maupun pelatihan dan penanaman pohon. Selain dari instansi pemerintahan, jejaring pesantren juga meliputi kalangan akademisi dan perusahaan ataupun
yayasan.
6.1.3 Norma Sosial
Norma sosial adalah kesepakatan-kesepakatan dalam masyarakat yang dijadikan panduan dalam bertingkah laku. Dalam program pertanian pesantren
terdapat beberapa aturan sederhana namun pasti yang merupakan hasil kesepakatan antara anggota dengan pihak pesantren. Tabel 6.1.3 berikut
menggambarkan tentang distribusi tingkat kepatuhan responden terhadap norma berdasarkan status keanggotaan dalam program.
Tabel 6.1.3 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kepatuhan Terhadap Norma dalam Program
Tingkat Kepatuhan Terhadap Norma
Jumlah Persentase
Rendah 0 Sedang 2 3.3
Kuat 59 96.7
Total 61 100
Tidak berbeda dengan distribusi responden berdasarkan tingkat kekuatan jejaring, tabel di atas menujukkan bahwa 96.7 persen responden memiliki tingkat
kepatuhan yang tinggi terhadap norma-norma yang berlaku dalam program. Tabel di atas memperlihatkan bahwa seluruh anggota inti pertanian
100 memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap norma pesantren. Hal ini disebabkan oleh anggota inti yang secara tidak langsung menjadi panutan atau
contoh bagi anggota non inti pertanian dalam hal kepatuhan terhadap norma pesantren yang telah disepakati bersama.
Mengenai norma-norma yang disepakati tersebut diantaranya adalah setiap anggota maksimal absenlalai sebanyak dua kali dalam satu periode jadwal
bulanan yang telah ditetapkan. Apabila melanggar dari ketentuan tersebut maka untuk anggota inti pertanian secara otomatis langsung dikeluarkan dari
keanggotaan pertanian. Adapun nilai-nilai yang dipegang teguh oleh anggota
seperti nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, keikhlasan, dan tanggung jawab. Masing-masing anggota berusaha untuk melaksanakan amanah yang telah
diberikan oleh pesantren dilandasi dengan nilai-nilai tersebut. Peraturan tidak hanya berlaku bagi anggota inti tetapi juga bagi anggota
non inti pertanian. Anggota yang sering lalai dalam tugasnya akan diganti dengan santri lain yang memang lebih bertanggung jawab. Namun dalam menegakkan
aturan-aturan tersebut tetap dalam suasana kekeluargaan dan dilaksanakan dengan cara musyawarah. Hal ini dilakukan dengan tujuan terciptanya ketertiban dan
kelancaran program demi keberhasilan pertanian pesantren.
6.2 Ikhtisar