54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, akan di tampilkan hasil penelitian dan pembahasannya tentang proses determinasi tanaman, preparasi simplisia, ekstraksi, serta proses
isolasi yang dilanjutkan dengan elusidasi struktur. Proses isolasi yang dilakukan dengan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis, sedangkan elusidasi
struktur menggunakan metode spektrometri massa dan spektrofotometri UV-Vis.
A. Determinasi Tanaman
Tanaman binahong yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan oleh Laboratorium Kebun Obat Fakultas Farmasi Sanata Dharma dengan mengacu
pada Backer dan Van de Brink 1963. Adapun taksonomi dari hasil determinasi adalah sebagai berikut:
Famili : Basellaceae Genus
: Anredera Spesies : Anredera cordifolia Ten. Steenis
B. Preparasi Serbuk Simplisia Daun Binahong
Penyiapan sampel dimulai dengan pemetikan daun binahong segar. Daun yang dipetik adalah daun dewasa, yaitu daun yang telah berwarna hijau tua dan
memiliki ukuran panjang 5-10 cm. Dipilih daun dewasa karena pada tahap ini, kandungan dalam daun telah lengkap. Selain itu, daun dipilih yang utuh dan
memiliki bentuk daun yang baik. Jika daun sobek, senyawa-senyawa dalam daun dapat teroksidasi oleh udara. Daun yang tidak utuh atau memiliki bentuk daun
yang tidak normal, menandakan adanya invasi organisme lain. Invasi dari organisme ini memungkinkan adanya senyawa yang masuk ke dalam daun
tanaman binahong. Senyawa ini dapat bertindak sebagai elicitor. Elicitor merupakan senyawa patogen atau non-patogen yang berasal dari organisme lain
yang masuk dan menginduksi sistem pertahanan tanaman untuk merespon dengan mensintesis senyawa baru yang bertindak sebagai sistem kekebalan dari tanaman
tersebut Teniente, dkk, 2010. Daun kemudian dibersihkan dari debu dan kotoran dengan pencucian.
Pengotor tidak hanya berupa benda asing seperti tanah, batu, debu, ataupun polusi serta residu pestisida, tetapi juga bagian tanaman selain daun, seperti, akar,
batang, tangkai daun, serta bunga. Hal ini, karena bagian tanaman lain memiliki fungsi yang berbeda dari daun, sehingga kemungkinan kandungan yang berbeda.
Daun binahong kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40-60 C.
Pengeringan dilakukan untuk menjaga stabilitas daun dari pertumbuhan mikroba dan proses pembusukan daun yang dapat terjadi secara enzimatis dengan media
air. Mikroba dapat menguraikan senyawa-senyawa tertentu dalam tanaman, sehingga semakin banyak mikroba, maka semakin banyak pula penguraian
senyawa yang dapat terjadi dalam simplisia. Selain itu, air juga dapat mengaktifkan enzim-enzim, misalnya hidrolase, sehingga senyawa-senyawa yang
mudah terhidrolisis akan cepat terdegradasi oleh adanya enzim ini. Pengeringan juga dapat membantu proses ekstraksi, dimana dengan dikeringkan membran sel
daun akan mati dan rusak. Rusaknya membrane sel dapat memudahkan pengambilan senyawa yang ada di dalam sel.
Pengeringan tidak dapat dilakukan langsung dengan sinar matahari, karena dalam sinar matahari juga terdapat sinar UV yang dapat mendegradasi
senyawa-senyawa dalam daun. Selain itu, proses pengeringan dijaga pada suhu dibawah 60
C karena suhu yang tinggi dapat merusak senyawa yang mudah teroksidasi.
Pada penelitian ini, senyawa-senyawa non-polar yang tersari merupakan senyawa tanaman golongan terpenoid, khususnya triterpenoid dan tetraterpenoid.
Senyawa-senyawa triterpenoid umumnya stabil terhadap panas, karena memiliki titik lebur lebih dari 150°C O’Neil, dkk, 2001, serta memiliki struktur yang
rigid. Sedangkan senyawa-senyawa tetraterpenoid, menurut O’Neil, dkk 2001 lebih mudah mengalami fotooksidasi. Oleh karena itu, proses pengeringan
dilakukan dengan menggunakan oven untuk mempercepat pengeringan serta menghindari cahaya matahari langsung terhadap daun binahong.
Daun binahong kering kemudian diubah menjadi bentuk serbuk dan diayak dengan pengayak ukuran 40 mesh. Penyerbukan dilakukan agar
memperluas permukaan daun binahong, agar ketika diekstraksi luas permukaan daun yang kontak dengan pelarut besar, sehingga dapat meningkatkan efektifitas
ekstraksi.