Proses kromatografi kolom Isolasi dengan Kromatografi Kolom

Fraksi IV yang telah dikumpulkan, dipekatkan dengan diuapkan pelarutnya dengan vacuum rotary evaporator dengan suhu 40°C, agar didapatkan fraksi kental yang senyawanya tidak terdegradasi. Gambar 26. Hasil uji identifikasi fraksi IV ekstrak n-heksana daun binahong, a dengan eluen kloroform, b eluen kloroform setelah disemprot reagen Liebermann-Burchard, c eluen kloroform:metanol 1:1, d eluen kloroform:metanol 1:1 setelah disemprot reagen Liebermann Burchard, e eluen metanol, dan f eluen metanol setelah disemprot reagen Liebermann- Burchard Tabel X. Hasil identifikasi fraksi IV dengan KLT Gambar No. bercak Nilai Rf Warna Sebelum Disemprot LB Warna Setelah Disemprot LB 26 a, b 1 0,02 Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan 2 0,17 Kuning Hijau 26 c, d 1 0,54 Kuning Hijau 26 e, f 1 0,59 Kuning Hijau

F. Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis preparatif KLTP

Oleh karena, pemilihan kromatografi kolom dalam awal proses isolasi merujuk pada Székely cit., Hostettmann, Hostettmann, dan Marston, 1995, dimana krombinasi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kombinasi kolom terbuka yang dilanjutkan dengan KLT preparatif KLTP. Pada KLTP, plat yang digunakan berbeda dengan yang digunakan pada KLT pada umumnya. Plat yang digunakan berukuran lebih besar yaitu 20 x 20 cm, serta fase diam yang digunakan lebih tebal dari plat KLT biasa. Pada penelitian ini digunakan fase diam silika gel GF 254 dengan ketebalan 0,5 mm, selain itu, jarak pengembangan diperpanjang menjadi 15 cm. pemanjangan jarak pengembangan dilakukan untuk memaksimalkan pemisahan yang terjadi. Pada penelitian ini tidak dilakukan optimasi fase gerak terlebih dahulu. Fase gerak yang digunakan berdasarkan hasil uji fraksi IV yang telah dilakukan. Dari ketiga fase gerak, kromatogram dengan fase gerak kloroform menghasilkan 2 bercak yang memisah dengan baik. Oleh karena itu, kloroform kembali digunakan untuk mengisolasi senyawa dalam fraksi IV ekstrak n-heksana daun binahong. Dalam mengisolasi, plat yang telah dibuat terlebih dahulu diaktifkan dalam oven selama 1 jam dengan suhu 110°C. Setelah plat dingin, plat ditotolkan dengan fraksi IV. Penotolan dilakukan membentuk pita, dengan menotolkan fraksi IV berjejer dan rapat. Setelah pelarutnya menguap, plat dimasukan kedalam chamber yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan kloroform sebagai fase gerak, dan dikembangkan dengan jarak pengembangan 15 cm. Setelah mencapai pengembangan yang diinginkan, plat dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan. Gambar 27. Hasil KLTP Tabel XI. Hasil KLTP Gambar No. bercak Jarak Bercak Nilai Rf Warna 27 1 Hijau muda 2 3,5 0,23 Kuning 3 5,8 0,38 Kuning Dari gambar hasil KLTP dapat dilihat adanya tiga pita yang menunjukan adanya tiga senyawa. Yang diisolasi adalah senyawa pada pita pertama karena pita ini menunjukkan pemisahan yang baik dan pita tidak mengekor. Pita pertama kemudian dikerok dan diekstraksi dengan menggunakan kloroform. Isolat encer ini kemudian dikentalkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator. Gambar 28. Isolat pekat dari proses isolasi Isolat yang didapatkan dianalisis kemurniannya menggunakan metode kromatografi lapis tipis. Plat KLT aktif dengan fase diam silika ditotolkan dengan isolat kental. Kemudian plat KLT tadi dikembangkan dengan 3 fase gerak yang berbeda kepolarannya, yaitu dengan fase gerak kloroform, kloroform:metanol 1:1, dan metanol. Gambar 29. Uji kemurnian isolat: a dengan eluen kloroform, b dengan eluen metanol-kloroform 1:1, dan c dengan eluen metanol Tabel XII. Uji kemurnian isolat Gambar No. bercak Nilai Rf Warna 29. a 1 0,18 Kuning 29. b 1 0,55 Kuning 29. c 1 0,58 Kuning Dari kromatogram didapatkan bahwa, dari ketiga fase gerak yang berbeda, dihasilkan hanya 1 bercak dan tidak mengekor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa isolat yang dihasilkan telah murni secara kromatografi lapis tipis. Karena telah dapat dikatakan murni, isolat dapat dielusidasi strukturnya dengan metode spektroskopi.

G. Kromatografi Gas-Spektrometri Massa KG-SM

Dalam elusidasi struktur, salah satu metode yang digunakan adalah spektroskopi massa SM. Penggunaan spektrometri massa dilakukan untuk mengetahui berat molekul senyawa yang dianalisis. Penggunaan kromatografi gas yang digabung dengan spektroskopi massa lebih efektif, karena pada KG-SM, sampel yang menguap akan memisahkan senyawa-senyawa dari campuran maupun pengotornya, dimana masing-masing akan senyawa yang telah terpisah dianalisis tersendiri dalam spektroskopi massa. Spektra yang didapatkan tidak hanya dapat memberikan informasi mengenai berat molekulnya saja, tetapi juga dapat mengetahui informasi tentang struktur molekulnya dengan interpretasi fragmentasinya. Selain itu, menurut Kosela 2010, mengidentifikasi struktur senyawa saat ini lebih mudah karena telah disusunnya database spektra berbagai senyawa organik, sehingga spektra sampel yang dianalisis dibandingkan dengan spektra dari database yang ada dengan derajat kemiripan tertentu. Semakin tinggi derajat kemiripannya, semakin besar kemungkinan kedua senyawa identik. Dalam proses ini, pertama-tama isolat pekat yang didapatkan diinjekkan pada sistem KG-MS, dengan kolom Rastek RXi-5MS dengan fase diam merupakan campuran 95 dimenthil 5 difenil polisiloksan, dengan panjang kolom 30 meter dan diameter 0,25 mm. Gas pembawa yang digunakan merupakan gas inert yaitu gas helium. Dalam proses kromatografi, isolat teruapkan dan terbawa masuk ke dalam kolom. Suhu awal kolom 80°C yang dinaikan secara kontinyu hingga 305°C dan tetap selama 20 menit. Pemrograman suhu dilakukan untuk memperbesar kemungkinan isolat seluruhnya teruapkan dan stabil dalam kondisi uap selama di dalam kolom. Gambar 30. Kromatogram KG-SM isolat

Dokumen yang terkait

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK n-HEKSANA DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHANMIKROSKOPIS LUKA TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

3 24 92

Penganrh Salep Ekstrak I)aun Binahong (Anredera cordifulia (Tenore) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Luka Bakar Tikus Sprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi

1 19 89

Uji aktivitas ekstrak Etanol 70% daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi dengan Kafeina

1 42 73

Pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) terhadap re-epitelisasi pada luka bakar tikus sprague dawley : studi pendahuluan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi

0 20 70

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA BROILER

4 65 58

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP WAKTU PERDARAHAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Men

0 3 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP WAKTU PERDARAHAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Men

0 3 13

UJI AKTIVITAS ANTIKOLESTEROL EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) SECARA IN VITRO

2 4 6

Identifikasi senyawa dalam fraksi IV ekstrak N-Heksana daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) - USD Repository

0 0 167

Identifikasi fraksi I ekstrak n-heksana daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) - USD Repository

0 0 123