Asal Daerah Ikhtisar KARAKTERISTIK SANTRI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT

Tabel 5.4 menunjukkan kecenderungan bahwa latar belakang pekerjaan orang tua responden di bagian inti lebih banyak sebagai nonpetani. Sedangkan jenis pekerjaan orang tua responden di bagian non inti lebih banyak sebagai petani. Jenis pekerjaan orang tua bukan petani ini diantaranya meliputi guru, aparat pemerintahan desa, dan wiraswasta. Jenis pekerjaan orang tua sebagai petani yang lebih cenderung berada di bagian non inti bisa disebabkan oleh rasa ‘bosan’ menjadi petani sehingga mereka lebih memilih untuk menjadi anggota non inti yang lebih jarang terlibat dalam program. Sedangkan anggota inti yang lebih banyak berasal dari latar belakang keluarga bukan petani disebabkan oleh adanya keinginan kuat mereka untuk belajar lebih dalam mengenai pertanian sebelum keluar pesantren dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh MT anggota inti pertanian sebagai berikut: “Menurut saya, pertanian itu sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Jadi, saya harus bisa menguasai pertanian mumpung masih di pesantren agar nanti tidak canggung lagi ketika hidup bareng di masyarakat”. Bars show percents Non inti Int i Gambar 5.4 Persentase Responden Menurut Jenis Pekerjaan Orang Tua dan Status Keanggotaan Pertanian

5.5 Asal Daerah

Asal daerah responden dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, perkotaan dan perdesaan. Distribusi asal daerah responden menurut status keanggotaan dalam program dapat dilihat dalam tabel 5.5. Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Status dan Asal Daerah Asal Daerah Status Keanggotaan dalam Pertanian Total Non inti Inti Perkotaan 1123 5 38.5 16 26.2 Perdesaan 3777 861.5 45 73.8 Total 48 100 13 100 61 100 Mayoritas responden yang terlibat dalam program pertanian pesantren berasal dari perdesaan 73.8 sehingga responden yang berasal dari perdesaan lebih sering dijumpai dalam program pertanian pesantren daripada responden dari perkotaan. Hal ini disebabkan oleh daerah perdesaan yang identik dengan pertanian dan pada umumnya penduduknya bermatapencaharian sebagai petani sehingga responden yang berasal dari perdesaan lebih terbiasa dengan pertanian yang diselenggarakan oleh pesantren. Tabel di atas menunjukkan bahwa anggota pertanian PPANI, baik bagian inti maupun non inti, sama-sama cenderung berasal dari daerah perdesaan. Tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara anggota inti dan non inti dalam hal asal daerah anggota. Bars show percents Non inti Int i Gambar 5.5 Persentase Responden Menurut Asal Daerah Responden dan Status Keanggotaan Pertanian

5.6 Hubungan Antara Karakteristik Santri dengan Tingkat Partisipasi

dalam Program Pertanian Pesantren 5.6.1 Hubungan Antara Status Keanggotaan dengan Tingkat Partisipasi dalam Program Pertanian Pesantren Persentase responden dengan status keanggotaan sebagai bagian inti pertanian sebesar 21.3 dan responden dengan status keanggotaan sebagai bagian non inti pertanian sebesar 78.7. Adapun hipotesis nihil dan hipotesis alternatifnya adalah sebagai berikut: H : Tidak ada perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan status responden dalam program H 1 : Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan status responden dalam program Analisis Chi-square digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara status responden dengan tingkat partisipasi santri dalam program pertanian pesantren. Berdasarkan uji independensi chi-square didapatkan koefisien kontingensi sebesar 0.118 dengan tingkat signifikansi 0.355. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan status responden dalam program terima H karena angka signifikansi di atas 0.05. Hubungan antara tingkat partisipasi dengan status responden sangat lemah, ditunjukkan dengan koefisien kontingensi yang berada jauh di bawah 0.5. Hasil tabulasi silang antara status responden dengan tingkat partisipasi dapat dilihat pada tabel 5.6.1. Tabel 5.6.1 Hubungan Status Keanggotaan dengan Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Pertanian PPANI, Parung, Bogor, Jawa Barat, 2010 Tingkat Partisipasi Status Keanggotaan Total Non Inti Inti Sedang Degrees of Tokenism 3 6.25 0 0 3 Tinggi Degrees of citizen power 45 93.75 13 100 58 Total 48 100 13 100 61 Tabel 5.6.1 memperlihatkan bahwa seluruh responden 100 yang berstatus sebagai anggota inti memiliki tingkat partisipasi tinggi dalam program pertanian. Anggota inti memiliki tingkat partisipasi tinggi secara keseluruhan karena mereka merasa memiliki tanggung jawab lebih besar daripada bagian non inti untuk mengelola pertanian pesantren. Hal ini bisa dilihat dari fakta bahwa anggota inti bertugas setiap hari dalam mengelola pertanian sedangkan bagian non inti hanya bertugas ketika hari libur, yaitu hari Jum’at. Di samping itu, bagian inti juga bertanggung jawab untuk mengorganisasikanmenggerakkan bagian non inti pada hari Jum’at tersebut.

5.6.2 Hubungan Antara Lama Tinggal dengan Tingkat Partisipasi dalam

Program Pertanian Pesantren Persentase responden dengan lama tinggal di pesantren untuk selang 1-2 tahun sebesar 19.7 persen, 3-4 tahun sebesar 18 persen, dan 5-6 tahun sebesar 62.3 persen. Adapun hipotesis nihil dan hipotesis alternatifnya adalah sebagai berikut: H : Tidak ada perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan lama tinggal di pesantren H 1 : Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan lama tinggal di pesantren Analisis Chi-square digunakan untuk menguji adanya hubungan antara lama tinggal di pesantren dengan tingkat partisipasi santri dalam program pertanian pesantren. Berdasarkan uji independensi chi-square didapatkan koefisien kontingensi sebesar 0.308 dengan tingkat signifikansi 0.041. Hal ini berarti H ditolak atau benar-benar terdapat hubungan antara tingkat partisipasi santri dalam program dengan lama tinggal di pesantren angka signifikansi di bawah 0.05. Akan tetapi hubungan tersebut ternyata cukup lemah karena koefisien kontingensi masih cukup jauh di bawah 0.5. Hasil tabulasi silang antara lama tinggal dengan tingkat partisipasi disajikan pada tabel 5.6.2. Tabel 5.6.2 Hubungan Lama Tinggal dengan Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Pertanian PPANI, Parung, Bogor, Jawa Barat, 2010 Tingkat Partisipasi Lama Tinggal Total 1-2 Tahun 3-4 Tahun 5-6 Tahun Sedang Degrees of Tokenism 1 8.33 2 18.18 0 0 3 4.92 Tinggi Degrees of citizen power 11 91.67 9 81.82 38 100 58 95.08 Total 12 100 11 100 38 100 61 100 Tingginya persentase santri dengan lama tinggal 5-6 tahun yang terlibat dalam program pertanian di PPANI disebabkan oleh hal-hal berikut. Santri yang lebih lama tinggal 5-6 di pesantren memiliki pengalaman dan pengetahuan lebih banyak mengenai pertanian pesantren daripada santri yang baru menetap selama 1-2 tahun dan 3-4 tahun. Selain itu, santri yang relatif masih baru memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan pesantren.

5.6.3 Hubungan Antara Motivasi Masuk Pesantren dengan Tingkat

Partisipasi dalam Program Pertanian Pesantren Motivasi atau alasan yang mendorong responden untuk belajar di pesantren terdiri atas: 1 Paksaan orang tua 3.3, 2 Informasipengaruh orang lain 4.9, dan 3 Kemauan sendiri 91.8. Adapun hipotesis nihil dan hipotesis alternatifnya adalah sebagai berikut: H : Tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan motifalasan masuk pesantren H 1 : Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan motifalasan masuk pesantren Analisis Chi-square digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara motifalasan masuk pesantren dengan tingkat partisipasi santri dalam program pertanian pesantren. Berdasarkan uji independensi chi-square didapatkan koefisien kontingensi sebesar 0.068 dengan tingkat signifikansi 0.869. Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan tingkat partisipasi santri dalam program pertanian berdasarkan alasanmotif mereka masuk pesantren. terima H . Hubungan antara alasanmotif masuk pesantren dengan tingkat partisipasi dalam program juga sangat lemah koefisien di bawah 0.5. Hasil tabulasi silang antara alasanmotif masuk pesantren dengan tingkat partisipasi dapat dilihat pada Tabel 5.6.3. Tabel 5.6.3 Hubungan Motif Masuk Pesantren dengan Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Pertanian PPANI, Parung, Bogor, Jawa Barat, 2010 Tingkat Partisipasi Alasan Masuk Pesantren Total Dipaksa Orang Tua Ikut- ikutanPengaruh Orang Lain Kemauan Sendiri Sedang Degrees of Tokenism 0 0 0 0 3 5.36 3 4.92 Tinggi Degrees of citizen power 2 100 3 100 53 94.64 58 95.08 Total 2 100 3 100 56 100 61 100 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat partisipasi santri dalam program dengan alasan mereka masuk pesantren. Alasanmotif berdasarkan kemauan sendiri tidak menjamin sepenuhnya bagi responden untuk bisa berpartisipasi tinggi dalam program. Demikian juga meskipun alasan santri masuk pesantren pada awalnya adalah atas paksaan orang tua ataupun ikut-ikutan orang lain namun pada akhirnya santri- santri tersebut merasa senang dengan kehidupan pesantren dan terdorong untuk mengabdi kepada pesantren dengan aktif terlibat dalam program pertanian pesantren. Selain itu, pertanian menurut mereka dekat dengan kehidupan sehari- hari sehingga ketika telah lulus dari pesantren mereka tidak canggung lagi apabila harus mengolah lahan di daerah asal mereka. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh AR anggota non inti pertanian sebagai berikut: ”Sebenarnya saya kesini karena keinginan orang tua. Saya lebih suka belajar di sekolah umum daripada di pesantren. Tapi jangan salah teh, sekarang saya malah merasa bangga bisa belajar di pesantren ini. Banyak hal yang dapat saya pelajari disini.”

5.6.4 Hubungan Antara Jenis Pekerjaan Orang Tua dengan Tingkat

Partisipasi dalam Program Pertanian Pesantren Jenis mata pencaharian orang tua santri meliputi dua golongan besar, yaitu petani 54.1 dan bukan petani 45.9. Adapun hipotesis nihil dan hipotesis alternatifnya adalah sebagai berikut: H : Tidak ada perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan jenis pekerjaan orang tua responden H 1 : Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan jenis pekerjaan orang tua responden Berdasarkan Uji independensi chi-square diperoleh koefisien kontingensi dan signifikansi berturut-turut sebesar 0.057 dan 0.654. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara jenis pekerjaan orang tua santri dengan tingkat partisipasi santri dalam program pertanian pesantren sangat lemah. Selain itu, angka signifikansi yang jauh di atas 0.05 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat partisipasi santri dalam program pertanian berdasarkan jenis pekerjaan orang tua santri. Untuk lebih jelasnya, hubungan antara jenis pekerjaan orang tua dengan tingkat partisipasi santri dalam program dapat dilihat dalam Tabel 5.6.4 berikut. Tabel 5.6.4 Hubungan Jenis Pekerjaan Orang Tua dengan Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Pertanian PPANI, Parung, Bogor, Jawa Barat, 2010 Tingkat Partisipasi Jenis Pekerjaan Orang Tua Total Petani Bukan Petani Sedang Degrees of Tokenism 2 6.06 1 3.57 3 4.92 Tinggi Degrees of citizen power 31 93.94 27 96.43 58 95.08 Total 33 100 28 100 61 100 Tabel 5.6.4 menyatakan bahwa persentase tingkat partisipasi tinggi oleh responden dengan jenis pekerjaan orang tua sebagai petani ternyata tidak lebih besar dari responden dengan jenis pekerjaan orang tua bukan petani 96.43. Tingkat partisipasi yang tinggi pada responden dengan jenis pekerjaan orang tua bukan petani adalah dimungkinkan karena besarnya dorongan rasa keingintahuan mereka terhadap pertanian pesantren sebagai sesuatu hal yang baru dan perlu ditekuni untuk menambah pengalaman selama di pesantren.

5.6.5 Hubungan Antara Asal Daerah Responden dengan Tingkat

Partisipasi dalam Program Pertanian Pesantren Asal daerah responden terbagi atas daerah perkotaan sebesar 26.2 persen dan daerah perdesaan sebesar 73.8 persen. Adapun hipotesis nihil dan hipotesis alternatifnya adalah sebagai berikut: H : Tidak ada perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan asal daerah responden H 1 : Terdapat perbedaan tingkat partisipasi dalam program pertanian berdasarkan asal daerah responden Uji chi-square digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat partisipasi dalam program pertanian pesantren dengan asal daerah responden. Dari uji tersebut didapatkan koefisien kontingensi sebesar 0.037 dan angka signifikansi sebesar 0.774 sehingga dapat dianalisis bahwa H diterima. Dengan demikian tingkat partisipasi responden dalam program pertanian pesantren tidak menunjukkan perbedaan dilihat dari asal daerah responden. Baik santri yang berasal dari perkotaan maupun perdesaan memiliki tingkat partisipasi dalam program yang tidak jauh berbeda. Tabel 5.6.5 Hubungan Asal Daerah dengan Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Pertanian PPANI, Parung, Bogor, Jawa Barat, 2010 Tingkat Partisipasi Asal Daerah Total Perkotaan Perdesaan Sedang Degrees of Tokenism 1 6.25 2 4.44 3 4.92 Tinggi Degrees of citizen power 15 93.75 43 95.56 58 95.08 Total 16 100 45 100 61 100 Tabel 5.6.5 menunjukkan responden yang berasal dari perdesaan memiliki persentase tingkat partisipasi tinggi yang lebih besar 95.56 daripada responden dari perkotaan. Namun, perbedaan persentase tersebut cukup kecil dan hampir sama antara responden yang berasal dari perkotaan dan perdesaan. Hal ini disebabkan oleh nilai-nilai kebersamaan yang tertanam kuat pada diri seluruh santri Nurul Iman. Semua santri harus prihatin dan qona’ah sikap menerima apa adanya, siap hidup dengan keterbatasan yang ada. Pesantren dijadikan sebagai media untuk belajar segala hal, dari segi keilmuan sampai kepada praktik keterampilan hidup sehari-hari. Berikut salah satu pernyataan yang disampaikan oleh SA santri Nurul Iman terkait dengan hal tersebut. ”Ya begini mbak namanya hidup di pesantren, harus prihatin dan qona’ah. Kalau nggak begitu ya bukan santri Nurul Iman. Abah selalu berpesan ke santri-santrinya untuk prihatin, selalu belajar dan belajar apapun di sini.”

5.7 Ikhtisar

Karakteristik antara santri anggota inti dan non inti pertanian secara umum tidak berbeda jauh satu sama lain dalam hal lama tinggal, motivasi alasan masuk pesantren, jenis pekerjaan orang tua, dan asal daerah. Kecenderungan karakteristik dari anggota inti adalah telah menetap di pesantren PPANI selama 5-6 tahun, masuk pesantren atas kemauan sendiri, jenis pekerjaan orang tua bukan petani, dan asal daerah dari perdesaan. Sedangkan untuk non inti lama tinggal di pesantren masih menyebar sekalipun mayoritas sudah menetap selama 5-6 tahun, masuk pesantren atas kemauan sendiri, jenis pekerjaan orang tua mayoritas adalah petani, dan asal daerah perdesaan. Dengan demikian terdapat dua karakteristik yang sedikitnya menujukkan perbedaan yaitu lama tinggal dan jenis pekerjaan orang tua. Berdasarkan uji chi-square diketahui bahwa dari sekian karakteristik yang diuji hanya lama tinggal santri yang menunjukkan adanya hubungan dengan tingkat partisipasi dalam program pertanian meskipun hubungan tersebut tidak cukup kuat koefisien kontingensi 0.308. Akan tetapi, jika dilihat dari tabulasi silang maka dapat dilihat adanya perbedaan tingkat partisipasi berdasarkan status keanggotaan anggota inti lebih partisipatif, jenis pekerjaan orang tua bukan petani lebih tinggi tingkat partisipasinya dalam program, dan santri dari perdesaan tetap lebih partisipatif dalam program meskipun perbedaan-perbedaan tersebut tidak begitu mencolok.

BAB VI KAPITAL SOSIAL PESANTREN

Dalam penelitian ini, modal sosial yang dikaji meliputi tingkat kepercayaan, jejaring, dan norma sosial yang terbentuk antara santri dengan pihak pesantren dalam program pertanian di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman PPANI. Modal sosial bukan sebagai entitas melainkan sebagai perspektif pendekatan dan lebih cenderung disebut dengan istilah kapital sosial. 6.1 Kapital Sosial 6.1.1 Tingkat Kepercayaan Tingkat kepercayaan adalah ukuran seberapa besar kepercayaan yang terbangun antara santri dengan pihak pesantren. Kepercayaan mencakup hubungan timbal balik antara pihak pesantren dengan santri untuk bekerja bersama dengan dasar keyakinan dan tanpa rasa saling curiga demi kemajuan bersama. Terdapat sepuluh pernyataan yang menunjukkan kepercayaan santri terhadap pesantren dan masing-masing pernyataan disediakan lima macam jawaban. Untuk setiap jenis jawaban memiliki bobot skor yang berbeda. Berikut disajikan tabel distribusi tingkat kepercayaan berdasarkan status keanggotaan responden dalam program pertanian pesantren. Tabel 6.1.1 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kepercayaan dalam Program Tingkat Kepercayaan Jumlah Persentase Rendah 0 Sedang 1 1.6 Tinggi 60 98.4 Total 61 100 Para santri menaruh kepercayaan yang tinggi kepada pihak pesantren bahwa dengan bergabung dalam program pertanian pesantren mereka akan memperoleh banyak pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan kreatifitas mereka dalam bertani. Mereka juga memiliki keyakinan bahwa pertanian pesantren merupakan bidang yang sangat vital untuk keberlangsungan pesantren karena hasil panen digunakan kembali untuk keperluan seluruh santri meliputi

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan kewirausahaan terhadap santri di pondok pesantren: Studi kasus Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor

13 96 96

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SKABIES DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD Hubungan Antara Penyakit Skabies Dengan Tingkat Kualitas Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.

0 1 13

PERAN PEMIMPIN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAT DALAM MENANAMKAN ETIKA KEISLAMAN SANTRI Peran Pemimpin Pondok Pesantren Al-Hidayat Dalam Menanamkan Etika Keislaman Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-HIdayat Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2011

3 16 16

PERAN PEMIMPIN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAT DALAM MENANAMKAN ETIKA KEISLAMAN SANTRI Peran Pemimpin Pondok Pesantren Al-Hidayat Dalam Menanamkan Etika Keislaman Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-HIdayat Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2011

0 3 18

PENGELOLAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIJRAH KECAMATAN PECANGAAN PENGELOLAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIJRAH KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA.

0 0 12

FUNGSI PONDOK PESANTREN SALAFIAH NURUL IMAN DALAM PEMBINAAN AKHLAQ SANTRI DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN KASUI KABUPATEN WAY KANAN

0 0 160

PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA SANTRI MELALUI ENTREPRENEURSHIP DI PONDOK PESANTREN AL-ASHRIYYAH NURUL IMAN ISLAMIC BOARDING SCHOOL PARUNG-BOGOR | Prayitno | QUALITY 2174 7424 1 SM

0 0 22

PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL SANTRI (STUDI KASUS PADA PONDOK PESANTREN AL-HASAN SALATIGA) - Test Repository

0 1 127

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA SANTRI MELALUI ENTREPRENEURSHIP DI PONDOK PESANTREN AL-ASHRIYYAH NURUL IMAN ISLAMIC BOARDING SCHOOL PARUNG-BOGOR. - STAIN Kudus Repository

0 1 15

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah dan Kelembagaan Pondok Pesantren Nurul Iman Islamic - PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA SANTRI MELALUI ENTREPRENEURSHIP DI PONDOK PESANTREN AL-ASHRIYYAH NURUL IMAN ISLAMIC BOARDING SCHOO

0 0 49