Uji Toksisitas Kombinasi Tiga Jenis Ekstrak
51 tanaman. Gejala morfologi yang tampak adalah kematian sel-sel tanaman yang
lebih dikenal dengan gejala fitotoksik pada tanaman. Dapat disimpulkan bahwa gejala fitotoksisitas pada ekstrak campuran disebabkan oleh ekstrak B. javanica
komponen ekstrak yang berbentuk minya merusak kutikula daun tanaman, sehingga senyawa yang bersal dari B. javanica yang memiliki ikatan oksimetilen
akan masuk dan merusak sel tanaman.
Banyak tanaman yang memiliki potensi insektisida pengembangannya terkendala oleh sifat fitotoksik. Salah satu upaya untuk mengurangi gejala
fitotoksik adalah dengan memisahkan komponen yang menyusun ekstrak atau disebut isolasi. Cara yang dapat ditempuh adalah partisi atau fraksinasi seperti
yang dilakukan Syahputra 2004, fraksi diklorometan C. soulattri mereduksi gejala fitotoksik pada caisin dan kedelai. Dono 2004 menguji fraksi etil asetat
dan fraksi metanol hasil VLC terhadap daun brokoli dan kedelai, hasil yang diperoleh tidak menunjukkan gejala fitotoksisitas seperti yang terjadi pada ekstrak
kasar dan fraksi lainnya. Upaya fraksinasi ekstrak B. javanica menggunakan campuran metanol 95: heksan 1:1 telah dilakukan dan diuji terhadap tanaman
brokoli. Pengujian secara terpisah terhadap masing masing fraksi dilakukan dan diperoleh hasil sebagaimana tampak pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Uji fitotoksisitas fraksi B. javanica hasil partisi terhadap daun brokoli dan toksisitasnya terhadap larva C. pavonana pada konsentrasi setara
LC
95
ekstrak kasar Fraksi yang diuji
Mortalitas C. pavonana Luas bercak nekrotik Kontrol
Metanol 16.66
63.24 Heksan
73.33 15.33
Air 10.00
Fraksi heksana memiliki aktivitas insektisida paling tinggi dibandingkan fraksi metanol dan fraksi air. Fraksi heksana dan fraksi metanol masih
menunjukkan bercak nekrosis pada daun brokoli meskipun telah dipartisi. Secara keseluruhan pengujian masing-masing fraksi menunjukkan penurunan aktivitas
insektisida 95 saat diuji pada konsentrasi setara LC
95
ekstrak kasar. Hal ini Gambar 3.2 Gejala fitotoksik pada tanaman brokoli yang disemprot dengan
ekstrak tunggal B. javanica A, T. vogelii B, dan P. aduncum C A
B C
52 juga menunjukkan bahwa bahan aktif B. javanica yang terlarut dalam etil asetat :
metanol 9:1 bersifat sinergis antara komponen yang satu dengan lainnya, sehingga pemisahan yang dilakukan melalui metode partisi menurunkan aktivitas
insektisida masing-masing fraksi.
Gejala fitotoksik yang muncul pada fraksi metanol dan fraksi heksana menjelaskan bahwa bahan aktif B. javanica mengandung komponen penyebab
fitotoksik terhadap tanaman, sehingga proses partisi yang dilakukan tidak bisa menghilangkan gejala fitotoksik yang muncul pada tanaman brokoli. Dono 2006
mencatat bahwa, hasil partisi dan hasil VLC A. odorata masih menunjukkan gejala fitotoksik terhadap daun brokoli dan daun kedelai. Syahputra 2005
mencatat bahwa ekstrak metanol Calophylllum soulattri menyebabkan fitotoksik pada bibit caisin dan kedelai umur dua minggu, tetapi saat tanaman berumur 4
minggu, gejala fitotoksik hanya tampak pada tanaman caisin.
Selanjutnya fraksi heksan diuji dalam campuran dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.8 perlakuan I, bercak klorosis yang muncul sekitar 1.35, menurut
Syahputra 2005, ekstrakfraksi suatu tumbuhan tidak menyebabkan gejala fitotoksik atau menyebabkan gejala fitotoksik namun dalam batas yang dapat di
tolerir tanaman tanaman dapat tumbuh kembali secara normal, sediaan tumbuhan tersebut dapat langsung digunakan setelah disiapkan. Penggunaan
fraksi heksan B. javanica tidak dapat ditoleriri karena menyebabkan pertumbuhan abnormal saat ekstrak mengenai titik tumbuh.
Upaya lain untuk mengatasi sifat fitotoksik adalah dengan metode formulasi. Formulasi dapat mengurangi sifat toksik bahan aktif terhadap
organisme bukan sasaran dan tanaman budidaya jika digunakan dalam bentuk murni ESCAP 1991. Bentuk formulasi yang dipilih adalah Emulsifiable
concentrate WP karena bentuk formulasi ini mudah disimpan dan ditransportasikan serta resiko fitotoksiknya rendah Bohmont 1997. T. vogelii : B.
javanica : P. aduncum 2:1:4 dibuat formulasi dalam bentuk WP kemudian diuji terhadap C. pavonana. Hasil yang diperoleh menunjukkan aktivitas setelah
formulasi lebih baik dibandingkan sebelum di formulasi, dengan nilai LC
50
dan LC
95
berturut-turut 0.13 dan 0.32. Formulasi WP kemudian diuji fitotoksisitasnya terhadap daun brokoli dan diperoleh hasil seperti tampak pada
Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Gejala fitotoksik pada daun brokoli yang disemprot formulasi WP campuran T. vogelii, B. javanica, dan P. aduncum 2:1:4
Campuran B. javanica, P. aduncum, dan T. vogelii tidak dapat digunakan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama C. pavonana pada tanaman
brokoli karena kendala sifat fitotoksik pada daun brokoli. Penggunaannya untuk