2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peningkatan Stok dan Sea ranching
Pelepasan ikan yang dibudidayakan ke alam secara garis besar mencakup tiga bentuk yang berbeda yaitu pelepasan kembali restocking, pemacuan stok
stock enhancement dan sea ranching Lorenzen et al. 2008; Arnason 2008. Bell et al. 2008 menyatakan bahwa sea ranching adalah pelepasan juvenil yang
dibudidayakan ke lingkungan laut tertutup enclosed dalam proses kegiatan lepas put, tumbuh grow dan ambil take. Dalam kasus sea ranching juvenile yang
dilepas tersebut tidak dimaksudkan untuk meningkatkan biomasa ikan yang bertelur spawning biomass, meskipun hal ini dapat terjadi ketika ukuran ikan
pada saat ditangkap melebihi sesuai dengan ukuran pada ukuran matang gonad pertama first maturity atau ketika seluruh ikan yang dilepas tidak seluruhnya
ditangkap kembali.Secara ekonomis terlihat bahwa jika kegiatan pemacuan stok stock enhancement dilakukan, maka perikanan tangkap konvensional harus
dimodifikasi. Untuk itu secara kelembagaan, perlu kombinasi pajak dan subsidi dapat dilakukan untuk mendorong mekanisme ini. Bentuk lain yang mungkin
lebih efisien adalah mengimplementasikan hak kepemilikan individual dalam bentuk ijin penangkapan yang dapat diperdagangkan tradeable dan kuota
pelepasan stok atau lisensi Arnason 2008. Maasaru 1999 dalam Kurnia 2012 mengemukakan bahwa ada dua tipe
sea ranching , yaitu sea ranching tipe rekrutmen recruitment type dan tipe panen
harvest type. Perbedaannya, pada sea ranching tipe rekruitmen, benih yang ditebar pada suatu wilayah perairan dibiarkan sampai bereproduksi. Sebagian
ikan yang tumbuh tertangkap kembali, namun beberapa ikan dewasa akan tetap tinggal menjadi induk. Sedangkan pada jenis tipe panen, benih yang akan ditebar
akan diproduksi dan dibesarkan sampai ukuran tertentu. Pemanenan di alam dilaksanakan pada saat ikan tersebut telah mencapai ukuran komersial.
Withmarsh 2001 menyatakan bahwa hasil studi menunjukan bahwa efisiensi ekonomis sea-racnhing bervariasi tergantung pada : 1 spesies yang
dipilih, 2 lingkungan laut dimana spesies tersebut dilepas, 3 teknologi produksi induk, 4 pola atau metode penangkapan kembali, 5 kondisi pasar pada waktu
membeli induk dan menjual hasil tangkapan, 6 regim hak kepemilikan terhadap stok dan tangkapan,dan 7 besarnya kemampuan mengendalikan tekanan penang-
kapan. Atas karakteristik seperti diatas, persoalan alokasi hak pemanfaatan right- to-use sumberdaya harus dilihat dalam konteks kultural-kelembagaan Grima dan
Berkes 1989.
2.2 Hak Sumberdaya
Karakteristik sumberdaya Konsepsi sumberdaya alam, tidak bisa dipahami secara sederhana sebagai
input produksi seperti dalam konsep ekonomi pasar, karena adanya fungsi-fungsi ekosistem yang tidak atau belum dihargai sistem pasar dengan semestinya Grima
dan Berkes 1989. Kelangkaan sumberdaya, termasuk pemersalahan
kelestariannya mendorong pengembangan konsep pengelolaan sumberdaya, yang pada dasarnya merupakan lahan aplikasi ilmu ekologi terapan dan ilmu ekonomi.
Walaupun dengan pertimbangan unsur pertimbangan waktu relative time- relative concerns
, sumberdaya alam dapat dikelompokan menjadi sumberdaya alam terbarukan renewable dan sumberdaya alam tidak terbarukan non-
renewable . Pengelompokan ini menunjukan bagaimana perilaku sumberdaya
sebagai fungsi dari waktu, yang berkorelasi dengan pemanfaatannya. Perilaku pemanfaatan ini akan sangat menentukan kondisi sumberdaya pada waktu satu
waktu tertentu t. Pada sumberdaya yang bersifat terbarukan, pada titik waktu t
1
tertentu telah mengalami proses recovery sehingga mendekati kondisi seperti awal t
. Sementara sebaliknya sumberdaya yang non-renewable, pada titik waktu t
1
ini sudah mengalami pengurangan jumlah dari waktu awalnya t
. Sehingga pola pemanfaatan menjadi sangat krusial untuk menjaga manfaat dari sumberdaya
tersebut dari waktu kewaktu, dan inilah yang menjadi esensi dari pengelolaan sumberdaya.
Konsepsi terhadap pemanfaatan sumberdaya tidak terlepas dari hal-hal dasar terkait dengan tujuan-tujuan pemenuhan kebutuhan manusia terhadap
sumberdaya alam Azqueta dan Delcamara 2006, dimana manusia telah diarahkan dalam waktu yang sangat lama oleh para ekonom dengan teori-teori
ekonomi tentang pilihan-pilihan pemenuhan kebutuhan terhadap sumberdaya yang terbatas. Hal ini menimbulkan kepentingan-kepentingan individu atas
sumberdaya alam, yang bersinggungan dengan kepentingan individu lainnya. Berkaitan dengan interaksi ini, Samuelson 1954 menginisiasi identifikasi
karakeristik barang termasuk didalamnya sumberdaya alam menjadi barang konsumsi privat private consumption goods dan barang konsumsi public public
consumption goods . Hal ini didasarkan pada kemungkinan adanya konsumsi
bersama-sama jointness consumption. Pada barang-barang privat, konsumsi dapat dibagi dan dialokasikan pada konsumen yang berbeda. Sementara barang
publik, dapat dinikmati secara bersama-sama dalam persepsi bahwa setiap konsumsi individual barang tertentu tidak mengurangi konsumsi orang lain untuk
mengkonsumsi barang tersebut. Analisis pembedaan lainnya dilakukan oleh Musgrave 1959 yang melakukan pembedaan barang privat atau publik
berdasarkan apakah seseorang dapat dilarangdibatasi excluded atau tidak menikmati manfaat barang yang dihasilkan tersebut Ostrom 2002. Secara
konseptual, konsepsi Samuelson 1954 dan Musgrave 1959 kemudian dapat ditabulasikan seperti dalam table berikut.
Tabel 2.1 Pengelompokan barang berdasarkan Klasifikasi Musgrave dan Samuelson
Klasifikasi Musgrave Klasifikasi Samuelson
Konsumsi individu
mengurangi jatah orang lain
Konsumsi individu tidak mengurangi jatah orang
lain Dapat Dilakukan
Eksklusi Grup A
Grup B Tidak Dapat
Dilakukan Eksklusi Grup C
Grup D Sumber : Modifikasi dari Ostrom 2002.
Pengelompokan barang baik merujuk Musgrave maupun Samuelson menjadi sangat penting terutama dalam pengelolaan sumberdaya, khususnya ketika
menganalisis konteks aksi bersama collective action serta merumuskan aksi yang perlu dilakukan komunitas atau elemen kelembagaan lainnya. Olson 1965
dalam konteks public goods bahkan secara tegas menyatakan pengelompokan barang menjadi exclusive public goods dan inclusive public goods. Artinya dalam
konteks barang-barang domain publik pun dapat dipilah kembali mana yang bersifat exclusive maupun inclusive. Hal ini akan menentukan siapa individu,
kelompok, organisasi atau bahkan pemerintah yang dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut dan yang tidak,karena adanya konsepsi siapa yang termasuk
kelompok inklusif maupun yang eksklusif. Ostrom mengidentifikasi dalam kaitan dengan perilaku aksi bersama, dengan
memperhatikan klasifikasi Musgrave dan Samuelson, mengelompokkan barang sumberdaya menjadi barang sumberdaya public goods, toll goods, private
goods serta common pool resourcers Ostrom et al. 1994 yang tetap melihat dari
tingkat degree excludability dan substractibility. Tingkat ekskludabilitas excludability melihat apakah barang tersebut dalam pemanfaatan mudah untuk
membatasi atau menentukan siapa yang berhak dan tidak tidak berhak untuk menikmati manfaatnya. Sedangkan konsep substractibility merujuk apakah
konsumsi oleh individu mengurangi atau tidak pada jatah orang lain atas manfaat barang atau sumberdaya tersebut. Matrik pengelompokan berdasar karakteristik
tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2 Pengelompokan sumberdaya berdasarkan tingkat excludibility dan
substractibility
Excl ud
abi li
ty Subtractibility
Rendah Tinggi
Sulit Public Goods
Common Pool Resources Mudah
Toll Goods Private Goods
Sumber : Ostrom 1994.
Secara prinsip, pengelompokan ini masih merujuk pada konsep Olsen, Musgrave maupun Samuelson seperti telah disinggung sebelumnya. Sebab,
penentuan siapa yang berhak dan bagaimana dampak konsumsi individu pada orang lain akan berdampak pada konsekuensi tindakan yang akan dilakukan oleh
pihak lain. Pengelompokan ini misalnya melihat bahwa barang atau sumberdaya yang bila dikonsumsi oleh seorang menyebabkan berkurangnya jatah untuk
konsumsi oleh orang lain tetapi sulit untuk menentukan siapa yang berhak atau tidak berhak untuk memanfaatkan benefit tersebut maka akan masuk dalam
kelompok common pool resources. Sebaliknya, walaupun barang dengan karakteristik ekskludibilitasnya sulit dilakukan, tetapi kalau konsumsi seseorang
tidak terlalu berpengaruh pada jatah konsumsi oleh orang lain dapat dikelompokkan menjadi barang publik public good. Demikian pula toll goods,
menunjukan karakteristik barang atau sumberdaya yang dapat dengan mudah