b. Kromatografi kolom Pada  proses  KK,  preparasi  kolom  dilakukan  dengan  membuat  suspensi
silica gel G dalam kloroform kemudian dimasukan kedalam kolom dengan tinggi silica  gel  adalam  20  cm  pada  kolom  1,8  x  30  cm.  penuangan  suspensi  silika
dilakukan  dengan  hati-hati  dan  meminimalisir  timbulnya  gelembung  udara maupun aliran turbulen, serta dijaga agar silika dalam kolom tidak kering dengan
menjaga  aliran  eluen  yang  kontinyu.  Untuk  itu,  pada  bagian  atas  kolom dihubungkan dengan corong pisah yang berisi eluen kloroform.
Sebanyak  0,5  mL  ekstrak  dimasukan  ke  dalam  kolom,  lalu  eluen dialirkan  secara  kontinyu  ke  dalam  kolom,  sehingga  ekstrak  yang  berupa
campuran  dapat  terpisah  menjadi  beberapa  bagian.  Eluat  yang  keluar  ditampung setiap 3 menit.
c. Analisis Kualitatif eluat dengan KLT Masing-masing eluat ditotolkan pada plat KLT dan dimasukkan ke dalam
chamber  yang  telah  dijenuhkan  terlebih  dahulu  dengan  fase  gerak  kloroform, kloroform : metanol 1:1, dan metanol.
Isolat dinyatakan murni apabila hanya terdapat satu bercak. Jika terdapat lebih dari satu bercak, proses kormatografi  lapis tipis dapat dilakukan pada eluat
yang dihasilkan. d. Uji Fitokimia Tiap Fraksi
Eluat  yang  memiliki  profil  kromatogram  yang  sama  dikumpulkan. Sehingga  mendapatkan  4  fraksi.  Tiap  fraksi  kemudian  diuapkan  dengan  vacuum
rotary evaporator untuk mendapatkan fraksi kental.
Tiap fraksi ditotolkan pada plat KLT 5 x 15 cm, dan dielusi dengan tiga fase  gerak  yaitu  kloroform,  kloroform  :  metanol  1:1,  dan  metanol.  Kemudian
dari hasil elusi, plat disemprot dengan reagen Liebermann-Burchard. Fraksi  yang  digunakan  merupakan  fraksi  yang  memberikan  hasil  positif
terhadap  reaksi  Liebermann-Burchard,  atau  dengan  kata  lain,  mengandung triterpenoid atau steroid.
5. Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif KLTP
a. Optimasi fase gerak untuk KLTP Untuk membuat plat KLT, sebanyak 7 g adsorben silika gel yang akan
digunakan  untuk  pelapis  dibuat  bubur  dengan  21  mL  pelarut  akuades.  Bubur yang telah ada kemudian diratakan pada plat kaca dengan ukuran 5x15cm dengan
menggunakan  alat  TLC  Plate  Coater,  dengan  ketebalan  0,25  mm.  Setelah adsorben  pada  plat  kaca  rata,  plat  lapis  tipis  yang  terbentuk  dikeringkan  dalam
oven pada suhu 100 – 120
o
C selama paling kurang satu jam. Fraksi  kental  yang  mengandung  steroid  atau  triterpen,  ditotolkan  pada
plat  KLT  yang  telah  dibuat.  Plat  kemudian  dielusikan  dengan  menggunakan  3 larutan pengembang berupa kloroform, kloroform:metanol 1:1, dan metanol.
Dari  hasil  elusi  dilihat  fase  gerak  mana  yang  menghasilkan  pemisahan terbaik.  Fase  gerak  yang  memberikan  pemisahan  terbaik  kemudian  digunakan
sebagai fase gerak pada kromatografi lapis tipis preparatif. b. Tahap KLTP
Sebanyak  7  g  adsorben  silika  gel  yang  akan  digunakan  untuk  pelapis dibuat  bubur  dengan  21  mL  pelarut  akuades.  Bubur  yang  telah  ada  kemudian
diratakan pada plat kaca dengan ukuran 20 x 20cm dengan menggunakan alat TLC Plate Coater, dengan ketebalan 0,5 mm. Setelah adsorben pada plat kaca rata, plat
lapis tipis yang terbentuk dikeringkan dalam oven pada suhu 100 – 120
o
C selama 1 jam.
Fraksi  hasil  isolasi  dengan  kromatografi  kolom  kemudian  ditotolkan berupa  pita  pada  plat  KLT  yang  telah  dibuat.  Plat  kemudian  dielusikan  dengan
menggunakan  larutan  pengembang  berupa  kloroform,  yaitu  hasil  optimasi sebelumnya.
Hasil  elusi  kemudian  dikeringkan  dan  bercak  yang  pada  pengujian sebelumnya positif terhadap Liebermann Burchard, dikerok dengan menggunakan
spatula  kemudian  ditampung  dan  diekstraksi  dengan  menggunakan  pelarut kloroform.  Hasil  ekstraksi  lalu  dipekatkan  dengan  menggunakan  rotary  vaccum
evaporator. c. Analisis Kualitatif Isolat dengan KLT
Masing-masing eluat ditotolkan pada plat KLT dan dimasukkan ke dalam chamber  yang  telah  dijenuhkan  terlebih  dahulu  dengan  fase  gerak  kloroform,
kloroform : metanol 1:1, dan metanol. Isolat dinyatakan murni apabila hanya terdapat satu bercak. Jika terdapat
lebih dari satu bercak, proses kormatografi  lapis tipis dapat dilakukan pada eluat yang dihasilkan. Jika dari  hasil elusi telah diperoleh senyawa  yang  murni  secara
KLT maka dapat dielusidasi dengan metode spektrofotometri.
6. Elusidasi Struktur
Senyawa  hasil  isolasi  diidentifikasi  strukturnya  dengan  menggunakan spektrofotometri massa dan spektrofotometri UV-VIS.
a. Spektrometri massa Senyawa  hasil  isolasi  sebanyak  1  mg  dilarutkan  dalam  10,0  mL
methanol.  Larutan  tersebut  di  milipore  dan  di  degassing  dengan  ultrasonikator, lalu  diinjeksikan  pada  kromatografi  gas-spektrometri  massa  KG-SM.  Sehingga
didapatkan peak hasil pemisahan campuran, serta spektra massanya. b. Spektrometri UV-VIS
Senyawa  hasil  isolasi  sebanyak  1  mg  dilarutkan  dengan  pelarut kloroform 10,0 mL, kemudian larutan dimilipore. Pada larutan tersebut dilakukan
scanning panjang gelombang dari 200 nm – 800 nm. Sehingga didapatkan spektra untuk mengetahui gugus-gugus yang mengandung kromofor.
F. Analisis Hasil
Analisis  yang  dilakukan  dalam  penelitian  ini  adalah  analisis  kualitatif dengan  membaca  spektra  massa  dan  spektra  UV-VIS.  Analisis  ini  dilakukan
dengan  membandingkan  spektra  yang  didapat  dengan  pustaka  yang  diacu. Sehingga diketahui senyawa dengan berat molekulnya dengan spektra massa. Dari
spektra  massa  yang  didapatkan  dibandingkan  dengan  database  yang  ada. Kepastian  senyawa  dapat  dilihat  dari  similarity  index  yang  ditampilkan,  serta
dibuktikan  dengan  reaksi  fragmentasinya.  Semakin  mendekati  100,  similarity index-nya, maka semakin besar kemungkinan kesamaan senyawanya. Sedangkan