Kromatografi Lapis Tipis KLT

26 ukuran partikel penyerap sama, maka pelarut yang dipakai pada KLT analitik dapat dipakai langsung pada KLTP Hostettmann, Hostettmann, dan Marston, 1995. Pelarut yang memiliki titik didih di antara 50-90°C cocok untuk pelarut cuplikan. Pada penotolan dilakukan penyebaran larutan cuplikan yang volumenya agak besar sampai 2 ml berbentuk pita seragam tipis lebar 1 sampai 5 mm tanpa mengganggu permukaan lapisan secara berlebihan Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1991. Pengembangan pelat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa pelat sekaligus. Bejana dijaga tetap jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan sehelai kertas saring yang tercelup di dalam pengembang. Keefisienan pemisahan dapat ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Jika pemisahan secara KLTP telah dicapai, pelat dikeringkan kemudian dimasukkan lagi ke dalam bejana Hostettmann, Hostettmann, dan Marston, 1995. Pita yang kedudukannya telah diketahui dikerok dari pelat dengan spatula atau pengerok berbentuk tabung yang disambungkan dengan pengumpul vakum. Senyawa harus diekstraksi dari penyerap dengan pelarut yang paling kurang polar yang mungkin sekitar 5 ml untuk 1 g penyerap. Semakin lama senyawa kontak dengan penyerap, semakin besar kemungkinana penguraian. Ekstrak disaring melalui kaca berpori 4 dan kemudian melalui membrane 0,2-0,45 µm. Kemudian pelarut diuapkan dan komponen diisolasi Hostettmann, Hostettmann, dan Marston, 1995. 27

G. Elusidasi Struktur

Setelah suatu senyawa tanaman terisolasi, struktur senyawa kemudian dielusidasi struktur dan dikarakterisasi. Identitas struktural senyawa ditetapkan dengan berbagai metode fisikokimia termasuk inframerah IR, ultraviolet-Vis, 1 H dan 13 C resonansi magnetik inti NMR, dan spektrometri massa MS, serta berbagai sifat fisika dan data kromatografis seperti titik leleh, analisis element, data kelarutan, parameter kromatografi lapis tipis dan kromatografi cair kinerja tinggi, analisis thermogravimetri, serta analisis DSC differential scanning calorimetry Ho, Chi- Tang, Shahidi, dan Fereidoon, 2000.

1. Kromatografi gas-spektrometri massa

Penggunaan spektrometer massa berkembang karena banyak senyawa organic dapat diionisasi pada keadaan uap dan dicatat berat molekul senyawa dengan mengukur perbandingan massa terhadap muatan me. Kedua ion molekul dapat diputus-putus lagi atau difragmentasi dalam fragmentasi yang lebih kecil yang dapat berguna untuk penentuan struktur molekul Kosela, 2010. Gambar 6. Skema peralatan spektrometer massa MS Sitorus, 2009 28 Peralatan terdiri dari sebuah ruangan pemboman yang diisi sampel dalam bentuk uap. Ruangan dihampakan agar tekanan uapnya rendah sehingga sampel padat dan cairan mudah menguap. Selanjutnya ion molekuler M dan ion-ion anak pecahan yang bermuatan positif yang terbentuk akan dipercepat oleh akselerator oleh suatu muatan negatif yang terdapat pada ujung lainnya. Selanjutnya ion yang melalui celah slits dilewatkan melalui medan magnet dan dibelokkan sesuai dengan kecepatan yang tergantung pada perbandungan massa dan muatan menuju detektor. Selanjutnya rekorder akan mencatat hasil berupa gambar antara limpahan relatif LR atau relative abundance RA lawan me yang dikenal sebagai spektra massa Sitorus, 2009 Dalam spektrometer ini, sampel diubah dalam bentuk gas dan dengan elektron berenergi cukup untuk mengalahkan potensial ionisasi pertama senyawa tersebut. Tabrakan antara sebuah molekul organik dan salah satu elektron berenergi tinggi menyebabkan lepasnya sebuah elektron dari molekul tersebut dan terbentuknya suatu ion organik. Ion organik yang dihasilkan oleh penembakan berenergi tinggi tersebut tidak stabil dan pecah menjadi fragmen yang lebih kecil, baik berbentuk radikal bebas maupun ion-ion lain Supratman, 2010. Sampel dimasukkan, diuapkan dan diumpankan dalam suatu aliran yang berkesinambungan dengan kamar pengionan yang dijaga tetap dalam keadaan tetap vakum untuk meminimalkan tabrakan dan reaksi antara radikal, molekul udara, dan lain-lain. Sampel melewati suatu aliran elektron berenergi tinggi yang menyebabkan

Dokumen yang terkait

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK n-HEKSANA DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHANMIKROSKOPIS LUKA TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

3 24 92

Penganrh Salep Ekstrak I)aun Binahong (Anredera cordifulia (Tenore) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Luka Bakar Tikus Sprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

1 19 89

Uji aktivitas ekstrak Etanol 70% daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi dengan Kafeina

1 42 73

Pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi pada luka bakar tikus sprague dawley : studi pendahuluan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi

0 20 70

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA BROILER

4 65 58

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP WAKTU PERDARAHAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Men

0 3 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP WAKTU PERDARAHAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Men

0 3 13

UJI AKTIVITAS ANTIKOLESTEROL EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) SECARA IN VITRO

2 4 6

Identifikasi senyawa dalam fraksi IV ekstrak N-Heksana daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) - USD Repository

0 0 167

Identifikasi fraksi I ekstrak n-heksana daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) - USD Repository

0 0 123