Simpulan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berbasis Hak Sumberdaya Sistem Sea Ranching Studi Kasus Sea Ranching Di Kepulauan Seribu Dki Jakarta

yang dibangkitkan oleh aktivitas sea ranching. Pertanyaan yang lebih kritikal adalah siapa yang mendapatkan manfaat atas nilai ekonomi tersebut. Bila sebagian transaksi ekonomi tersebut kemudian keluar dan dinikmati oleh orang di luara wilayah, maka pengembangan sea ranching mempunyai nilai manfaat yang rendah bagi masyarakat lokal. Besaran nilai ekonomi yang terbawa keluar ini dikenal dengan kebocoran ekonomi economic leackage. Bila kebocoran ekonomi tinggi, berarti manfaat ekonomi yang ditransaksikan secara lokal rendah dan manfaat untuk ekonomi dan masyarakat lokal juga rendah dan sebaliknya. Analisis ekonomi sea ranching ditujukan untuk mengetahui 1 benefit yang diperoleh oleh unit manajemen pengelolaan sea ranching dan 2 biaya pengelolaan dan 3 bangkitan ekonomi yang ditimbulkan oleh aktivitas sea- ranching bagi ekonomi lokal. 4.2 Metode 4.2.1 Sumber dan Metode Pengambilan Data Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data primer diperoleh dari wawancara dan diskusi dengan masyarakat lokal dan tim pendamping pembentukan kelompok pengelola sea farming. Harga input dan output merupakan harga pasar. Harga ikan merupakan harga rata-rata di lokasi pada saat penelitian ini di lakukan. Mengingat bahwa kegiatan sea ranching belum pernah dilakukan, maka biaya pembentukan sea ranching didekati dari pembentukan kelompok pengelola sea farming yang berada pada lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari penelitian sebelumnya pada lokasi yang sama atau mendekati wilayah sea farming seperti Rudiyanto 2011, Kurnia 2012, Mansyur 2013.

4.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di P. Semak daun, Kel. P. Panggang-KAKS, DKI Jakarta. Karakteristik lingkungan didasarkan pada karakteristik lingkungan perairan P Semak Daun-KAKS, DKI Jakarta. Sedangkan kondisi sosial ekonomi dilakukan di wilayah Kelurahan P. Panggang-KAKS, DKI Jakarta. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2014, sedangkan data sekunder dilakukan sebelum dan sesudah pengambilan data primer.

4.2.3 Metode Analisis

Biaya pengelolaan sea ranching secara garis besar mencakup biaya-biaya yang timbul untuk mengoperasikan sistem sea ranching dengan baik pada wilayah yang demarkatif yang didukung oleh adanya sistem hak yang efektif. Biaya pengelolaan ini mencakup : 1 biaya langsung operasi adalah biaya yang dikeluarkan terkait dengan pelepasan juvenile, 2 biaya transaksi, dan 3 Biaya pemanfaatan wilayah yang tidak mengganggu pola sea ranching. Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pelepasan juvenile ikan kerapu pada wilayah perairan tertentu. Biaya yang diperlukan adalah meliputi biaya pembelian juvenile ikan kerapu pada ukuran 17 cm, biaya tenaga kerja untuk pelepasan, dan biaya transportasi pada kondisi dimana kesepakatan jual beli sampai di lokasi. Biaya transaksi adalah biaya yang timbul untuk mempertahankan agar sistem hak pada pengelolaan sea ranching berjalan dengan efektif. Biaya ini mencakup biaya-biaya informasi, pelatihan, resolusi konflik, pertemuan, pengambilan keputusan dan pengawasan dan penegakan. Pemanfaatan lain dari wilayah yang demarkatif yang tidak mengganggu pola sea ranching adalah pemanfaatan untuk wisata. Sehingga biaya yang timbul adalah biaya pengelolaan wisata untuk snorkelling dan pengelolaan wisaya pancing. Biaya langsung operasi dan biaya transaksi adalah biaya yang ditujukan agar sistem sea ranching berjalan dengan baik. Sehingga gabungan biaya ini disebut juga sebagai biaya pemeliharaan sistem sea ranching. Sedangkan biaya transaksi dan biaya pengelolaan wisata tidak terkait dengan kegiatan pelepasan juvenile ikan kerapu pada lokasi sea ranching. Gabungan dari kelompok biaya ini disebut biaya tidak langsung. Konsep tentang biaya secara ringkas dapat dilihat dalam gambar berikut. Gambar 4.1 Konsepsi tentang biaya dalam sea ranching Analisis benefit didasarkan dari analisis manfaat, yang dirumuskan sebagai berikut. dengan : ¶t = keuntungan tahun ke t Rupiah TRt = penerimaan total tahun ke t Rupiah. i 1-2 = kegiatan yang mendatangkan penerimaan yaitu 1 pembesaran ikan dan 2 wisata TCt = Biaya total tahun ke t Rupiah n 1-3 = komponen biaya yaitu 1 biaya pelepasan juvenile, 2 biaya transaksi dan 3 biaya wisata.