17 hambatan yang dihadapi. Jika hambatan yang dialami siswa telah dilalui maka
tujuan pembelajaran telah tercapai. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan guru melalui kegiatan, media, dan evaluasi pembelajaran yang dipilih
untuk kegiatan pembelajaran. Prinsip selanjutnya yaitu balikan dan penguatan. Balikan dan penguatan
diperlukan untuk memberikan motivasi dan semangat belajar siswa. Siswa akan lebih semangat dan termotivasi bila mengetahui hasil belajarnya baik. Namun
demikian, pemberian balikan dan penguatan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Beberapa balikan dan penguatan yang dapat dilakukan oleh
guru yaitu membagikan kertas hasil ulangan dan memberikan pujian kepada siswa yang berkelakuan baik. Guru juga dapat memberikan hukuman sebagai balikan
kepada siswa yang berbuat curang. Prinsip yang terakhir yaitu perbedaan individual. Setiap siswa pada
dasarnya memiliki karakteristik masing-masing. Menghadapi kenyataan tersebut, guru dituntut untuk mengakomodasi semua keunikan yang terdapat dalam diri
siswa. Hal tersebut dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengakomodasi
kebutuhan siswa yaitu melalui penggunaan model pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan bervariasi.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan prinsip belajar merupakan hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Prinsip-prinsip tersebut saling terkait, sehingga jika salah satu prinsip tidak dilaksanakan, akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Oleh karena itu,
18 guru hendaknya menerapkan prinsip-prinsip dalam kegiatan pembelajaran agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
2.1.3 Pengertian Pembelajaran
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 A
yat 20 menyatakan “pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”. Konsep tersebut mengandung lima konsep dasar yakni interaksi, siswa, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Dimyati dan Mudjiono 2013: 1−5 yang merumuskan pembelajaran
sebagai kegiatan guru yang terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif dengan menekankan pada sumber belajar.
Winkel 1991 dalam Sutikno 2013: 29 menyatakan pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri siswa. Briggs 1992
dalam Rifa’i dan Anni 2009: 193 menyatakan “pembelajaran adalah seperangkat peristiwa events yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga
peserta didik memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungan”. Seperangkat peristiwa tersebut membangun suatu pembelajaran yang bersifat
internal dan eksternal. Rifa’i dan Anni 2009:193 menyatakan proses pembelajaran merupakan
proses komunikasi antara pendidik dengan siswa atau antarsiswa, baik secara verbal lisan maupun nonverbal. Komunikasi ini ditujukan untuk membantu
19 proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan
pembelajaran sebagai serangkaian proses kegiatan belajar antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa untuk mendukung proses belajar. Kegiatan
tersebut dilakukan dengan mengomunikasikan informasi yang diperoleh siswa.
2.1.4 Kualitas Pembelajaran
Menurut Etzioni 1964 dalam Hamdani 2011: 194, kualitas adalah mutu atau juga keefektivitasan, secara definitif, efektivitas dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Menurut Susanto 2013: 53, kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dilihat dari segi
proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruh atau sebagian siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran. Siswa juga menunjukkan kegairahan dan semangat belajar yang tinggi, serta memiliki kepercayaan diri yang besar. Dilihat dari segi hasil,
pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika terjadi perilaku yang positif pada diri siswa.
Tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran juga dapat dikatakan berhasil dan berkualitas jika mampu
menghasilkan output yang banyak dan bermutu, serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Guru perlu memperhatikan beberapa aspek untuk mewujudkan
pembelajaran yang berkualitas. Aspek tersebut meliputi: 1 Persiapan mengajar yang sistematis; 2 Pelaksanaan pembelajaran yang inovatif dan kreatif; 3
Alokasi waktu yang efektif; 4 Motivasi mengajar guru; serta 5 Hubungan interaktif antara guru dengan siswa.
20 Berdasarkan pendapat tersebut, disimpulkan kualitas pembelajaran
merupakan tolak ukur keberhasilan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan guru dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Guru harus
mempersiapkan pembelajaran dengan baik dan memotivasi untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Kualitas pembelajaran dalam penelitian ini
diperoleh berdasarkan hasil performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar siswa. Paparannya sebagai berikut.
2.1.4.1 Performansi Guru
Performansi berasal dari kata performance. Benardin dan Russel 1993 dalam Supardi 2013: 53 mendefinisikan “performance as the record of out-
comes produced on as specified job function or activity during as specified time period”. Definisi tersebut memiliki makna kinerja sebagai catatan mengenai hasil
yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu dalam kurun waktu tertentu. Susanto 2013: 27 menyatakan “kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang
diperlihatkan atau kemampuan kerja yang diemban, melaksanakan tugas sesuai dengan bidang dan hasil yang diperoleh dengan baik”.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 1 menya
takan “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Supardi 2013: 54 menyatakan performansi guru sebagai
suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah. Performansi menggambarkan aktivitas yang dilakukan guru
selama proses pembelajaran.