan Ideologi: Analisis Wacana Kritis Sebutan Baku


(6)

Kemanusiaan Universitas Kebangsaan Malaysia. Jurnal Akademika 56 (Januari 2000).