97 aktif T. vogelii dan P. aduncum bersifat spesifik dan relatif aman terhadap musuh
alami E. argenteopilosus. Syahputra 2005 menyatakan bahwa senyawa sekunder tanaman lebih toksik jika diberikan melalui makanan dibandingkan jika
diaplikasikan secara kontak.
Pengujian ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum 1:5 menunjukkan bahwa larva yang diberi perlakuan makan dengan konsentrasi setara LC
50
diparasit oleh parasitoid sebanyak 65.78 sedangkan kontrol diparasit sebanyak 55.56. Pengamatan secara visual terhadap perilaku pemarasitan E.
argenteopilosus terhadap larva C. pavonana yang berada di permukaan daun yang mengandung residu insektisida nabati tidak berbeda dengan kontrol. Jumlah
imago parasitoid yang menetas pada perlakuan formulasi WP 26.66, formulasi EC 40 dan pada kontrol 13.33
Tabel 6.1 Pengujian formulasi EC dan WP terhadap musuh alami Eriborus argenteopilosus
Perlakuan N=10 Waktu
Kelamin Mortalitas
Kontrol 24
Jantan Betina
48 Jantan
Betina EC
24 Jantan
Betina 48
Jantan Betina
WP 24
Jantan Betina
48 Jantan
Betina
6.3.2 Persistensi Formulasi
Persistensi formulasi EC, WP, dan insektisida komersial Bacillus thuringiensis BT disajikan pada Gambar 6.1. Pada pengamatan nol hari setelah
perlakuan kematian larva C. pavonana akibat memakan daun perlakuan yang disemprot formulasi EC, WP, dan BT berturut-turut 100, 100, dan 77.33.
Formulasi ekstrak campuran T. vogelii : P. aduncum 1:5 mematikan larva uji lebih banyak dibandingkan insektisida komersial BT.
Satu hari setelah perlakuan, residu ketiga formulasi secara keseluruhan menurun cukup signifikan seperti tampak pada gambar 1B. Aktivitas residu BT
mematikan larva uji C. pavonana paling tinggi yaitu sebesar 44 kemudian diikuti oleh formulasi EC mematikan 20 dan formulasi WP 12. Pada
pengamatan dua hari setelah perlakuan residu formulasi EC dan WP sudah tidak aktif, hanya mematikan larva uji 1.33 dan 4, sedangkan formulasi BT masih
mampu bertahan dan mematikan larva C. pavonana sebesar 30.66. Pengujian ekstrak tanaman P. aduncum secara tunggal menunjukkan adanya persistensi yang
rendah, pada 0 hari setelah perlakuan, ekstrak P. aduncum dari tujuh lokasi berbeda mematikan 100 serangga uji. Aktivitas menurun drastik pada 1 hari
98 setelah perlakuan dimana residu hanya mampu mematikan serangga uji kurang
dari 15 Februlita 2013.
Kemampuan residu formulasi bertahan di lingkungan setelah penyemprotan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain aktivitas mikroorganisme, reaksi
kimia, dan fotodegradasi, sedangkan perpindahan dapat dipengaruhi oleh aliran air dan udara dan air. Cahaya matahari merupakan penyebab utama dalam
penguraian bahan aktif senyawa dari tanaman Matsumura 1985 dan menjadi pertimbangan dalam pemilihan dan aplikasi insektisida tersebut Hassall 1987.
Speight et al 1998 menjelaskan bahwa untuk meningkatkan efisiensi Morta
li tas
Hari pengamatan Gambar 6.1 Persistensi formulasi EC, WP, dan BT pada pengujian 0 hari A, 1
hari B, dan 2 hari C setelah perlakuan grafik yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan, α=0.05
Morta li
tas a
b
b Morta
li tas
a b
Morta li
tas
a b