53 mengendalikan hama lain pada tanaman lain perlu diuji lebih lanjut, karena respon
masing-masing tanaman terhadap sediaan insektisida nabati berbeda-beda. Dono 2004 menjelaskan bahwa larutan ekstrak A. odorata tidak menyebabkan
fitotoksik parah pada daun kedelai jika dibandingkan dengan daun brokoli. Hal ini disebabkan adanya trikoma yang rapat pada permukaan daun kedelai dan lapisan
lilin yang tipis.
3.3.6 Uji Toksisitas Kombinasi Dua Jenis Ekstrak
Pengembangan lebih lanjut insektisida campuran dilakukan terhadap dua jenis ekstrak yaitu T. vogelii dan P. aduncum. Pengujian dilakukan dengan
perbandingan seperti tampak pada Tabel 3.8. Berdasarkan nilai LC
50
dan LC
95
campuran T. vogelii : P. aduncum 1:5 memiliki aktivitas paling tinggi dengan nilai LC
50
dan LC
95
berturut-turut 0.014 dan 0.060. Selanjutnya diikuti oleh campuran T. vogelii : B. javanica 5:1, kemudian P. aduncum : B. javanica 2:1,
dan P. aduncum : B. javanica 2.5:1. Tabel 3.8 Analisis probit ekstrak campuran dua jenis tanaman terhadap C.
pavonana dan sifat aktivitas campuran Perlakuan
Nilai b ± SE LC
50
LC
95
Nilai IK pada taraf LC
50
LC
95
A Tv:Pa-1:5 2.43 ± 0.21
0.014 0.06
0.099 0.244
B Tv:Bj-5:1 2.34 ± 0.68
0.024 0.12
0.427 0.704
C Pa:Bj-2.5:1 5.80 ± 0.49
0.078 0.15
0.394 0.474
D Pa:Bj-2:1 8.98 ± 1.03
0.079 0.12
0.408 0.375
Tv= T. vogelii, Bj= B. javanica, Pa= P. aduncum b= kemiringan regresi; SE= standar error
Aktivitas campuran dua jenis ekstrak tanaman ini menunjukkan sifat sinergistik kuat pada taraf LC
50
, sedangkan pada taraf LC
95
perlakuan A, C, dan D bersifat sinergistik kuat kecuali perlakuan B. Sifat sinergistik lemah muncul pada
perlakuan B T. vogelii : B. javanica – 5:1. Hal ini sangat menarik karena pada
perlakuan campuran tiga jenis tanaman T. vogelii adalah ekstrak yang bersifat dominan dengan sifat interaksi sinergistik kuat saat proporsi T. vogelii meningkat.
Pada campuran T. vogelii : B. javanica dengan proporsi T. vogelii 83.33 aktivitas ekstrak mengalami penurunan. Hal ini kemungkinan ada efek penetralan
dari senyawa kimia pada perbandingan tertentu. Bentuk penetralan bisa berupa peningkatan atau penurunan aktivitas ekstrak. Penelitian yang dilakukan Nailufar
2011 menunjukkan bahwa campuran T. vogelii : P. aduncum 5:1 menunjukkan aktivitas lebih rendah dibandingkan campuran 1:1 dan 1:5 terhadap serangga uji
C. pavonana. Berdasarkan nilai LC
50
dan LC
95
, campuran T. vogelii : P. aduncum 1:5 pada penelitian ini menunjukkan aktivitas lebih baik dibandingkan yang
dilakukan Nailufar 2011. Pola kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan T. vogelii : P.
aduncum 1:5 tampak pada Gambar 3.4. Kematian larva dimulai pada hari pertama perlakuan dan mencapai puncaknya pada hari ke dua perlakuan. Pada hari
ke tiga, kematian larva hanya bertambah sedikit karena daun perlakuan diganti dengan daun tanpa perlakuan, akibatnya larva uji yang tidak mati ketika memakan
daun perlakuan akan kembali pulih dan bertahan hidup. Cara kerja ini
54 menunjukkan bahwa sifat ekstrak lebih bersifat toksik dibandingkan sebagai
penghambat pertumbuhan dan perkembangan Lina et al. 2006, Lina et al. 2010
Uji fitotoksisitas dilakukan terhadap kombinasi campuran dua jenis
ekstrak tanaman dan diperoleh hasil seperti pada Gambar 3.5. Pada perlakuan B, C, dan D dimana pada setiap campuran ada ekstrak B. javanica hasil yang
diperoleh sama seperti pengujian fitotoksisitas pada ekstrak tiga campuran, muncul gejala fitotoksik berupa bercak nekrotik pada daun brokoli. Pada
perlakuan A yaitu campuran T. vogelii : P. aduncum 1:5, satu-satunya campuran yang tidak menunjukkan gejala fitotoksik pada daun brokoli. Hal ini dipastikan
karena tidak terdapat ekstrak B. javanica pada campuran tersebut yang memiliki bahan aktif menghambat pertumbuhan tanaman dan degradasi membran seluler
dan subseluler tanaman dikenal dengan gejala fitotoksik pada tanaman Dayan et al. 1999.
Morta li
tas
Hari pengamatan Gambar 3.4 Mortalitas larva Crocidolomia pavonana larvae yang diberi
perlakuan ekstrak campuran T. vogelii dan P. aduncum 1:5
55
Kontrol
A
B
C
D
Gambar 3.5 Gejala fitotoksik pada daun brokoli yang disemprot ekstrak campuran dua jenis tanaman, A Tv:Pa-1:5; B Tv:Bj-5:1; C
Pa:Bj-2.5:1; dan D Pa:Bj-2:1 dimana Tv=T. vogelii, Bj= B. javanica, Pa= P. aduncum
56
3.4 Kesimpulan
Hasil ekstraksi B. javanica, P. aduncum, dan T. vogelii berturut-turut 8.07, 12.42, dan 9.46. Ekstrak daun T. vogelii memiliki aktivitas tertinggi
kemudian diikuti oleh ekstrak buah P. aduncum dan ekstrak buah B. javanica. Ekstrak daun T. vogelii, biji B. javanica, dan buah P. aduncum yang diuji secara
tunggal dan campuran memiliki aktivitas insektisida dengan nilai LC
95
0.5 dan menghambat perkembangan larva Crocidolomia pavonana jika dibandingkan
dengan kontrol. Campuran ketiga jenis ekstrak pada berbagai kombinasi memiliki aktivitas
yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya dengan sifat sinergistik kuat pada taraf LC
95
kecuali campuran T. vogelii:B. javanica:P. aduncum 1:0.5:2.5 bersifat sinergistik lemah.
B. javanica menyebabkan gejala fitotoksik pada daun brokoli baik pada ektrak tunggal maupun ekstrak campuran. Pemisahan komponen tidak dapat
menghilangkan gejala fitotoksik pada daun brokoli. Pengembangan lebih lanjut adalah dengan memanfaatkan dua jenis tanaman yaitu T. vogelii dan P. aduncum.
Secara keseluruhan campuran T. vogelii dan P. aduncum 1:5 memiliki aktivitas insektisida paling baik dan efek sinergisme paling tinggi dibandingkan
perlakuan campuran tiga jenis tanaman dan dua jenis tanaman lainnya pada berbagai kombinasi. Campuran ini tidak menimbulkan gejala fitotoksik pada daun
brokoli.
3.5 Daftar Pustaka
Abizar M, Prijono D. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji Tephrosia vogelii J.D. Hooker Leguminosae dan ekstrak buah Piper cubeba L.
Piperaceae terhadap larva Crocidolomia pavonana F. Lepidoptera: Crambidae. JHPT Trop 10:1-12.
Almeida RRP, Souto RNP, Baston CN. Silva MHL, Maia JGS. 2009. Chemical variation in Pipper aduncum and biological properties of its dillapiol-rich
Essential oil . Chemistra Biodiversity 6: 1427-1434. Bernard CB, Krishnamurty HG, Chauret D, Durst T, Philogene BJR, Vindas PS,
Hasbun C, Poveda L, Roman LS, Arnason JT. 1995. Insecticidal defenses of Piperaceae from the Neotropics. J Chem Ecol 21:801-814.
Bohmont BL. 1997. The Standar Pesticide User’s Guide. 4
th
Edition. New Jersey US: Prenctice Hall.
Cabizza M, Angioni A, Melis M, Cabras M, Tuberoso CV, Cabras P. 2004. Rotenone and rotenoids in cube resins formulations, and residues or olives.
J Agric Food Chem 52: 288-293. Chiu SF. 1985. Recent research findings on Meliaceae and other promising
botanical insecticidals in China. Zeitscrift fur pflanzenkrankheiten und pfanzenschultz 92:310-319.
Dadang, Prijono D. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Bogor ID: Departemen Proteksi Tanaman, Institut
Pertanian Bogor. Dayan FE, Watson SB, Galindo JCG, Hernandez A, Dou J, McChesney JD, Duke
SO. 1999. Phytotoxicity of quassinoids: physiological responses and structural requirements. Pesticide Biochemistry and Physiology 65:15-24.
57 Delfel NE, Tallent WH, Carlson DG, Wolff IA. 1970. Distribution of rotenone
and deguelin in Tephrosia vogelii and separation of rotenoid-rich fractions. J Agric Food Chem 1883: 385-390.
Dono D. 2004. Aktivitas insektisida rokaglamida dan penghambatan respons imunitas larva Crocidolomia pavonana F. Lepidoptera: Pyralidae
terhadap parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron Hymenoptera: Ichneumonidae [disertasi]
.
Bogor ID: Sekolah Pascasarjana IPB. Dono D, Prijono D, Manuwoto S, Buchori D, Dadang, Hasim. 2006. Fitotoksitas
rokaglamida dan ekstrak ranting Aglaia odorata Meliaceae terhadap tanaman brokoli dan kedelai. J.Agrikultura 17: 7-14
Februlita YM. 2013. Aktivitas insektisida ekstrak Piper aduncum asal Riau terhadap larva Crocidolomia pavonana [tesis]. Bogor ID: Institut
Pertanian Bogor, Program Pascasarjana, Program Studi Entomologi. Flores N, Jimenez IA, Gimenez A, Ruiz G, Gutierez D, Bourdy G, Bazzocchi IL.
2009. Antiparasitic activity of prenylated benzoic acid derivatives from Piper species. Phytochemistry 70:621-627.
Gaskins MH, White GA, Martin FW, Delfel NE, Ruppel EG, Barnes DK. 1972. Tephrosia vogelii: A Source of Rotenoids for Insecticidal and Piscicidal
Use. Washington DC US: United States Department of Agriculture. Georghiou GP. 1983. Management of resistance in arthropods. In Georghiou GP,
Saito T, editor. Pest Resistance to Pesticides. New York AS: Plenum Press. Pp 769-792.
Guo Z, Vangapandu S, Sindelar RW, Walker LA, Sindelar RD. 2005. Biologically active quassinoids and their chemistry: Potential Leads for
drug design. Current Medicinal Chemistry 12:173-190. Grainge M, Ahmed S. 1988. Handbook of Plants with Pest Control Properties.
New York US: J Wiley. Harborne JB, Baxter H, Moss GP. 1999. Phytochemical dictionary; A handbook
of bioactive compounds from plant. 2
nd
Edition. UK GB: TJ International LTd.
Hasyim DM. 2011. Potensi buah sirih hutan Piper aduncum sebagai insektisida botani terhadap larva Crocidolomia pavonana [tesis]. Bogor ID: Institut
Pertanian Bogor. Hollingworth RM. 2001. Inhibitors and uncouplers of mitochondrial oxidative
phosphorylation. In Krieger R, Doull J, Ecobichon D, Gammon D, Hodgson et al., editor. Handbook of Pesticide Toxicology. Vol 2: 1169-
1227. San Diego US: Academic Press.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of Natural Extracts. London GB: Chapman Hall.
Jantan BB, Ahmad AR, Ahmad AS, Ali NAM. 1994. A comparative study of the essential oils of five Piper species from Peninsular Malaysia. Flavour and
Fragrance Journal 9: 339-342. Lambert N, Trouslot MF, Campa CN, Chrestin H. 1993. Production of rotenoids
by heterotrophic and photomixotrophic cell cultures of Tephrosia vogelii. Phytochemistry 34:1515-1520.
Lago JHG, Chen A, Young MCM, Guidaraes EF, de Oliveira A, Kato MJ. 2009. Prenylated benzoic acid derivatives from Piper aduncum L. and P.
hosmannianum C. DC Piperaceae. Phytochemistry Letters 2:96-98.