Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Perairan P. Semak Daun

klasifikasi sumberdaya Ostrom 2002, transformasi dari rejim sumberdaya diperlukan untuk sea ranching dari CPR yang bersifat non-exclusion menjadi rejim barang kelompokgrup atau barang privat semu, yang mempunyai kekuatan mengekslusi kuat. Seperti dikemukakan Eggertsson 2011, eksklusi ini sangat penting untuk terciptanya demarcated area, yang sangat bernilai ekonomis bagi sea ranching . Dalam perspektif kekuatan eksklusi Hall et al. 2011, pada kasus sea ranching di perairan dangkal P Semak Daun sumber kekuatan ekshlusi ini adalah aturan pemerintah yang legitimatif. Sebab berdasarkan pada regulasi yang ada dengan rejim kepemilikan negara state property, maka mekanisme pasar proses jual beli tidak bisa dilakukan untuk sumberdaya perairan laut. Sedangkan sumber kekuatan eksklusi berbasis kekuatan power akan menimbulkan konflik disamping bertentangan dengan regulasi yang ada. Agar implementatif, maka prasyaratnya adalah ; 1 regulasi pemerintah harus efektif dan kuat pemerintah kuat, dan 2 menimbulkan trade-off positif atau tidak menyebabkan worse-off bagi nelayan yang sebelumnya menangkap pada wilayah tersebut. Sehingga diperlukan kompensasi atas nelayan yang sebelumnya menangkap ikan Gains 2013 diwilayah tersebut terutama pada saat musim barat. Kompensasi ini diberikan secara kolektif melalui kelembagaan perwakilan nelayan yang legitimatif Jentoft 2000. Salah satu bentuknya adalah adanya jaminan bahwa nelayan merupakan penerima manfaat beneficiaries dari program ini, dimana kelembagaan pengelola sea ranching merupakan representasi dari nelayan yang terkena dampak proses lebih tangkap terutama bagi nelayan yang sebelumya menangkap di wilayah tersebut. Kelembagaan ini bisa merupakan HNSI maupun kelembagaan nelayan lain yang berada di wilayah tersebut. Bila kekuatan pemerintah ini efektif, maka pola rejim pengelolaan pun secara efektif bergeser dari akses terbuka menjadi akses tertutupterbatas. Secara internasional, praktek atas kompensasi dilakukan pada pemanenan energi listrik wind farm Perry dan Smith 2012 atau area perlindungan laut Lelwellyn 2007. Masyarakat nelayan sudah mengenal penutupan akses perairan, karena sebagian wilayah KAKS adalah wilayah TNKS dengan berbagai kriteria, dimana salah satunya adalah zona inti no take zone. Secara mikro, masyarakat juga mengenal Area Perlindungan Laut APL yang berlokasi di Kel. P Panggang. Pengalaman dan pengetahuan ini menjadi dasar atas persepsi nelayan atas penutupan wilayah untuk kegiatan penangkapan. Hasil survey penelitian ini menunjukan bahwa 49.23 responden setuju untuk dilakukan pelarangan penangkapan seperti terlihat dalam gambar berikut. Pengalaman secara empirik masyarakat setempat tentang perubahan rejim ini adalah pembentukan Area Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat APL-BM yang dibentuk sejak tahun 2003 di Kelurahan P Panggang. Lokasi APL mengokupasi perairan yang sebelumnya bersifat common pool resources, akses terbuka dan sekarang berupa menjadi tertutup. Atas dasar SK Bupati KAKS No.3752004, pengelola APL mempunyai kewenangan untuk mengusir nelayan melakukan ekslusi yang melakukan penangkapan di wilayah APL. Sehingga masyarakat bisa menerima. Pengawasan, zonasi, pemberian tanda area boundary dan sanksi menjadi instrumen pengaturan yang penting untuk pengelolaan APL- BM. Sehingga otorisasi secara legal menjadi satu kebutuhan bagi pengelolaan sea ranching yang efektif. Transformasi rejim hak sumberdaya Ribot dan Peluso 2003 dari akses ke hak kepemilikan property sebagai prasyarat demarcated right dapat diperoleh dari peralihan kewenangan transfer of authority kepemilikan perairan sea ranching oleh pemerintah sampai batas klasifikasi kepemilikan tertentu Charles 2001; Schlager dan Ostrom 1992 dan karakteristiknya Scot 2008 kepada kelompok nelayan yang legitimatif. Hal ini mengingat bahwa secara kultural dan legal formal, kepemilikan sumberdaya perairan di lokasi sekarang adalah state property . Karena demarcated right menimbulkan ekslusi, sehingga dasar dari kekuatan ekslusi exclusion power tersebut adalah regulasi pemerintah. Seperti diuraikan sebelumnya, efektivitas penyerahan dan sistem ekslusi ini sangat tergantung dari kekuatankapasitas pemerintah. Semakin kuat pemerintah, demarcated right akan semakin efektif dan esklusi semakin mudah. Sehingga demarcated right tersebut semakin kuat dan sah legitimated. Beberapa regulasi pemerintah dapat menjadi seperti UU No. 12014 tentang pemerintahan daerah dan UU No.232014 perubahan UU No.272004 tentang pengelolaan WP3K. Penyerahan sistem eksklusi dilakukan pada masyarakat lokal dalam bentuk komunal yang direpresentasikan koperasi, bila syarat teknis, administrative dan operasioanl telah dipenuhi. Pemberian hak ijin pemanfaatan use right sebagai bagian sistem property Schlagger dan Ostrom 1992 yang menjadi dasar hak demarkatif, harus disertai Gambar 5.17 Persepsi responden pada pelarang penangkapan di lokasi sea ranching