35
a. Sistem butadien aturan Woodward. Panjang gelombang maksimum λ
sistem butadien C=C-C=C dimana butadien dibagi dalam dua katagori yaitu s-trans butadien dan s-cis butadien. Dalam perhitungan Woodward harga induk parent
value di singkat HI untuk system s-trans butadien heteroanular sebesar 214 nm, tapi harga induk s-cis-butadien homoanular sebesar 253 nm. Pengertian eksosiklik
yang disingkat dengan ES adalah ikatan rangkap diluar cincin dan setiap eksosiklik, penambahannya 5 nm Kosela, 2010.
b. Sistem butadien aturan Fieser-Kuhn. Aturan Woodward hanya berlaku untuk sistem butadien dan perpanjangan paling banyak dua ikatan rangkap
terkonjugasi. Untuk ikatan rangkat lebih dari empat digunakan aturan Fieser Kuhn dengan rumus sebagai berikut:
max = 114 + 5
+ 48,0 − 1,7 − 16,5
− 10 …….3
max = 1,74 × 10 .........................................................................4
Dimana: M
= jumlah substituent alkil atau yang menyerupai alkil pada sistem konjugasi
N = jumlah dari ikatan rangkap terkonjugasi
Rendo = jumlah ikatan rangkap dalam cincin pada sistem konjugasi Rexo
= jumlah ikatan rangkap di luar cincin pada sistem konjugasi Kosela, 2010
36
Gambar 9. Skema peralatan spektrofotometer UV-Vis Sitorus, 2009
a. Sumber radiasi. Secara umum radiasi yang dihasilkan oleh material bersumber listrik. Tegangan listrik akan menyebabkan eksitasi elektron pada benda
dan waktu elektron kembali ke tingkat energi yang lebih rendah akan menghasilkan radiasi berupa emisi sejumlah energi tertentu yang merupakan sumber radiasi.
Sumber radiasi UV digunakan lampu hidrogen ataupun deuterium, sedangkan sumber radiasi sinar tampak menggunakan lampu filamen tungsten Sitorus, 2009
b. Monokromator. Radiasi dari sumber radiasi adalah sinar polikromatis banyak panjang gelombang. Monokromator yang berupa bahan optik berbentuk
prisma ini, berfungsi untuk menguraikan sinar tersebut menjadi monokromatis sesuai yang diinginkan Sitorus, 2009
c. Sel tempat sampel. Biasanya tempat sampel dikenal dengan istilah kuvet. Syarat bahan yang dapat dijadikan kuvet adalah tidak menyerap sinar yang
37
dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak bereaksi dengan sampel maupun pelarut Sitorus, 2009.
d. Detektor. Detektor berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus listrik atau peubah panas lainnya dan biasanya terintegrasi dengan pencatat
Sitorus, 2009.
H. Kandungan Binahong
Daun binahong menurut hasil penelitian sebelumnya secara kultur in vitro mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin Manoi, 2009. Penelitian
Rachmawati 2007 mendapatkan bahwa terdapat saponin triterpenoid, flavonoid, dan minyak atsiri dalam ekstrak n-heksana daun binahong, sedangkan Khunaifi 2010
mendapatkan bahwa daun binahong mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol. Selain itu, daun binahong mengandung saponin treterpenoid dan saponin steroidal
Astuti, 2011. Sedangkan Barboza, Cantero, Nunez, Pacciaroni, dan Espinar 2010 menyatakan bahwa keseluruhan bagian tanaman binahong kering mengandung
steroid. Muhammad
2011 mendapatkan
senyawa yang
mirip dengan
boussingosida, Saroh, Winarti, dan Djamil 2012 memperkirakan terdapat senyawa adenine, Facrhiyah dan Kusrini 2012 menemukan senyawa stigmasterol, serta Titis,
Facriyah, dan Kusrini 2013 menemukan senyawa alkaloid betanidin pada daun binahong.
38
Yang, Lin, dan Kuo 2008 menyebutkan bahwa terdapat flavonoid yaitu kuersetin dalam daun binahong sebesar 0,6 mg100gram daun. Tsai, Huang, Wu, dan
Lee 2005 mendapatkan kandungan oksalat dengan kadar 231,3 mg100g daun segar binahong. Djamil, Wahyudi, Wahono, dan Hanafi 2012, berhasil mengisolasi dan
mengidentifikasi 8-glucopyranosyl-4’,5,7,-trihydroxyflavone dari ekstrak methanol daun binahong. Li 2006 menyatakan bahwa daun Boussingaultia gracilis Miers var
pseudobaselloides yang merupakan nama lain dari tanaman binahong, mengandung isoproterenol. Narender, Khaliq, dan Madhur 2011 menemukan senyawa-senyawa
yang memiliki aktivitas antidiabetik dalam ekstrak methanol daun Boussingaultia baselloides, yaitu beberapa senyawa bossingosida gambar 10.
O HO
HO OH
HOOC O
H COOH
O HO
HO OH
HOOC O
H C
O OH
OH HO
OH O
O
O HO
HO OH
HOH
2
C O
H C
CH
2
OH O
OH OH
HO OH
O O
O HO
HO OH
HOOC O
H C
CH
2
OH OH
O
O HO
O OH
HOOC O
H C
OH O
O OH
OH OH
Gambar 10. Beberapa senyawa boussingosida dalam daun binahong Narender, Khaliq, dan Madhur, 2011
39
I. Landasan Teori
Tanaman Binahong merupakan tanaman yang digunakan masyarakat untuk mengobati atau mencegah berbagai penyakit. Karena itu, perlu dilakukan identifikasi
kandungan kimia dalam tanaman binahong sehingga dapat mengembangkan tanaman binahong menjadi suatu bahan obat dengan bentuk sediaan tertentu.
Untuk mengidentifikasi senyawa dalam daun binahong, dapat dilakukan dengan metode metabolomika. Pertama, dilakukan pengumpulan sampel daun, yang
diteruskan dengan ekstraksi. Pada ekstrak dilakukan pemisahan dan pemurnian, sebelum dideteksi, identifikasi, dan dikuantifikasi dengan kromatografi gas-
spektrometri massa atau kromatografi cair kinerja tinggi KCKT-spektrometri massa SM, serta dengan metode spektrometri lain, seperti spektrometri UV-Vis,
spektrometri inframerah, dan sebagainya. Data yang dapatkan dikombinasikan untuk didapatkan struktur senyawa-senyawa metabolitnya Vinayavekhin dan Saghatelian,
2010. Langkah lain dalam identifikasi kimia adalah proses isolasi senyawa, dimana
dilakukan proses ekstraksi, yaitu penyarian senyawa dari bahan, lalu dilakukan pemisahan senyawa atau proses isolasi dengan proses kromatografi. Proses ini lebih
sederhana dan lebih mudah dilakukan, karena pada proses metabolomika harus diperhatikan adanya kandungan senyawa dalan tanaman yang bisa mengganggu.
Misalnya, harus dilakukan terlebih dahulu pigmen klorofil dan karotenoid agar sampel dapat dianalisis dengan KCKT-SM, serta perlu adanya proses optimasi
40
KCKT-SM agar hasil yang didapatkan lebih optimal Vinayavekhin dan Saghatelian, 2010.
Ekstraksi dilakukan untuk menyari senyawa metabolit dalam tanaman ke dalam pelarut yang sesuai. Di dalam ekstrak, senyawa yang tersari bukan merupakan
senyawa tunggal melainkan suatu campuran sehingga diperlukan pemisahan senyawa dengan kromatografi. Székely cit., Hostettmann, Hostettmann, dan Marston, 1995
menyatakan bahwa salah satu cara isolasi dengan kromatografi adalah dengan kombinasi kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis preparatif. Penggunaan
kombinasi ini dirasa sangat efisien karena kromatogafi kolom yang dapat digunakan dalam jumlah sampel yang cukup besar, kemudian dilanjutkan kromatografi lapis
tipis yang memiliki daya pisah yang lebih baik. Identifikasi kimia secara modern dilakukan dengan elusidasi struktur.
Elusidasi struktur dapat dilakukan dengan cara spektrometri massa dan spektrometri ultraviolet-visibel UV-Vis. Spektra massa akan menunjukkan berat molekul
senyawa serta pola fragmentasi senyawa tersebut yang dapat mengacu pada struktur senyawa yang dianalisis. Sedangkan spektra UV-Vis menunjukkan keberadaan
kromofor dan auksokrom dengan mengetahui panjang gelombang maksimum dari senyawa. Sehingga dapat diketahui struktur senyawa dari isolat yang dianalisis.
Menurut penelitian yang telah dilakukan secara in vitro, daun binahong mengandung senyawa-senyawa golongan flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin.
Menurut Basset, Denney, Jeffery, dan Mendham 1994 kelarutan senyawa dalam larutan berdasarkan pada banyaknya gugus polar yang terkandung dalam senyawa
41
organik, semakin banyak gugus polar maka semakin larut dalam pelarut polar seperti air. Begitu pula sebaliknya, pelarut non-polar akan lebih sulit untuk melarutkan
senyawa-senyawa polar. Sehingga dapat dilihat bahwa senyawa fenolik flavonoid dan tanin dan alkaloid larut dalam pelarut polar, karena memiliki gugus hidroksil,
sehingga memiliki kemungkinan yang kecil untuk tersari dalam pelarut n-heksana non-polar yang digunakan dalam ekstraksi simplisia daun binahong. Sedangkan
terpenoid triterpenoid, steroid, saponin, dan karotenoid yang larut lipid dalam sel tumbuhan dapat larut dalam pelarut n-heksana.
J. Hipotesis
Oleh karena itu, dapat dibuat hipotesis bahwa struktur senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam fraksi IV ekstrak n-heksana daun binahong
merupakan turunan golongan triterpenoid, steroid, saponin, dan karotenoid. Elusidasi struktur senyawa golongan tersebut akan dapat dilakukan dengan spektrometri massa,
spektrometri ultraviolet-sinar tampak UV-Vis, spektrometri inframerah IR, dan spektrometri resonansi magnetik inti hidrogen RMI-H.