180 pendidikan untuk sekolah dasar dan menengah masih didasarkan kepada Pantja
Wardhana yang tidak lain merupakan cerminan dari Manipol USDEK. Dalam konferensi Cipayung para pakar minta perhatian mengenai rumusan arah pendidikan
nasional. Meskipun lambat tetapi pasti harapan para pakar tersebut baru dapat terpenuhi setelah duapuluh tahun dengan keluarnya UU No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Tilaar, 1995: 115.
c. Produk MPR Berkaitan Pendidikan
Politik pendidikan suatu rezim dapat dilihat dari produk lembaga tertingginya
yakni MPR. Berikut ini adalah ketetapan MPR yang ada kaitannya dengan
pendidikan pada era Orde Baru: Pertama, TAP MPRS No. XXVIIMPRS1966 Tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan. Dasar Pendidikan Pasal 2:
Dasar pendidikan adalah falsafah Negara Pancasila. Tujuan Pendidikan Pasal 3: Membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan
seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945. Isi Pendidikan Pasal 4: Untuk mencapai dasar dan tujuan pendidikan, maka isi
pendidikan adalah sebagai berikut: 1 Mempertinggi mental dan budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama; 2 Mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan; 3 Membina mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Kedua, TAP MPR No. IVMPR1973 Tentang GBHN. Menyatakan bahwa:
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu maka pendidikan
adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara Pancasila dan diarahkan
untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, dengan mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh
tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia
sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945. Untuk mencapai
181 cita-cita tersebut maka kurikulum di semua tingkat pendidikan, mulai dari
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta harus berisikan pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur yang cukup untuk
meneruskan jiwa dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda. Ketiga, TAP MPR No. IVMPR1978 Tentang GBHN. Menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama- sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dalam rangka
melaksanakan pendidikan nasional perlu diambil langkah-langkah yang memungkinkan penghayatan dan pengamalan Pancasila oleh seluruh lapisan
masyarakat. Pendidikan Pancasila termasuk Pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa dan nilai-nilai
1945 kepada generasi muda dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah- sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai universitas, baik negeri
maupun swasta. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu
pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara keluarga, mayarakat, dan pemerintah. Perguruan swasta mempunyai peranan dan tanggung jawab dalam
usaha melaksanakan pendidikan nasional. Untuk itu perlu dikembangkan pertumbuhannya sesuai dengan kemampuan yang ada berdasarkan pola
pendidikan nasional yang mantap, dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan yang bersangkutan. Pendidikan juga menjangkau program-program
luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat kemasayarakatan, termasuk kepramukaan, latihan-latihan keterampilan dan pemberantasan buta huruf
dengan mendayagunakan sarana dan prasarana yang ada. Mutu pendidikan ditingkatkan untuk mengejar ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mutlak diperlukan untuk mempercepat pembangunan. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan segala bidang
yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat sekaligus meningkatkan produktivitas, mutu dan efisiensi kerja. Titik berat program
pendidikan diletakkan pada peluasan pendidikan dasar dalam rangka mewujudkan pelaksanaan wajib belajar yang sekaligus memberikan
keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan lingkungannya serta peningkatan pendidikan teknik dan kejuruan pada semua tingkat untuk dapat menghasilkan
anggota-anggota masyarakat yang memiliki kecakapan sebagai tenaga-tenaga pembangunan.
182 Dari berbagai produk MPR tersebut dapat disimpulkan bahwa Orde Baru ingin
membentuk manusia pembangunan yang Pancasilais. Ini agak berbeda dengan Orde Lama yang ingin membentuk manusia sosialis yang mendukung revolusi.
d. Pandangan Soeharto tentang Pendidikan