15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Pendidikan Nasional
a. Pengertian Pendidikan
Emile Durkheim guru besar ilmu pendidikan di Sorbonne Paris mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:
Education is the influence exercised by adult generation on those that are not yet ready for social life. Its object is to arouse and to develop in the child a
certain number of physical, intellectual and moral states which are demanded of him by both political society as a whole and the special milieu for which he
is specifically distined. Jeanne H. Ballantine, 1983.
Pendidikan adalah pengaruh yang dilakukan oleh generasi dewasa pada generasi yang belum siap kehidupan sosialnya, tujuannya adalah untuk mengembangkan
kemampuan fisik, intelektual, dan moral sesuai dengan tuntutan masyarakat politik secara keseluruhan. Definisi ini menekankan sasaran pendidikan adalah anak dan
pemuda yang dipandang belum siap untuk melakukan kehidupan sosial. Tujuan pendidikan adalah untuk menambahkan dalam diri anak suatu kemampuan moral,
intelektual, dan fisik yang dituntut oleh masyarakat politik secara keseluruhan dan lingkungan khusus di mana anak diarahkan. Generasi dewasa sebagai pemangku
jabatan kehidupan masyarakat memiliki tugas menyiapkan anak dan pemuda untuk kehidupan sosial melalui kegiatan pendidikan. Aspek pendidikan mencakup
pengembangan fisik, intelektual, dan moral anak agar dapat berkembang sesuai tuntutan kehidupan masyarakat.
16 John Dewey 1963: 89-90 memandang pendidikan sebagai sebuah
rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan didapat berikutnya.
Menurut Dewey, pendidikan seharusnya didasarkan pengalaman, suatu interaksi aktif individu dengan lingkungannya, di mana pendidikan sebagai rekonstruksi
pengalaman. Pengalaman masa lalu digunakan untuk memahami peristiwa atau pengalaman sekarang. Dan selanjutnya untuk mengarahkan pengalaman yang akan
datang. Bagi Dewey tujuan pokok pendidikan adalah pertumbuhan atau rekonstruksi pengalaman yang menentukan arah dan pengontrolan pengalaman berikutnya.
John S Brubacher 1978: 371 berpendapat pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi
oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan media yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat
digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan- tujuan yang telah ditetapkan.
Carter V. Good 1985: 145 juga mengemukakan pendapatnya: Pendidikan adalah: pertama, keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan,
sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat di tempat hidupnya. Kedua, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga orang tersebut bisa mendapat atau mengalami perkembangan kemampuan sosial maupun kemampuan individual secara
optimal.
17 Menurut Driyarkara 1980:142, inti pendidikan adalah pemanusiaan manusia
muda. Pendidikan dalam pandangan Drijarkara adalah suatu perbuatan fundamental dalam bentuk komunikasi antarpribadi, dan dalam komunikasi tersebut terjadi proses
pemanusiaan manusia muda, dalam arti terjadi proses hominisasi proses menjadikan seseorang sebagai manusia dan humanisasi proses pengembangan kemanusiaan
manusia. Dengan demikian, pendidikan harus membantu orang agar tahu dan mau bertindak sebagai manusia. Pada dasarnya pendidikan adalah pengembangan manusia
muda ke taraf insani. Sedangkan Ki Hajar Dewantara 1977: 20 menyatakan bahwa pendidikan
merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. Pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai manusia
sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan harus didasarkan pada
penghargaan terhadap kemerdekaan jiwa anak. Anak-anak harus dapat tumbuh dan berkembang menurut kodrat alami bawaan alami dan tidak seharusnya ada
pemaksaan terhadap bawaan yang merdeka dari anak. Pendidikan harus bersifat Tut Wuri Handayani, artinya membimbing dari belakang yang menumbuhkan
kemandirian anak dan bukan menakut-nakuti, menghukum yang mematikan kemerdekaan jiwa anak. Sodiq A. Kuntoro, 2007: 143.
Ki Hadjar Dewantara menteorikan pendidikan Taman Siswa sebagai pendidikan Sistem Among, dengan tugas guru, Tut Wuri Handayani, artinya untuk
mengasuh anak dengan jiwa merdeka maka guru membimbing dari belakang. Konsep ngemong mempunyai arti bahwa anak memperoleh kemerdekaan untuk bermain dan
18 belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sedang orang dewasa hanya bertugas
membantu dan membimbingnya ke arah perkembangan yang baik. Penggunaan nilai- nilai budaya bangsa Jawa untuk merumuskan konsep pendidikan Taman Siswa ini
didasarkan pada pandangan Ki Hadjar Dewantara yang kurang senang dengan sistem pendidikan kolonial yang bersifat menonjolkan pengawasan, disiplin, dan perintah
yang mematikan jiwa merdeka anak-anak masyarakat pribumi. Pendidikan Taman Siswa yang menggunakan rumus dengan basis budaya bangsa maka muncul konsep
pendidikan yang berjiwa kebangsaan yang dapat dijadikan instrumen penting bagi penumbuhan kesadaran kebangsaan dan jiwa merdeka Sodiq A. Kuntoro, 2007: 141-
142. Lebih lanjut menurut Ki Hadjar Dewantara, berilah kemerdekaan kepada
anak-anak kita, bukan kemerdekaan yang leluasa, tetapi yang terbatas oleh tuntutan- tuntutan kodrat alam yang nyata dan menuju ke arah kebudayaan, yaitu keluhuran
dan kehalusan hidup manusia. Pendidikan bersifat tutwuri handayani, agar kebudayaan itu dapat menyelamatkan dan membahagiakan hidup dan penghidupan
diri dan masyarakat, maka perlulah dipakai dasar kebangsaan, tetapi jangan sekali- kali dasar ini melanggar atau bertentangan dengan dasar yang lebih luas, yaitu dasar
kemanusiaan I Djumhur dan Danasaputra, 1976: 175-176. Oleh karenanya bila mengamati beberapa hal penting yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara
mengenai pembangunan pendidikan demi kemanusiaan bagi bangsa ini, maka sangat beralasan apabila Indonesia harus mengedepankan pendidikan sebagai upaya
pencerdasan kehidupan bangsa.
19 Ki Hadjar Dewantara menginginkan bahwa pendidikan Indonesia harus
mencerminkan nilai-nilai kebangsaan sendiri, jangan meniru bangsa-bangsa lain karena berbeda perspektifnya. Pendidikan harus bertumpu penguatan nalar dalam
berpikir dan bermoral, beradab, dan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kepentingan bangsa di atas kepentingan kerdil dan sempit. Pendidikan menurut Ki
Hadjar adalah suatu hal yang mampu memberikan sumbangsih besar bagi perubahan bangsa ke depan, baik secara intelektual, sosial, maupun politik. Pendidikan
diupayakan dapat membentuk karakter bangsa yang mandiri, tidak menjadi bangsa yang cengeng, selalu merengek minta bantuan kepada bangsa lain.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tercamtum pengertian pendidikan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Setiap bangsa tentu akan menyatakan tujuan pendidikannya sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang sedang diperjuangkan untuk kemajuan bangsanya. Walaupun
masing-masing bangsa memiliki tujuan hidup berbeda, namun secara garis besar, ada beberapa kesamaan dalam berbagai aspeknya. Pendidikan bagi setiap individu
merupakan pengaruh dinamis dalam perkembangan jasmani, jiwa, rasa sosial, susila, dan kecerdasan.
Walaupun kata pendidikan sudah sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekarang ini, tetapi hakikat atau maknanya masih menimbulkan
perdebatan. Keragaman pemaknaan pendidikan tidak hanya terjadi di kalangan
20 masyarakat umum, tetapi juga terjadi di kalangan para ahli pendidikan. Masing-
masing ahli memiliki definisi pendidikan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Keragaman definisi ini sebenarnya merupakan hal yang wajar, karena antara
satu orang ahli dengan ahli yang lainnya memiliki berbagai perbedaan, terutama perbedaan latar belakang baik latar belakang sosial, pendidikan, budaya, agama,
maupun latar belakang lainnya. Pengertiaan pendidikan erat kaitannya dengan kata education. Kata education
yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan pendidikan merupakan kata benda turunan dari kata kerja bahasa Latin educare. Kata educare dalam bahasa Latin
memiliki pengertian melatih, menyuburkan. Pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang
tidak tertata menjadi semakin tertata, semacam proses penciptaan sebuah kultur dalam diri seseorang. Pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam
potensi yang ada dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, relasional, bakat, talenta, kemampuan fisik, dan daya seni Doni Koesoema, 2007: 54.
Secara historis kata pendidikan banyak dipakai untuk mengacu pada berbagai macam pengertian, misalnya pembangunan, pertumbuhan, perkembangan, sosialisasi,
inkulturasi, pengajaran, pelatihan, pembaruan. Kata pendidikan juga melibatkan interaksi dengan berbagai macam lingkungan seperti keluarga, sekolah, pesantren,
gereja, yayasan dan sebagainya. Meskipun memiliki berbagai makna, pendidikan merupakan sebuah kegiatan manusiawi. Tindakan mendidik memang secara khas
hanya berlaku bagi sebuah kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Inilah kekhasan yang membedakan kita dengan binatang. Sebagai sebuah kegiatan manusiawi,
21 pendidikan membuat manusia membuka diri terhadap dunia. Manusia berkembang
melalui kegiatan membudaya dalam memaknai sejarahnya di dunia ini, memahami kebebasannya yang selalu ada dalam situasi agar mereka semakin mampu
memberdayakan dirinya. Dalam konteks modern, pendidikan senantiasa diletakkan dalam kerangka
kegiatan dan tugas yang ditujukan bagi sebuah generasi yang sedang ada dalam masa-masa pertumbuhan. Oleh karena itu pendidikan lebih mengarahkan dirinya pada
pembentukan kepribadian individu. Proses pembentukan diri terus menerus ini terjadi dalam kerangka ruang dan waktu. Pendidikan dengan demikian mengacu pada setiap
bentuk pengembangan diri yang bersifat persuasi, terus menerus, tertata rapi, dan terorganisasi, berupa kegiatan yang terarah untuk membentuk kepribadian secara
personal, sosial. Sementara itu, ahli antropologi Indonesia Koentjaraningrat mendefinisikan
pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengalihkan adat istiadat dan seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru. Definisi yang dibuat
Koentjaraningrat ini sarat dengan nuansa budaya, karena beliau adalah ahli antropologi. Pendidikan dipandang sebagai aktivitas kehidupan di mana, generasi
anak yang belum memahami nilai-nilai, sikap, perilaku, ide-ide masyarakatnya dibawa ke arah sesuai dengan keinginan budaya masyarakatnya.Doni Koesoema,
2007: 55. Definisi dengan nuansa filosofis terlihat pada rumusan J. Sudarminta yang
memaknai pendidikan secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan pengajaran, dan latihan untuk membantu anak didik
22 mengalami proses pemanusiaan diri kearah tercapainya pribadi yang dewasa susila.
Kata pendidikan sekurang-kurangnya mengandung empat pengertian, yakni sebagai bentuk kegiatan, proses, produk yang dihasilkan oleh proses tersebut, dan sebagai
ilmu Darmaningtyas, 1999: 3. Jika dicermati satu persatu dari definisi-definisi pendidikan di atas, terlihat
dimensi yang berbeda antar definisi. Namun demikian, dari keragaman perbedaan tersebut, ada titik kesamaan yang dapat dianggap sebagai titik temu. Setidaknya titik
temu tersebut diwakili oleh aspek proses menuju kedewasaan dan memanusiakan manusia. Di luar kedua dimensi ini, memang ada kesamaan dan juga perbedaan
antara satu pendapat dengan pendapat yang lainnya. Keragaman ini merupakan kewajaran dan tidak perlu diperdebatkan, sebab secara substansial sebenarnya
terdapat titik temu dari beragam definisi yang ada. Pendidikan merupakan sebuah fenomena antropologis yang usianya hampir setua dengan sejarah manusia itu sendiri.
Pendidikan adalah proses penyempurnaan diri manusia secara terus menerus, hal ini terjadi karena secara kodrat manusia memiliki kekurangan dan ketidaklengkapan.
Baginya, intervensi manusiawi melalui pendidikan merupakan salah satu cara bagi manusia untuk melengkapi apa yang kurang dari kondisinya. Pendidikan dapat
melengkapi ketidaksempurnaan dalam kodrat alamiah manusia. Jadi pendidikan adalah pengaruh yang dilakukan oleh generasi dewasa pada generasi yang belum siap
kehidupan sosialnya, tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan fisik, intelektual, dan moral sesuai dengan tuntutan masyarakat politik secara keseluruhan.
23
b. Landasan Pendidikan Nasional