Makna PKn pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah pada Era Orde Baru

269 pelengkap. Setelah tahun 1960-an, komposisi mata pelajaran dikategorikan ke dalam kelompok dasar, khusus, penyerta, prakarya, dan krida. Ketika pengaruh PKI menguat maka penjabarannya mengikuti Instruksi Menteri menyangkut Kurukulum Pancawardana, sebagaimana yang berlaku di SD, meliputi kelompok perkembangan moral, perkembangan intelektual, perkembangan emosionalartistik, perkembangan keprigelan, dan perkembangan jasmani. Setelah PKI dibubarkan, pendidikan diarahkan kepada pemurnian Pancasila, maka mata pelajarannya pun dirubah berdasarkan pengelompokan pembinaan jiwa Pancasila, pembinaan pengetahuan dasar, dan pembinaan kecakapan khusus. Perubahan pola pengelompokan mata pelajaran masih terus berlanjut pada kurikulum 1975. Pada kurikulum ini mata pelajaran dikelompokkan dalam tiga bagian: pendidikan umum, pendidikan akademis, dan pendidikan keterampilan, dan hal ini berlaku sampai dengan Kurikulum 1984 untuk SDMI dan SMPMTs.

2. Makna PKn pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah pada Era Orde Baru

a. PKn Awal Orde Baru Pada tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 SPKI, yang kemudian diikuti dengan pembaharuan tatanan dalam pemerintahan. Pembaharuan tatanan inilah yang kemudian dijadikan tonggak pemerintahan Orde Baru, untuk memurnikan pelaksanaan UUD 1945. Perubahan rezim ini kemudian diikuti dengan perubahan kebijakan pendidikan, yaitu dengan keluarnya Keputusan Menteri P dan K No. 31 Tahun 1967 yang menetapkan bahwa pelajaran Civics isinya terdiri atas: 1 270 Pancasila; 2 UUD 1945; 3 Ketetapan-ketetapan MPRS; 4 Pengetahuan tentang PBB Soenarjati Cholisin, 1989: 18. Dengan Keputusan Menteri P K tersebut, maka isi materi Civics yang berupa “Pidato Presiden” dihilangkan. Alasannya karena dinilai kurang sesuai bagi upaya untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Seperti dikemukakan oleh Ali Murtopo Alfian, 1970: 31: “Pada era Orde Lama Pancasila dan UUD 1945 telah diselewengkan, sehingga Pancasila akhirnya hanya dijadikan semboyan kosong belaka, dan sebagai gantinya diisi dengan Nasakom”. Sedangkan Herbert Feith menyatakan: “Demokrasi Terpimpin ditandai oleh pemaksaan penerimaan ide-ide politik almarhum bekas Presiden Soekarno seperti Sosialisme Indonesia ala Nasakom Alfian, 1970: 31. Sejak munculnya Orde Baru pada tahun 1966, isi mata pelajaran Civics versi Orde Lama hampir seluruhnya dibuang, karena dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan yang sedang berkembang. Pada kurikulum 1968, mata pelajaran ini muncul dengan nama Kewargaan Negara, yang isinya di samping Pancasila dan UUD 1945, adalah ketetapan-ketetapan MPRS 1966, 1967, dan 1968, termasuk GBHN, HAM, serta beberapa materi yang beraspek sejarah, geografi, dan ekonomi Wawancara dengan Muchson. Perkembangan berikutnya, mata pelajaran “Civics” yang kemudian diganti menjadi “Kewargaan Negara” pada 1962, pada Kurikulum 1968 ditetapkan secara resmi menjadi “Pendidikan Kewargaan Negara.” Di dalam kurikulum ini, penjabaran ideologi Pancasila sebagai pokok bahasan dianggap mengedepankan kajian tata negara dan sejarah perjuangan bangsa, sedangkan aspek moralnya belum nampak 271 Aman, dkk., 1982: 11. Makna Pendidikan Kewarganegaraan adalah bagi pembangunan manusia Indonesia dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.

b. PKn dalam Kurikulum 1968