Analisis Sifat Aktivitas Campuran
46 Tabel 3.4 Mortalitas dan lama perkembangan larva C. pavonana akibat perlakuan
ekstrak etil asetat:metanol 9:1 B. javanica pada beberapa konsentrasi Konsentrasi
Mortalitas ± SD
1
Lama perkembangan hari X ± SD
Instar 2-3 Instar 2-4
0 kontrol 0.00 ± 0.00 a
2.03 ± 0.18 4.80 ± 0.48
0.05 2.22 ± 0.81 a
2.97 ± 0.18 3.95 ± 0.21
0.087 13.33 ± 1.67 ab
3.58 ± 0.57 5.37 ± 0.56
0.15 34.83 ± 4.35 b
3.62 ± 0.59 5.62 ± 0.62
0.26 78.89 ± 4.83 c
4.05 ± 0.23 6.00 ± 0.00
0.45 98.89 ± 0.40 d
4.00 ± 0.00 7.00 ± 0.00
1
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nya ta α=0.05
X= rata-rata; SD= standar deviasi
Tabel 3.5 Mortalitas dan lama perkembangan larva C. pavonana akibat perlakuan ekstrak etil asetat P. aduncum pada beberapa konsentrasi
Konsentrasi Mortalitas ± SD
1
Lama perkembangan hari X ± SD
Instar 2-3 Instar 2-4
0 kontrol 0.00 ± 0.00 a
2.03 ± 0.18 4.00 ± 0.26
0.15 3.33 ± 0.54 a
2.21 ± 0.41 4.17 ± 0.38
0.19 5.56 ± 1.60 a
2.35 ± 0.48 4.32 ± 0.47
0.24 48.31 ± 4.99 b
2.57 ± 0.50 5.04 ± 0.42
0.30 93.33 ± 3.37 c
3.00 ± 0.00 5.83 ± 0.41
0.375 100.00 ± 0.00 c
- -
1
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nya ta α=0.05
X= rata-rata; SD= standar deviasi
Aktivitas ketiga jenis ekstrak jelas tergambar dari parameter regresi probit yang menunjukkan hubungan konsentrasi dengan mortalitas larva uji C. pavonana
Tabel 3.6. Berdasarkan nilai LC
95
T. vogelii memiliki aktivitas yang paling kuat kemudian diikuti oleh P. aduncum dan B. javanica. Kemiringan regresi nilai b
P. aduncum paling tinggi dibandingkan kedua jenis ekstrak lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi pada jumlah tertentu akan
mematikan serangga uji lebih banyak pada perlakuan ekstrak P. aduncum dibandingkan ekstrak lainnya.
Tabel 3.6 Parameter regresi probit hubungan konsentrasi ekstrak tiga jenis tanaman pada uji tunggal dengan mortalitas larva C. pavonana
Perlakuan Nilai b ±SE
LC
50
LC
95
Tephrosia vogelii 3.48 ± 0.30
0.05 0.16
Brucea javanica 4.28 ± 0.33
0.17 0.41
Piper aduncum 13.03 ± 1.04
0.24 0.32
b= kemiringan regresi; SE= standar error
Nilai aktivitas T. vogelii yang tinggi diduga merupakan aktivitas senyawa rotenon dan senyawa rotenoid lain yang bersifat insektisida seperti deguelin dan
tefrosin Delfel et al. 1970; Gaskins et al. 1972; Lambert et al. 1993. Rotenon
47 memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap berbagai jenis serangga sebagai
racun perut dan racun kontak Perry et al. 1998. Pada tingkat sel, rotenon menghambat transfer elektron antara NADH dehidrogenase dan koenzim Q pada
kompleks I dari rantai transpor elektron di dalam mitokondria Hollingworth 2001. Hambatan terhadap proses respirasi sel tersebut menyebabkan produksi
ATP menurun sehingga sel kekurangan energi yang selanjutnya dapat menyebabkan kelumpuhan berbagai sistem otot dan jaringan lainnya pada
akhirnya menyebabkan kematian larva uji.