Aliran Klasik Aliran Neo Klasik Aliran Positifis

kesadaran hukum masyarakat terhadap kejahatan yang dicantumkan dalam undang-undang pidana. 74

b. Pelaku

Sangat sederhana sekali ketika mengetahui objek kedua dari kriminlogi ini. Setelah mempelajari kejahatannya, maka sangatlah tepat kalau pelaku kejahatan tersebut juga dipelajari. Akan tetapi, kesederhanaan pemikiran tersebut tidak demikian adanya, yang dapat dikualifikasikan sebagai pelaku kejahatan untuk dapat dikategorikan sebagai pelaku adalah mereka yang telah ditetapkan sebagai pelanggar hukum oleh pengadilan sebagaimana diuraikan dalam tinjauan pustaka tentang pelaku tindak pidana perdagangang orang. 75

3. Aliran-Aliran Kriminologi Mazhab Criminologi

Objek penelitian kriminologi tentang pelaku adalah tentang mereka yang telah melakukan kejahatan, dan dengan penelitian tersebut diharapkan dapat mengukur tingkat kesadaran masyarakat terhadap hukum yang berlaku dengan muaranya adalah kebijakan hukum pidana baru.

a. Aliran Klasik

Dalam aliran klasik, yang menjadi dasar pemikiran adalah bahwa manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang memiliki “kehendak bebas free will”, yang dimaksud dengan memiliki kehendak bebas adalah dalam bertingkah laku, manusia mempunyai kemampuan dalam memperhitungkan segala tindakan berdasarkan keinginannya. Pelopor aliran ini adalah Cessare Becaria 1738-1794 74 Ibid, hlm 17. 75 Wirjono Op cit, hlm 131. Universitas Sumatera Utara berpendapat bahwa manusia mempunyai sifat kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup Hedonisme dan Jeremi Betham 1748-1832 dengan pendapatnya ecology cukure compesition of populition. Aliran ini mengihalmi lahirnya penerapan persamaan dihadapan hukum dan keseimbangan antara hukuman dan kejahatan diterapkan secara murni pada masa itu. Aliaran klasik ini cenderung menempatkan pidana sebagai satu-satunya jalan keluar mengatasi pelanggaran-pelanggaran terhadap apa yang telah disepakati masyarakat atau perjanjian masyarakat. Sebagai cerminan dari aliran ini, timbul teori dalam pemidanaan yang berorientasi pada teori relatif deterrence. Dimana Beccaria menegaskan dalam bukunya yang berjudul dei Delitti e Delle Pene 1764 bahwa tujuan pemidanaan adalah untuk mencegah seseorang supaya tidak melakukan kejahatan, dan bukan sebagai sarana pembalasan masyarakat. 76

b. Aliran Neo Klasik

Aliran ini menjaikan ajaran aliran klasik sebagai kiblatnya. Namun kemudian para sarjana aliran neo klasik. Hal ini disebabkan mazhab klasik. Hal ini disebabkan mazhab klasik dianggap menimbulkan ketidakadilan. Pemberlakuan hukuman yang diterakan kepada pelaku kejahatan yang telah dewasa menurut hukum tidak dibedakan kepada pelaku kejahatan yang masih anak-anak. Penerapan hukuman ini dianggap merupakan ketidakadilan, sebab 76 Mulyana Op cit, hlm 23. Universitas Sumatera Utara aspek mental dan kesalahan tidak diperhintungkan aspek-aspek kondisi mental pelaku dan lingkungan dalam penerapan hukuman. 77

c. Aliran Positifis

Aliran positif lahir pada abad ke-19 yang dipelopori oleh Cassare Lombroso 1835-1909, Enrico Ferri 1856-1928, dan Raffaele Garofalo 1852- 1934. Mereka menggunakan pendekatan metode ilmiah untuk mengkaji kejahatan dengan mengkaji karakter pelaku dari sudut pandang ilmu biologi, psikologi dan sosiologi dan objek analisisnya adalah kepada pelaku, bukan kejahatannya. Aliran positif berkembang pada abad ke-19 yang dihasilkan oleh perkembangan filsafat empirisme di Inggris sebagaimana yang ditemukan dalam ajaran Locke dan Hume, teori Darwin tentang “biological determinisme”, teori sociological positivism dari Comte dan teori ekonomi Karl Marx. Akhirnya perkembangan filsafat di atas membawa pengaruh bagi lahirnya paham behaviorism, experimental psychology, psychological psychology dan objectivity. 78 Aliran positif melihat kejahatan secara empiris dengan menggunakan metode ilmiah untuk mengkonfirmasi fakta-fakta di lapangan dalam kaitannya dengan terjadinya kejahatan. Aliran ini beralaskan paham determinisme yang menyatakan bahwa seseorang melakukan kejahatan bukan berdasarkan kehendaknya karena manusia tidak mempunyai kehendak bebas dan dibatasi oleh berbagai faktor, baik watak pribadinya, faktor biologis, maupun faktor 77 Ibid, hlm 32. 78 Mahmud Muliady, bahan makalah mata kuliahPolitik Hukum Pidana, Slide 42, pada hari Jum’at tanggal 18 Oktober 2013, Jam 14.00 Wib. Universitas Sumatera Utara lingkungan. Oleh karena itu pelaku kejahatan tidak dapat dipersalahkan dan dipidana, melainkan harus diberikan perlakuan treatment untuk re-sosialisasi dan perbaikan si pelaku. Lombroso dengan teorinya born criminal menyatakan bahwa ada suatu kekhasan tertentu yang disebutnya Atavistic Stigmata yang membedakan manusia kriminal dengan yang bukan kriminal, yang dapat dilihat dari bentuk fisik seseorang. Lambrosso mendapat julukan bapak kriminologi modren bukan karena born criminal, yang ditemukannya karena ia merupakan orang pertama yang meletakkan metode ilmiah dalam mencari penjelasan tentang sebab-sebab terjadinya kejahatan yang melihatnya dari berbagai faktor. Lambrosso juga membantah tentang sifat free will yang dimiliki oleh manusia. Aliran positif ini berpendapat bebas manusia itu tidak terlepas dari pengaruh lingkungan. Secara singkat , aliran ini berpegang teguh pada keyakinan bahwa kehidupan seseorang oleh hukum sebab akibat. Ketiga tokoh ini menolak doktrin free will dan menggantinya dengan konsep determinisme. Dimana Aliran ini terbagi atas dua pandangan, yaitu ; 1 Determinisme Biologis, teori ini mendasari pemikiran bahwa perilaku manusia sepenuhnya tergantung pada pengaruh biologis yang ada pada dirinya. 2 Determinisme Cultural, teori ini mendasari pemikiran mereka pada pengaruh sosial, dan budaya dari lingkungan dimana seseorang itu hidup. 79 79 Ibid, slide 45 Universitas Sumatera Utara

4. Sebab-Sebab Kejahatan dari Perpektif Kriminologi

Dokumen yang terkait

Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

3 59 100

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Pemalsuan Dokumen Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 (Studi Putusan No. 2960/PID.B/2008/PN.Medan)

0 34 116

Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 43 146

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Anak Yang Masih Dalam Kandungan Dihubungkan Dengan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 2 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

0 0 27

BAB II FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG - Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/20

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN - Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 28