Era Reformasi Hegemoni Soeharto

141 kekuasaan yang nyaris tanpa kontrol tersebut akhirnya penguasa Orde Baru cenderung melakukan penyimpangan hampir di semua sendi kehidupan bernegara. Korupsi kolusi dan nepotisme KKN merajalela dan membudaya, pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati segelintir orang yang dekat dengan penguasa, kesenjangan semakin melebar, utang luar negeri menjadi menggunung, akhirnya badai krisis ekonomi menjalar menjadi krisis multi dimensi. Rakyat yang dipelopori mahasiswa menuntut dilakukannya reformasi di segala bidang. Akhirnya runtuhlah Orde Baru bersamaan mundurnya Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998.

3. Era Reformasi

Era reformasi adalah suatu era yang dimulai sejak tumbangnya rezim Orde Baru di Indonesia yang telah berkuasa lebih dari tiga dasawarsa. Jatuhnya Soeharto dari kekuasaan digantikan oleh B.J. Habibie. Dengan demikian Era Reformasi dimulai sejak pemerintahan B.J. Habibie. Perubahan politik yang diawali dengan krisis multidimensi sejak pertengahan 1997 membawa implikasi signifikan bagi proses terciptanya suatu tatanan politik baru yang terbuka, transparan, dan demokratis. Krisis ini berlanjut pada berbagai bidang dan sebagai akibat dari akumulasi krisis bangsa, pada 21 Mei 1998 Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden. Sejak itu, politik Indonesia mengalami perubahan penting. Kejatuhan Soeharto melalui gerakan reformasi 1998 merupakan titik awal bagi reformasi seluruh sistem politik dan birokrasi negara. Oleh karena sistem lama tidak lagi dapat merespons arus deras perubahan, maka diperlukan sistem baru dan aktor baru. 142 Dari hasil wawancara dengan Muchson dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Gerakan reformasi semakin menguat ketika krisis moneter yang terjadi pada Juli 1997 tidak dapat segera diatasi, bahkan berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis multi dimensional, yang akhirnya gagal ditangani oleh rezim Orde Baru. Padahal keberhasilan pemerintah Orde Baru dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi tinggi sejak lama dijadikan alat legitimasi pemerintah, terutama dalam menghadapi tuntutan kelompok-kelompok demokrasi, untuk segera melakukan proses keterbukaan politik. Terjadinya krisis ekonomi yang gagal ditangani oleh rezim Soeharto tersebut menyebabkan tidak validnya keberhasilan ekonomi ini sebagai alat legitimasi. Kegagalan dalam menangani krisis moneter dan ekonomi itu membuat Soeharto dan rezim Orde Baru yang dipimpinnya menyerah pada tuntutan reformasi. Mahasiswa dan masyarakat berhasil mendesak pimpinan DPRMPR untuk meminta Soeharto presiden yang telah berkuasa lebih dari 30 tahun tersebut, mundur dari jabatannya. Akhirnya Soeharto mundur dari panggung politik pada tanggal 21 Mei 1998 setelah 32 tahun berkuasa. Posisi Soeharto segera digantikan oleh Wakil Presiden BJ Habibie, yang dikenal luas sebagai anak didik Soeharto. Presiden BJ Habibie langsung memenuhi tuntutan rakyat dan kelompok pro-demokrasi untuk menggelar pemilu demokratis pertama era reformasi 1999. Meski telah mengakomodasi tuntutan politik kelompok- kelompok pro-demokrasi dan reformasi, pertanggungjawaban BJ Habibie sebagai presiden ternyata ditolak oleh MPR. Melihat kenyataan tersebut, Habibie kemudian menyatakan tidak bersedia untuk dicalonkan kembali sebagai presiden. Menurut Akbar Tanjung 2008: 30: Dalam kondisi politik yang masih labil, MPR akhirnya berhasil memilih dan mengangkat Abdurrahman Wahid Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa PKB sebagai presiden, menggantikan BJ Habibie. Kurang dari dua 143 tahun berkuasa, Presiden Abdurrahman Wahid jatuh dari kekuasaan, setelah terjadi konflik dengan partai politik di DPR. Megawati Soekarnoputri, wakil presiden dan juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP, pemenang Pemilu 1999, pada 23 Juli 2001 oleh MPR diangkat menjadi presiden sampai 2004. Perubahan dan dinamika politik era reformasi terjadi sangat cepat, sehingga antara 1998-2004 Indonesia telah memiliki tiga orang presiden. Lewat Pemilu Presiden secara langsung oleh rakyat pada tahun 2004 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggantikan Presiden Megawati dan berkuasa hingga saat ini. Akbar Tanjung, 2008: 29. Reformasi politik 1998 membalikkan situasi politik di Indonesia. Kepolitikan otoriter era Orde Baru digantikan oleh sistem politik yang demokratis pada era reformasi. Meskipun Soeharto berhasil menyerahkan jabatan presiden kepada BJ Habibie namun Soeharto gagal mewariskan struktur politik Orde Baru secara utuh kepada wakilnya itu. Menurut Akbar Tanjung 2008: 30. Indonesia pasca Orde Baru berupaya mencari sebuah bentuk sistem kepolitikan nasional yang demokratis. Upaya tersebut dilakukan dengan menghilangkan dan menggantikan berbagai aturan yang tidak demokratis, menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas, jujur dan adil, serta berbagai momentum demokrasi politik lainnya. Pemerintah Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, telah menunjukkan tekad yang kuat untuk melakukan reformasi nasional di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Samsuri 2010: 5 Presiden Habibie melakukan langkah sebagai berikut: Pada 7 Desember 1998 Presiden Habibie membentuk sebuah Tim Nasional Reformasi Menuju Masyarakat Madani melalui Keputusan Presiden RI No. 198 Tahun 1998. Tim ini dipimpin oleh Adi Sasono sebagai Ketua Dewan Penasehat dan Sofian Effendi sebagai Ketua Tim Pelaksana. Tim reformasi meliputi tujuh kelompok bidang yaitu: Kelompok Reformasi Ekonomi Koordinator M. Dawam Rahardjo; Kelompok Reformasi Tekno-Industri Koordinator Laode M. Kamaluddin; Kelompok Reformasi Politik Koordinator Susilo Bambang Yudhoyono; Kelompok Reformasi Kelembagaan Koordinator Mustopadidjana AR; Kelompok Reformasi Sosial Budaya Koordinator Taufik Abdullah; Kelompok Reformasi Hukum dan Perundang-undangan Koordinator Jimly Ashshidiqi, dan Kelompok 144 Reformasi Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Koordinator A. Malik Fadjar. Tim nasional Reformasi ini berhasil menyusun sebuah laporan tentang dasar pemikiran, kerangka strategi dan kebijakan tentang transformasi masyarakat madani dari perspektif sosial- budaya, ekonomi, politik, hukum, kelembagaan, pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, serta tekno-industri. Masing-masing perspektif tersebut oleh Tim Nasional Reformasi dipandang sebagai satu kesatuan sistemik yang harus diwujudkan dalam proses transformasi bangsa menuju masyarakat madani. Guna mewujudkan tujuan reformasi tersebut, telah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Sistem Multi Partai