Pariwisata Pemanfaatan Perairan .1 Perikanan

dan kecukupan jumlah dan frekuensi moda transportasi menjadi penyebab kondisi ini terjadi. Jumlah wisatawan bedasar pada tujuan pulau wisata dapat dilihat dalam Gambar 3.5. Gambar 3.5 Sebaran kunjungan wisatawan berdasarkan pulau tujuan wisata 2012 Sumber : Diolah dari data BPS Kepulauan Seribu 2013 Atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan adalah menyelam, snorkeling, bemain di pantaimenikmati panorama, memancing, kuliner, budaya, bersepeda, jalan kaki dan menikmati cagar alam. Pada wisata di Kelurahan Pulau Panggang, maka semua kegiatan tesebut dapat dilakukan dengan arahan dari pemandu wisata setempat. Pada kegiatan menyelam, snorkeling dan memancing diantaranya dilakukan pada perairan dangkal Pulau Semak Daun.

3.3.3 Pemanfaatan Wilayah Perairan Lainnya

Pemanfaatan wilayah peraian lainnya yang signifikan adalah pengambilan karang dan pasir untuk bahan bangunan. Sejalan dengan perkembangan daerah, maka kebutuhan bangunan juga meningkat dengan peruntukan untuk rumah tinggal, rumah ibadah, perkantoran, penginapan, fasilitas umum maupun fasilitas usaha bisnis. Sesuai dengan perkembangan penduduk, kebutuhan lahan juga semakin meningkat pada wilayah pulau-pulau yang berpenghuni. Untuk mencukupi kebutuhan ini maka masyarakat setempat melakukan reklamasi pada pesisir wilayah pulau yang berpenghuni terutama di Pulau Panggang. Mengingat kondisi geografis berupa kepulauan, maka bahan bangunan utama seperti pasir dan batu sangat mahal karena harus didatangkan dari daratan. Sehingga masyarakat melakukan pengambilan pasir dan karang sebagai bahan bangunan utama, sebagai pengganti pasir pantai dan batu. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi, masyarakat menyatakan telah adanya kesepakatan untuk mengalokasikan salah satu wilayah perairan dangkal pada pulau yang tidak berpenghuni untuk yaitu bagian timur perairan goba Karang Lebar sebagai wilayah untuk pengambilan karang bagi kepentingan sendiri non-kemersial. Akan tetapi kesepakatan ini tidak tertuang secara legal- formal, mengingat bahwa wilayah ini juga merupakan bagian dari wilayah Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu TNKS yaitu sebagai zona pemukiman. Sehingga tidak satupun ditemukan produk hukum baik pada tingkat administrasi kelurahan, kecamatan maupun kabupaten yang melegalkan kegiatan ini. Akan tetapi praktek ini tetap berjalan. Hal ini memunculkan kekhawatiran pelaku usaha budidaya karamba jaring apung laut marikultur, bila kegiatan ini dapat menggangu aktivitas mereka. Sebab kegiatan marikultur terkonsentrasi di wilayah perairan goba Karang Lebar, yang sebagian wilayahnya juga menjadi pengambilan pasir dan karang non-kemersial seperti terlihat dalam Gambar 3.3 diatas. 3.4 Penyusunan Model 3.4.1 Perkembangan Konsep Sea ranching Perairan pesisir, sebagai bagian zona neritik merupakan wilayah yang mempunyai produktivitas yang sangat tinggi. Perikanan pesisir sangat penting bagi ekonomi lokal Moskses, 2004. Sejalan perkembangan penangkapan, perairan pesisir telah mengalami eksploitasi berlebihan dan mengalami penurunan produktivitas nyata yang berimbas pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Banyak studi menunjukan, secara global masyarakat pesisir sangat bergantung pada sumberdaya pesisir termasuk usaha penangkapan Natale et al. 2013; Mathews et al. 2012; D’Agnes et al. 2005; Seijas 1998. Sehingga penurunan produktivitas perikanan tangkap pesisir, berimbas signifikan bagi komunitas pesisir dan ketahanan pangan Gracia dan Rossenberg 2010; Pauly dan Watson 2005. Perdebatan awal pada pengelolaan sumberdaya perikanan dan interaksinya dengan budidaya ikan, terkait dengan apakah secara etik diperoblehkan pelepasan benih hasil budidaya stok hatchery ke alam Leber 2004. Perdebatan berlanjut sejalan evolusi kebijakan publik misalnya terkait prasyarat precautionary principle dimana dalam pengelolaan perikanan modern harus lebih bersahabat dengan lingkungan. Pengkayaan stok sekarang ditekan untuk lebih focus pada peningkatan stok yang bertanggung jawab Blankenship dan Leber 1995; Leber 2004. Pengembangan keilmuan berikutnya adalah aplikasi pendekatan kuantitatif untuk menghitung efektivitas pengkayaan stok. Secara umum, Lorenzen 2008 menyatakan bahwa dalam sistem pengkayaan perikanan terdapat empat instrumen pokok yaitu : 1 sea ranching atau perikanan berbasis budidaya culture based fisheries, 2 Pengkayaan stok stock enhancement , 3 Pelepasan kembali restocking, dan 4 Introduksi kembali re-introduction. Semua instrumen tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas perikanan tangkap dan semua melibat proses pelepasan ikan muda juvenil. Akan tetapi tujuan dari pelepasan ikan muda releasement tersebut berbeda-beda, sehingga secara umum akan membedakan respon pengelolaan yang berbeda. Disamping atas dasar tujuan pelepasannya, Lorenzen 2008 telah membedakan beberapa karakteristik antar empat instrumen tersebut seperti terlihat dalam tabel berikut. Tabel 3.4 Rancangan kriteria kualitatif komponen biologis-teknis pengkayaan sistem perikanan untuk beberapa tujuan berbeda Kriteria Sea ranchingCBF Pengkayaan Stok Pelepasan Kembali Stok Introduksi Kembali Tujuan Pengelolaan Meningkatkan hasil atau meningkatkan kesempatan menangkap Meningkatkan hasil dan stok atau kesempatan menangkap Meningkatkan stok dan menghindari kehilangan keragaman genetik Memantapkan kembali populasi sesuai rentang sejarahnya. Pengelolaan pelepasan Tahap dinijuvenile, kepadatan tinggi Juvenile, kepadatan tinggi Setiap tahapan kehidupan, kepadatan rendah Setiap tahapan kehidupan, kepadatan rendah Intenstitas Penangkapan Tinggi Tinggi atau rendah Rendah Rendah Pengelolaan genetik Dimungkinkan seleksi untuk penerimaan yang tinggi alat tangkap Seleksi untuk penerimaan tinggi ata preservasi karakteristik populasi liar Preservasi karakteristik genetic populasi liar Menghimpun keragaman adaptasi atau penggunaan stok yang diadopsi untuk habitat yang sama Pengembangan manipulasi dalam budidaya aquaculture Sterilisasi, pengkondisian untuk lingkungan alamiah dan penangkapan Pengkondisian untuk lingkungan alamiah dan penangkapan, kemungkinan sterilisasi Pengkondisian untuk lingkungan alamiah Pengkondisian untuk lingkungan alamiah Habitat Tambahan dan Modifikasi Lingkungan Pengkayaan habitat Pengkayaan habitat atau restorasi Restorasi habitat, pengendalian spesies bukan asli non-native species Restorasi habitat, pengendalian spesies bukan asli non-native species Sumber : Lorenzen 2008 Berdasarkan pada tabel diatas, karakteristik sea ranching yang berbeda dengan tiga instrumen lainnya adalah bahwa sea ranching tidak ditujukan untuk meningkatkan stok untuk rekrutmen berikutnya, tetapi untuk ditangkap kembali. Sehingga disarankan digunakan spesies yang steril infertile, agar proses pertumbuhan somatis dapat berjalan dengan optimal. Terkait dengan konsep tersebut, terdapat beberapa isu yang terkait sebagai berikut. Peningkatan kapasitas perikanan tangkap pesisir Penurunan populasi ikan secara global, telah menyadarkan perlunya pengkayaan stok sumberdaya ikan laut Blenkenship dan Leber 1995, untuk meningkatkan kapasitas perikanan tangkap. Masa depan perikanan tangkap sangat tergantung pada evolusi politik, sosial dan ekonomi wilayah Garcia dan Granger 2005, dan akses pada stok yang dieksploitasi Pauly dan Watson 2005. Secara global, peningkatan kebutuhan pangan sebagai dampak peningkatan penduduk diikuti meningkatnya permintaan hasil tangkapan ikan. Sekarang, produktivitas penangkapan telah mengalami tekanan sangat tinggi baik dari tekanan penangkapan, peningkatan polusi organic, kontaminasi racun, degradasi pesisir dan perubahan iklim Garcia dan Rosenberg 2010. Akan tetapi, peningkatan kapasitas penangkapan jangka panjang akan terkait keputusan krusial yaitu