Tantangan dan Peluang Sektor Pertanian
14 Lebih dari 2400 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 235 famili
dilaporkan mengandung bahan pestisida Grainge dan Ahmed 1988. Bahan pestisida pada tanaman mempengaruhi serangga dengan sifatnya sebagai
antifeedant, pengaruh letal, penghambat peneluran, aktivitas pengaturan pertumbuhan, dan aktivitas penghambat reproduksi. Sifat ini bekerja secara
tunggal atau gabungan dari beberapa sifat.
Pengaruh letal dimiliki oleh sebagian besar senyawa tumbuhan, kematian serangga terjadi ketika senyawa tersebut masuk melalui pencernaan atau masuk
melalui kutikula efek kontak. Kematian yang cepat terjadi pada serangga yang diberi perlakuan piretrin karena fungsi saluran ion Na
+
pada akson syaraf terganggu Matsumura 1985. Banyak senyawa tumbuhan bersifat menghambat
makan bagi serangga, seperti senyawa dari golongan terpenoid, alkaloid, quinon dan flavonoid Harborne 1999. Contoh yang paling terkenal adalah penghambat
makan dari golongan terpenoid yaitu azadirakhtin yang telah di formulasi secara komersial Schmutterer 1995. Penghambatan makan menyebabkan serangga
makan sedikit atau tidak makan sama sekali, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Lina et al. 2006 melaporkan penghambatan
pertumbuhan dan perkembangan Spodoptera litura yang diberi perlakuan fraksi aktif Aglaia harmsiana Meliaceae. Aktivitas lain yang ditemukan pada senyawa
dari tumbuhan adalah penghambat peneluran. Bagi serangga, strategi ini merupakan upaya imago untuk menjaga kelangsungan hidup keturunannya,
sebagai contoh ekstrak daun kenikir Cosmos caudatus Asteraceae pada konsentrasi 0.5 menghambat peneluran seluruh imago betina C. pavonana
dengan persen penghambatan 94.5 Suhaendah 2001. Berbagai efek yang ditimbulkan oleh senyawa tumbuhan dapat menyebabkan penghambatan
reproduksi berupa lama hidup yang menurun dan rendahnya produksi telur oleh imago betina. Penghambatan reproduksi ini bisa juga disebabkan oleh sifat
ekstrak itu sendiri. Syahputra et al. 2002 menyebutkan bahwa senyawa aktif Dysoxylum acutangulum yang masuk ke dalam tubuh larva C. pavonana dapat
menurunkan reproduksi imago betina akibat terganggunya hormon juvenil dan atau hormon ekdison yang mengendalikan proses reproduksi.
Tumbuhan yang diketahui memiliki potensi insektisida diantara banyak tanaman lainnya adalah Brucea javanica [L.] Mer Simaroubaceae, Tephrosia
vogelii J. D. Hooker Leguminosae, dan Piper aduncum L Piperaceae.
2.3.1 Brucea javanica [L.] Mer Simaroubaceae
Famili Simaroubaceae dikenal secara luas sebagai tanaman dengan khasiat obat Padua dan Bunyapraphatsara 1999. Tanaman ini dicirikan dengan rasa
pahit yang bersumber dari senyawa kuasinoid yang umumnya terkandung hampir di seluruh bagian tanaman. Kuasinoid merupakan turunan triterpenoid yang
mengalami oksidasi dan perubahan pada sejumlah rantai karbonnya sehingga memiliki atom karbon yang jumlahnya kurang dari 30 Harbone 1999. Kuasinoid
pertama yang berhasil diisolasi para ahli pada awal tahun 1930-an adalah komponen kuasin dari kayu Quassia amara. Kemudian isolasi kuasinoid terus
berkembang setelah tahun 1960-an sejak ditemukan teknik fisika modern seperti Nuclear Magnetic Resonance NMR. Sebagai contoh, Polonsky 1979 berhasil
mengisolasi kuasinoid C
25
dari daun Samadera tomentosa menggunakan data spektrum dan analisis kristal tunggal sinar-X. Hingga saat ini lebih dari 150
15 kuasinoid telah diisolasi dan dikarakterisasi dari famili tanaman yang sama yaitu
Simaroubaceae.
Secara umum kuasinoid dibagi menjadi lima kelompok utama yakni C-18, C-19, C-20, C-22, dan C-25. Kuasinoid C-20 telah diteliti secara lebih mendalam
pada awal 1970-an terkait dengan aktivitasnya sebagai antikanker sedangkan kelompok lainnya yaitu kuasinoid C-19 menunjukkan aktivitas yang luas baik
secara in vitro dan in vivo sebagai antitumor, antimalaria, antivirus, antiinflamasi, antifeedant, insektisida, antiulcer dan herbisida Guo et al. 2005. Kuasinoid
glaucarubolon bekerja dengan cara menghambat aktivitas NADH oksidase pada membran plasma sel HeLa yaitu sel kanker serviks pada manusia Morre et al.
1998.
Sejauh ini kuasinoid ditemukan pada berbagai spesies famili Simaroubaceae, seperti Brucea antidysenterica, B. javanica, Simaba amara,
Picrasma ailanthoides, Pierreodendron kerstingii, Ailanthus grandis, Castela polyandra, Q. amara dan Eurycoma longifolia. B. javanica dikenal masyarakat
secara luas sebagai tanaman obat-obatan dengan nama daerah melur atau buah makasar. Tanaman ini bisa menghentikan pendarahan hemostatis, membunuh
parasit, antidisentri, antimalaria, dan antitumor. Noverman 1990 menunjukkan bahwa sari buah B. javanica memiliki daya anticacing. Air rebusan 10 bv
menunjukkan efek yang nyata terhadap cacing Ascaricia galli cacing gelang pada ayam. Guo et al. 2005 menyebutkan bahwa senyawa semisintetik dari B.
javanica yaitu bruseantin 132 yang berasal dari bruseosida A 131 memiliki aktivitas antitumor yang sangat baik.
Awalnya informasi mengenai potensi insektisida B. javanica masih sangat sedikit. Uji pendahuluan yang dilakukan Lina 2007 data tidak dipublikasikan
menunjukkan bahwa ekstrak air buah melur bersifat mematikan dan menghambat makan larva instar 3 S. litura. Perlakuan ekstrak yang sama terhadap larva instar 2
C pavonana pada konsentrasi 5 mematikan serangga uji hingga 100 data tidak dipublikasikan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Lina et al. 2010
melaporkan bahwa formulasi EC dan WP ekstrak metanol buah melur aktif terhadap hama kubis C. pavonana dengan nilai LC
50
0.39 dan 0.21. Formulasi yang sama juga aktif terhadap P. xylostella dengan nilai LC
50
0.31 dan 0.54. Selanjutnya penghambatan makan formulasi EC dengan metode tanpa pilihan
yang diuji terhadap C. pavonana lebih besar jika dibandingkan terhadap P. xylostella yaitu 70.9-97.5 terhadap C. pavonana dan 52.2-83.9 terhadap
P. xylostella. Sedangkan pada formulasi WP menunjukkan efek penghambatan makan yang relatif sama terhadap kedua serangga uji yaitu 62.5-95 untuk C.
pavonana dan 62.7-94 untuk P. xylostella. Pengujian formulasi EC dengan metode pilihan terhadap C. pavonana bahkan menghambat makan hingga 100
pada LC
85
yang diuji. B. javanica tumbuh subur di Indonesia khususnya di daerah Sumatera.
Biasanya B. javanica ditanam penduduk di pekarangan rumah sebagai tanaman obat, bahkan tumbuh liar di lahan-lahan tidur. Tanaman ini menghasilkan buah
sepanjang tahun dan mudah untuk dikembangbiakkan. Keberadaan yang melimpah dan potensi insektisida yang cukup menjanjikan akan sangat berperan
dalam mendukung program pertanian ramah lingkungan dan pertanian berkelanjutan.
16