konsulat, bagian logistik, bagian humas terdiri dari Event Organizer dan BAPENTA Badan Penerangan dan Tamu, bagian kampus biru, bagian
DKM, bagian perairan, bagian konsumsi, dan terakhir bagian kesenian.
B Bidang Kewirausahaan
Bidang Kewirausahaan adalah salah satu bidang yang menangani dan memfasilitasi tentang perkembangan usaha atau keterampilan dan keahlian
para santri di pondok pesantren. Bidang ini merupakan bidang yang sangat berkontribusi besar bagi Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman,
khusususnya dalam menggerakkan roda perekonomian pesantren. Bidang kewirausahaan pesantren meliputi beberapa bagian seperti bagian pabrik roti,
bagian pabrik tahu dan tempe, bagian pabrik air Ointika air hexagonal, bagian percetakan, bagian studio, bagian redaksi, bagian pertanian, bagian
perikanan, bagian peternakan, bagian daur ulang, bagian kebersihan, bagian KONI Konveksi Nurul Iman, bagian koperasi, dan bagian budi daya jamur.
Dua bidang kepengurusan inilah yang saling melengkapi dalam menjalankan roda perekonomian dan kepengurusan harian dari tahun ke tahun di
Pondok Pesantren Al- Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor.
4.1.5 Pertanian Pesantren
Pertanian pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman merupakan bagian dari bidang kewirausahaan pesantren yang memiliki visi, misi, dan tujuan sebagai
berikut:
Visi:
a Memenuhi kebutuhan empat sehat lima sempurna dengan mencukupi
kebutuhan asupan sayur-mayur, buah-buahan, dan hasil pertanian lain bagi seluruh santri Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
b Menciptakan generasi yang mandiri, kreatif, dan terampil dalam bertani
dengan tetap menjaga ketaatan pada syariat agama
Misi:
a Menciptakan wadah kreatifitas santri dalam bidang agronomi dan
agrikulturdengan menciptakan sistem penyelenggaraan kegiatan pertanian yang lebih profesional
b Melibatkan seluru santri dalam kegiatan pertanian secara periodik atas
pengawasan intensif dari kepengurusan pertanian c
Mengoptimalisasikan potensi alam dan SDM santri serta mengakomodir seluruh aspirasi santri yang berhubungan dengan peningkatan kualitas
hasil pertanian
Tujuan:
a Mendidik santri agar berjiwa wirausaha khususnya dengan
memberdayakan potensi alam sehingga dapat hidup mandiri dan dapat menciptakan lapangan usaha bagi masyarakat setempat.
Pertanian sebagai suatu program di pesantren dapat dipandang sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh pesantren untuk memberdayakan para santrinya
melalui kegiatan pendidikan dan pendampingan. Melalui pertanian pesantren, para santri mampu belajar, berlatih, dan menyadari seberapa jauh keterampilan
pertanian yang mereka miliki. Selain itu, para santri juga sadar secara penuh bahwa kegiatan pertanian adalah salah satu upaya mereka untuk bisa mencukupi
kebutuhan pangan pesantren. Mengacu pada tingkat keberdayaan yang disebutkan oleh Susiladiharti 2002 dalam Huraerah 2008, maka keberdayaan santri Nurul
Iman sudah sampai pada tingkatan ketiga dan keempat, yaitu dimilikinya kesadaran penuh akan berbagai potensi, kekuatan, dan kelemahan diri dan
lingkungannya. Adapun tingkatan keberdayaan keempat yang dimaksud adalah kemampuan para santri berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan yang bermanfaat
bagi lingkungan yang lebih luas pertanian. Pada awalnya, pertanian ini hanya sebagai kegiatan pengisi waktu
senggang di sore hari sekaligus memanfaatkan lahan milik YAPPANI Yayasan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman yang luas dan masih banyak yang
belum tergarap diolah. Ide pengolahan lahan ini berasal dari salah seorang santri Nurul Iman yang sekarang telah menjadi ustadz dan pembina pertanian pesantren,
yaitu Ustadz Tatang Al Haitami. Abah sangat menyambut dengan baik ide tersebut sehingga sampai saat ini pertanian pesantren mampu memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi kemandirian pesantren meskipun perkembangannya belum sebagus bidang percetakan dan pabrik roti yang juga
merupakan bagian dari kegiatan kewirausahaan pesantren. Jenis komoditas yang dibudidayakan pesantren meliputi sayuran, buah-
buahan, bahan makanan pokok, tanaman keras, dan tanaman herbal serta tanaman hias. Berbagai jenis sayuran yang pernah ditanam adalah kangkung, terong,
kacang panjang, bayam, cabai, cesin, cukong dan sereh. Buah-buahan yang diusahakan seperti rambutan, pisang, pepaya, duku, jambu biji, singkong, ubi, dan
nangka. Sedangkan untuk bahan makanan pokok yang dibudidayakan berupa padi, jagung, dan umbi-umbian. Tanaman keras seperti pohon pinus, trembesi, albasia,
sengon, dan jati. Seluruh hasil pertanian pesantren adalah dimanfaatkan untuk kesejahteraan
pesantren keperluan pangan dan pengobatan. Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan ketua pertanian, pertanian pesantren untuk tahun-
tahun ke depan diupayakan untuk mampu dipasarkan ke masyarakat luas, tidak hanya di dalam tetapi juga untuk masyarakat luar pesantren mengikuti jejak
pertumbuhan bidang perikanan. Oleh karena itu, saat ini pesantren sedang menggalakkan pendidikan dan pelatihan pertanian, dari aspek penanaman,
pengolahan lahan, sampai pada aspek pemasaran. Frekuensi panen terhitung sejak bulan September sampai penelitian
dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1.5 berikut. Tabel 4.1.5 Frekuensi Panen Tanaman Budidaya Pertanian PPANI Periode
September 2010 Desember 2010
No Jenis Tanaman Frekuensi
Panen Keterangan
1 Terong 4
kali 2
Kacang Panjang 12 kali
Seminggu sekali 3 Bayam
3 kali
4 Jagung 1
kali 5 Cabai
2 kali
6 Cukong Pucuk Singkong
25 karung Seminggu sekali
7 Sereh
15 kilogram Sebulan sekali
Menurut keterangan dari santri Nurul Iman, pertanian pesantren sekitar tahun 2006-2007 mengalami kemajuan yang pesat, salah satu alasannya yaitu hasil
pertanian pesantren berupa kacang panjang yang memiliki panjang sampai dengan 135 cm sehingga mampu memecahkan rekor MURI.
Sampai sekarang kepengurusan bidang pertanian pesantren telah berlangsung selama tiga periode yang meliputi kepengurusan Ustadz Tatang,
Ustadz Khoer, dan Ustadz Ilyas. Pertanian yang dulunya hanya sebagai kegiatan sampingan sekarang telah maju dan berkembang sebagai hasil ketekunan para
santri dan seluruh entitas pesantren. Kemajuan ini juga didukung oleh pihak-pihak luar yang turut membantu pertanian pesantren, baik dalam hal pemberian bibit
gratis maupun pelatihan pertanian secara langsung. Lahan pertanian yang digarap oleh para santri meliputi di dalam dan di
luar lingkungan pesantren Karawang, Cileungsi, dan Tajur. Namun untuk pengelolaan areal pertanian di luar pesantren dilimpahkan kepada para santri yang
telah menyelesaikan studinya di pesantren wisudawan. Sedangkan para santri yang masih studi atau belum wisuda mengolah lahan yang berada di dalam
lingkungan pesantren sendiri. Adapun hasil panen yang menopang keperluan pesantren cenderung lebih banyak yang berasal dari pengolahan lahan di Tajur.
Luasa lahan pertanian PPANI secara keseluruhan adalah 185 hektar. Adapun benih untuk pertanian pesantren bersumber dari swadaya santri,
membeli ke toko pertanian, dan bekerja sama dengan dinas pertanian setempat. Di samping itu, pesantren juga telah menjalin kerja sama dengan tim ahli pertanian
dari Taian sejak tahun 2007. Beberapa jenis bibit yang berasal dari Taiwan seperi jagung, kangkung darat, kacang panjang, kacang tanah, dan buncis. Sedangkan
untuk pemupukan, diunakan pupuk BOKASHI dan pupuk kandang yang merupakan produksi pesantren sendiri. Dalam hal permodalan, sumber dana awal
berasal dari pemilik yayasan dan selanjutnya modal berasal dari swadaya santri, hasil pertanian pesantren sendiri, atau dari sektor usaha lain yang terdapat di
pesantren. Dalam menjalankan operasionalnya, para santri dibagi menjadi dua
kelompok bagian untuk menangani pertanian pesantren yang meliputi kelompokbagian inti dan kelompokbagian bukan inti. Anggota kelompok inti
berjumlah 25 orang yang bertugas sebagai penggerak kegiatan pertanian di pesantren. Sedangkan kelompok bukan inti adalah seluruh santri Nurul Iman
selain 25 orang tersebut namun lebih ditekankandiintensifkan pada santri yang telah duduk di bangku kuliah mahasiswa. Pertanian bagi para santri tingkat SD,
SMP, dan SMA lebih cenderung dimanfaatkan sebagai media pembelajaran meskipun tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk terlibat lebih aktif
apabila berminat dalam program.
BAB V KARAKTERISTIK SANTRI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT