Analisis Hasil METODE PENELITIAN

daun akan mati dan rusak. Rusaknya membrane sel dapat memudahkan pengambilan senyawa yang ada di dalam sel. Pengeringan tidak dapat dilakukan langsung dengan sinar matahari, karena dalam sinar matahari juga terdapat sinar UV yang dapat mendegradasi senyawa-senyawa dalam daun. Selain itu, proses pengeringan dijaga pada suhu dibawah 60 C karena suhu yang tinggi dapat merusak senyawa yang mudah teroksidasi. Pada penelitian ini, senyawa-senyawa non-polar yang tersari merupakan senyawa tanaman golongan terpenoid, khususnya triterpenoid dan tetraterpenoid. Senyawa-senyawa triterpenoid umumnya stabil terhadap panas, karena memiliki titik lebur lebih dari 150°C O’Neil, dkk, 2001, serta memiliki struktur yang rigid. Sedangkan senyawa-senyawa tetraterpenoid, menurut O’Neil, dkk 2001 lebih mudah mengalami fotooksidasi. Oleh karena itu, proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven untuk mempercepat pengeringan serta menghindari cahaya matahari langsung terhadap daun binahong. Daun binahong kering kemudian diubah menjadi bentuk serbuk dan diayak dengan pengayak ukuran 40 mesh. Penyerbukan dilakukan agar memperluas permukaan daun binahong, agar ketika diekstraksi luas permukaan daun yang kontak dengan pelarut besar, sehingga dapat meningkatkan efektifitas ekstraksi.

C. Ekstraksi Serbuk Simplisia Daun Binahong

Serbuk daun binahong kemudian disari kandungan kimianya dengan proses ekstraksi. Proses ini terjadi karena adanya perbedaan gradient kadar, dimana pelarut memiliki kadar senyawa sama dengan nol, sedangkan serbuk daun binahong memiliki kadar kandungan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, senyawa akan berdifusi dari serbuk ke dalam pelarut hingga jenuh. Suatu sistem ekstraksi dinyatakan jenuh ketika kadar senyawa di kedua fase padat dan cair fase padat yaitu serbuk simplisia dan fase cair yaitu pelarut, sehingga tidak terjadi lagi proses difusi. Proses ekstraksi serbuk daun binahong dilakukan dengan menggunakan pelarut n-heksana, yakni pelarut non-polar indeks polaritas = 0,1 menurut Garrett 1998. Pemilihan pelarut non-polar ini akan menyari senyawa-senyawa non- polar Basset, Denney, Jeffery, Mendham, 1994. Sehingga senyawa-senyawa yang tersari adalah senyawa dengan polaritas rendah, seperti triterpenoid dan steroid. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi sebanyak tiga 3 kali terhadap simplisia selama 3 jam. Pengulangan ini bertujuan untuk memaksimalkan keefektifan maserasi. Ketika maserasi hanya dilakukan 1 kali, maka sistem ekstraksi dapat jenuh, atau dengan kata lain pelarut telah menampung senyawa secara maksimal. Sehingga masih terdapat senyawa tertinggal dalam simplisia. Ekstrak cair yang didapat dievaporasi dengan vacuum rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak yang lebih pekat. Prinsip vacuum rotary evaporator adalah penguapan pelarut yang dilakukan pada tekanan yang rendah, sehingga dapat menurunkan titik didih pelarut. Maka, suhu ekstrak dijaga pada 40 ⁰C agar meminimalkan kerusakan senyawa dalam ekstrak. Dari percobaan didapatkan dari 983,91 gram serbuk daun binahong dihasilkan ekstrak sebanyak 89,65 gram, maka rendemen ektrak n-heksana yang didapatkan adalah sebesar 9,11 .

D. Uji Pendahuluan Ekstrak

Uji pendahuluan ekstrak merupakan uji fitokimia yang dilakukan secara uji kualitatif dengan menggunakan reagen. Dimana, ekstrak n-heksana direaksikan dengan reagen-reagen sehingga dapat menggambarkan golongan senyawa- senyawa yang terdapat dalam ekstrak n-heksana. Golongan senyawa inilah sebagai gambaran awal, perkiraan senyawa yang akan diisolasi dan elusidasi struktur.

1. Identifikasi flavonoid

Ekstrak setara dengan 3 gram simplisia atau 273,1 mg ekstrak dilarutkan dengan 2 mL metanol untuk menyari glikosida. Larutan ini merupakan larutan percobaan yang akan digunakan untuk uji flavonoid. Larutan percobaan diuapkan dilarutkan dalam etanol 95 P akan diuji menggunakan reaksi sianidin dimana akan ditambahkan masing-masing serbuk seng dan serbuk magnesium dalam suasana asam asam klorida. Kompleks flavonoid-Zn 2+ akan berwarna merah intensif menunjukkan adanya glikosida 3-flavonol, sedangkan flavonoid-Mg 2+ akan menimbulkan

Dokumen yang terkait

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK n-HEKSANA DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHANMIKROSKOPIS LUKA TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

3 24 92

Penganrh Salep Ekstrak I)aun Binahong (Anredera cordifulia (Tenore) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Luka Bakar Tikus Sprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

1 19 89

Uji aktivitas ekstrak Etanol 70% daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi dengan Kafeina

1 42 73

Pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi pada luka bakar tikus sprague dawley : studi pendahuluan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi

0 20 70

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA BROILER

4 65 58

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP WAKTU PERDARAHAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Men

0 3 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP WAKTU PERDARAHAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Men

0 3 13

UJI AKTIVITAS ANTIKOLESTEROL EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) SECARA IN VITRO

2 4 6

Identifikasi senyawa dalam fraksi IV ekstrak N-Heksana daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) - USD Repository

0 0 167

Identifikasi fraksi I ekstrak n-heksana daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) - USD Repository

0 0 123