27 siswa untuk memahami materi dengan mudah. Materi yang dipahami juga
menjadi lebih bermakna.
2.1.6 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS di Sekolah Dasar
Bagian ini memaparkan tentang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS di Sekolah Dasar. Pendidikan IPS di sekolah dasar meliputi: 1 hakikat IPS, 2
tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, dan 3 ruang lingkup IPS Sekolah Dasar. Paparannya sebagai berikut.
2.1.6.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
menyatakan “IPS merupakan ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial
”. Jarolimek 1967 dalam Soewarso 2013: 1 menyatakan IPS adalah ilmu yang mengkaji hubungan
manusia dengan lingkungan sosial dan fisiknya. Somantri 1993 dalam Winataputra dkk. 2008: 1.4
5 menyatakan “IPS adalah penyederhanaan, adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora,
serta kegiatan dasar manusia, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagogispsik
ologis untuk tujuan pendidikan”. Sesuai dengan pendapat tersebut, Susanto 2013: 137 menyatakan “IPS adalah ilmu yang mengkaji berbagai
disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman mendalam kepada
peserta didik, khususnya tingkat da sar dan menengah”.
28 Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan IPS
mempelajari tentang hubungan manusia dengan lingkungan terkait dengan berbagai peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkenaan dengan isu
sosial di masyarakat. Kajian ilmu tersebut disajikan secara ilmiah dan pedagogis untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.1.6.2 Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. IPS
memberikan wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai kehidupan masyarakat lokal dan global. Susanto 2013: 138 menyebutkan hakikat IPS
adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran berdasarkan realita sosial yang ada. IPS diharapkan mampu menciptakan warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. Pendapat tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyebutkan: Tujuan mata pelajaran IPS di SD yaitu agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut: 1 Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial; 3 Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; serta 4 Memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan pembelajaran IPS mengarahkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik. Siswa diajarkan
mengenai makna demokratis dan sikap bertanggung jawab. Pembelajaran IPS juga
29 membekali siswa dengan keterampilan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial yang terjadi di sekitarnya.
2.1.6.3 Ruang lingkup IPS di Sekolah Dasar
Menurut Susanto 2013: 156, pendidikan IPS merupakan penyederhanaan disiplin ilmu yang diorganisir secara ilmiah dan psikologis dengan Pancasila dan
UUD 1945 sehingga kajian IPS menjadi begitu luas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan “ruang lingkup mata
pelajaran IPS di Sekolah Dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1 Manusia, tempat, dan lingkungan; 2 Waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3
Sistem sosial dan budaya; serta 4 Perilaku ekonomi dan kesejahteraan ”. Ruang
lingkup yang digunakan dalam penelitian ini meliputi waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
2.1.7 Hakikat Model Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here
Mills 1956 dalam Suprijono 2009: 45 menyatakan model merupakan bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba melakukan dari apa yang terlihat. Joyce dan Weil 1986 dalam Abimanyu dan Sulo 2008: 2-4 menyatakan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.
Hal tersebut berfungsi sebagai acuan bagi para perancang pembelajaran dan pengajar untuk merencanakan serta melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide melalui penerapan model