PKn dalam KBK 2004 Sistematika Disertasi

307 Tabel 59 Mata Pelajaran Pedidikan Pancasila dan Kewarganegaaan PPKn Satuan Pendidikan SD Kelas VI KELAS CAWU PBSPB KURIKULUM 1994 STATUS KETERANGAN VI1 1. Keindahan 2. Lapang dada 3. Persatuan dan kesatuan 4. Kebijaksanaan 5. Ketekunan Tetap diajarkan Tetap diajarkan Tetap diajarkan Tetap diajarkan Tidak diajarkan Penggabungan dari kelas IV3 Digabung dengan kelas IV2 VI2 1. Keserasihan 2. Tenggang rasa 3. Berjiwa besar 4. Pengendalian diri 5. Pengabdian Tetap diajarkan Tidak diajarkan Tetap diajarkan Tetap diajarkan Tetap diajarkan Penggabungan dari kelas IV1 Digabung dengan kelas IV2 Penggabungan dari kelas V3 VI3 1. Kerukunan 2. Kepedulian 3. Cinta Tanah Air 4. Tanggung jawab 5. Harga menghargai Tetap diajarkan Tetap diajarkan Tetap diajarkan Tidak diajarkan Tetap diajarkan Penggabungan dari kelas I2 Digabung dengan kelas IV2 Sumber: GBPP PPKn Suplemen 1999. Jakarta: Depdikbud. Ada tiga pokok bahasan yang tidak diajarkan di SD kelas VI yaitu: Ketekunan, Tenggang Rasa, dan Tanggung Jawab. Ketiga pokok bahasan tersebut tidak diajarkan dalam Kurikulum Suplemen 1999 dengan alasan ada yang digabung dengan kelas IV.

b. PKn dalam KBK 2004

Tumbangnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998, menyebabkan isi dan visi PKn perlu disesuaikan dengan semangat reformasi. Idealnya Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk warga negara yang baik seharusnya bebas dari kepentingan politik yang sedang berlangsung. Dengan kata lain, bagaimana upaya 308 yang harus dilakukan agar kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan tidak tergantung kepada setiap perubahan politik rezim, tetapi mendasarkan diri pada politik negara. Dengan demikian, siapapun yang memerintah atau apapun program pemerintah, idealnya substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan tidak semata-mata mengikuti perubahan haluan politik yang ada. Center for Indonesian Civic Education CICED pada akhir tahun 1999 melakukan survey nasional untuk menggali pendapat dari kalangan pengajar PKn untuk menginventarisir arah perubahan PKn. Hasil survey nasional CICED menginventarisir pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dikembangkan dalam Civic Education adalah yang mengandung konsistensi dengan hal-hal berikut: 1 Principle of democracy; 2 Comprehend of state constitution; 3 Citizen’s right and responsibility; 4 State’s rule of law; 5 Good government; 6 Citizenship; 7 People sovereignity; 8 Free and fair tribune; 9 Equality and equity; 10 Justice; 11 Human rights; 12 Civilization; 13 Cultural difference; 14 Democratic process; 15 Citizenship activities; 16 Nation identity; 17 Civil society; 18 Free market economy; 19 Political process; 20 Separation\ distribution of power CICED, 1999: 12. Sebelum diperkenalkannya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada KBK 2004, mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila PMP ataupun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn didominasi oleh materi nilai-nilai moral Pancasila.Lebih lanjut menurut Samsuri, orientasi kajian dan tujuan PMP maupun PPKn lebih mirip sebagai pendidikan budi pekerti dari pada Pendidikan Kewarganegaraan yang sesungguhnya. Pendidikan Kewarganegaraan sering diidentikkan dengan pendidikan budi pekerti. Padahal semestinya kompetensi yang diharapkan dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik good citizen yakni sebagai warga negara demokratis yang bertanggung jawab dan 309 berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik negaranya. Pendidikan Kewarganegaraan pada era Orde Lama dan Orde Baru akhirnya hanya direduksi menjadi pelajaran untuk menghafalkan nilai-nilai moral, bagaimana harus berbuat baik, dan tidak berbuat buruk”. Samsuri, 2010: 6. Pendidikan Kewarganegaraan era Reformasi berdasar KBK 2004 ternyata juga menuai kritikan. Adapun kritik itu antara lain sebagai berikut: Oleh banyak kalangan Pendidikan Kewarganegaraan ini dinilai sangat kering dengan muatan nilai moral, khususnya nilai moral Pancasila, namun sarat dengan kajian konsep-konsep politik dan hukum. Sementara itu, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di lembaga pendidikan formal cenderung tercerabut dari akar konteks kehidupan siswa sebagai warga negara. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan pada masa Orde Baru, terjebak sebagai alat kepentingan rezim, pengagungan harmoni selaras, serasi, dan seimbang, dengan menolak pengakuan terhadap perbedaan dan konflik. Ketika reformasi politik dan hukum nasional bergulir, paradigma Pendidikan Kewarganegaraan yang masih bercorak hegemonik cenderung menjadi tidak manarik dan termarjinalkan Samsuri, 2010: 6.

c. PKn dalam KTSP 2006