PKn yang didominasi P-4

279 Kurikulum 1994 sebagai kelanjutan dari Kurikulum 1984. Perubahan Pendidikan Kewarganegaraan yang bernama Pendidikan Moral Pancasila PMP menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn juga terjadi dalam era Orde Baru. Baik Orde Lama maupun Orde Baru sesungguhnya memiliki tujuan yang sama yaitu: Mendidik, membentuk, dan mempersiapkan warganegara yang baik menurut apa yang dianggap baik menurut pandangan “rezim” yang berkuasa pada masa itu. Orde Lama lebih menekankan pada “nation and character building” sedangkan periode Orde Baru lebih menekankan pada “Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya” yang masing-masing telah diketahui kekuatan dan ksaelemahannya. Orde Lama berakhir dengan lahirnya Gerakan 30 September PKI, dan Orde Baru berakhir dengan situasi pemerintahan yang korup, serta merajalelanya korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN yang dibangun di atas legitimasi politik dengan nilai-nilai kultur feodalisme dan primordialisme. Selama Orde Baru materi PPKn didominasi oleh materi P4, menyebabkan pembelajaran PPKn di kelas berlangsung dengan sangat kaku tanpa improvisasi dan bersifat indoktrinatif. Akibatnya siswa lebih terbiasa menghafalkan nilai-nilai dan moral Pancasila dan bukan mengamalkannya. Abdul Azis Wahab, 2007: 703. Tetapi apa yang penting PPKn pada masa Orde Baru lebih menekankan pada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, manusia pembangunan dengan dijiwai Pancasila dan UUD 1945.

d. PKn yang didominasi P-4

Muchson dalam wawancara dengan peneliti menguraikan dominannya P-4 dalam PMP sebagai berikut: Sesuai dengan amanat Ketetapan MPR No. IVMPR1973, mata pelajaran ini berubah nama menjadi Pendidikan Moral Pancasila PMP pada kurikulum 1975. Dengan ditetapkannya Ketetapan MPR No. IIMPR1978 tentang P-4, maka terjadilah perkembangan yang cukup substantif mengenai materi pelajaran ini, yakni sangat dominannya materi P-4 dalam PMP. wawancara, 15 Desember 2010. 280 Menurut Armaidy Armawi: Tafsir ideologis negara dalam bidang pendidikan pada era Orde Baru mulai menampakkan kekuatannya ketika secara formal, GBHN 1973 menyebut perlunya: Kurikulum di semua tingkat pendidikan, berisikan Pendidikan Moral Pancasila. Apabila dicermati, nampak jelas bahwa Pancasila ditafsirkan dalam masing-masing pokok bahasan, sub pokok bahasan, dan bahan pengajaran. wawancara, 8 Juli 2011. PMP makin indoktrinatif ketika MPR telah menetapkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila P-4. Tap MPR tentang P-4 ini akhirnya dicabut dalam Sidang Istimewa MPR pada bulan November 1998. Dalam pandangan Prof. Ahmad Syafii Maarif, mantan Ketua PP Muhammadiyah, pelaksanaan P4 sebagai ketimpangan “antara laku dan kata.” Pada sisi lain, kelompok masyarakat yang kecewa dengan pencabutan Tap itu menyatakan bahwa nilai-nilai Pancasila dalam P-4 itu sebenarnya tak ada yang salah. Tabel 40 Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa 1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar keamanusiaan yang adil dan beradab. 2. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup. 3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. 4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. Sila Kemanu- siaan yang adil dan beradab 5. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. 6. Saling mencintai sesama manusia. 7. Mengembangkan sikap tenggang rasa. 8. Tidak semena-mena terhadap orang lain. 9. Menjunjung tingi nilai kemanusiaan. 10. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 11. Berani membela kebenaran dan keadilan. 12. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. Sila Persatuan Indonesia 13. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. 14. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. 15. Cinta Tanah Air dan Bangsa. 16. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia. 17. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber- Bhinneka Tunggal Ika. 281 Sila Kerak- yatan yang dipimpin oleh hikmat kebijak- sanaan dalam permu- syawara- tanperwakila n 18. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. 19. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 20. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 21. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 22. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. 23. Menghayati arti musyawarah yang dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 24. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia 25. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan. 26. Bersikap adil. 27. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 28. Menghormati hak-hak orang lain. 29. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. 30. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. 31. Tidak bersikap boros. 32. Tidak bergaya hidup mewah. 33. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. 34. Suka bekerja keras. 35. Menghargai hasil karya orang lain. 36. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Sumber: Tap MPR No. IIMPR 1978 dalam Samsuri, 2010: 121. Menurut Armaidy Armawi: Rezim Orde Baru tidak memanfaatkan PKn secara benar, karena terjebak kepentingan jangka pendek. Pesan-pesan konstitusi tidak tersampaikan dengan baik. Seharusnya PKn tidak terpengaruh kepentingan rezim. PKn terkait dengan state dan citizen. Di negara maju pengajar PKn punya kebanggaan, sementara di Indonesia masih termarjinalkan, belum dianggap penting oleh masyarakat. wawancara 8 Juli 2011.

e. PKn dalam Kurikulum 1984