Terpenoid Metabolit Sekunder pada Tanaman 1. Senyawa fenolik
20
Ukuran partikel fase diam untuk kolom biasanya lebih besar daripada untuk KLT. Untuk kolom yang dijalankan dengan gaya tarik bumi biasanya 63-250 µm.
sedangkan kolom yang dijalankan dengan tekanan mengandung partikel fase diam dengan ukuran 40-63 µm. Silika gel SiO
2
atau asam silikat merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena dapat dipakai dengan semua pelarut Gritter,
Bobbit, dan Schwarting, 1991. Fase diam dapat dikemas ke dalam tabung dengan cara basah maupun
kering. Umumnya cara basah lebih mudah dan lebih sering dipakai untuk silika gel. Sedangkan cara kering lebih baik untuk alumina. Pada cara basah, fase diam
dimasukkan ke dalam kolom, dan tabung diisi sepertiganya dengan pelarut. Pelarut yang dipakai pada proses pengemasan ini mungkin sama dengan fase gerak atau
pelarut lain yang kepolarannya lebih rendah. Fase diam dibuat suspensi dengan pelarut, dan suspensi ini dituangkan ke dalam pelarut yang ada di tabung. Selama
proses pengendapan, tabung dapat diketuk-ketuk pada semua sisi secara perlahan agar dapat diperoleh lapisan yang seragam Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1991
Pendekatan untuk memilih fase gerak ada tiga. Pertama dengan penelusuran pustaka, karena sebagian besar senyawa pada kimia analitik, biokimia, dan kimia obat
diketahui dan pernah dikromatografi. Ketika senyawa belum diketahui atau senyawa yang tidak biasa, maka dapat dicari informasi mengenai senyawa yang ukuran serupa
dan memiliki gugus fungsi yang sama. Kedua adalah hubungan dengan KLT. Karena KLT membutuhkan waktu yang singkat dengan menggunakan pelarut fase gerak
yang sesedikit mungkin, maka agak mudah untuk dapat menentukan kondisi untuk
21
pemisahan memakai kolom. Ketiga adalah dengan pemakai elusi landaian umum mulai dari pelarut yang tidak menggerakan sampel sampai pelarut yang lebih polar
yang menggerakan sampel Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1991. Sampel dilarutkan dalam sedikit pelarut, ditambahkan ke bagian atas kolom
dan dibiarkan mengalir ke bagian atas fase diam. Kemudian kromatogram dikembangkan. Pada pengembangan ini, sampel yang berupa campuran akan terpisah.
Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1991 Kecepatan migrasi tiap senyawa melalui fase diam ditentukan oleh
perbandingan distribusinya D yang ditentukan oleh afinitas relatif senyawa itu pada kedua fase. Nilai D koefisien distribusi didefinisikan sebagai perbandingan
konsentrasi senyawa dalam fase diam dibanding dengan konsentrasi senyawa tersebut dalam fase gerak. Semakin besar nilai D, maka migrasi senyawa semakin lambat, dan
semakin kecil nilai D, migrasinya akan semakin cepat. Semakin besar perbedaan distribusi antar senyawa, maka campuran akan semakin mudah terpisah. Rohman,
2009. Secara umum pemantauan senyawa yang telah dipisahkan dilakukan dengan
membagi eluat menjadi beberapa fraksi. Fraksi dianalisis dengan menggunakan KLT maupun KCKT sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai petunjuk fraksi mana
yang harus digabung untuk mengisolasi produk. Sedangkan untuk isolasi produk, fraksi kolom yang telah digabungkan atau mengandung senyawa yang sama, fase
geraknya diuapkan dengan tekanan rendah Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1991.
22