state, including those laws proscribing criminal abuse of power”. Korban berartiorangyang secara individu ataukolektif, mendalami meterimenderita
kerugian, termasukluka fisik atau mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomiatau gangguansubstansialdarihak dasarmereka, melaluitindakan
atau kelalaianyangmelanggarhukum pidana yang berlakudi dalam negaraanggota,
termasukhukum- hukumpidanaproscribingpenyalahgunaankekuasaan.
54
b. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang Berat
Korban adalah orang perorangan atau kelompok orang yang mengalami penderitaan sebagai akibat pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang
memerlukan perlindungan fisik dan mental dari ancaman, gangguan, terror, dan kekerasan pihak manapun. Kata perlindungan merupakan upaya menempatkan
seseorang diberikan kedudukan istimewa.
c. Berdasarkan UU PTPPO
“Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, danatau sosial, yang diakibatkan tindak pidana
perdagangan orang”
55
Secara konstitusional Negara wajib menyelenggarakan perlindungan bagi warga negaranya. Sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945, salah
satu tujuan pembentukan Pemerintahan Republik Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perlunya diberikan perlindungan hukum bagi korban kejahatan secara memadai tidak saja
merupakan isu nasional, tetapi juga internasional. Oleh karena itu, masalah ini
54
Article 1 Deklarasi PBB “Declaration of BasicPrinciples of Justice for Victim of Crime and Abuse of Power”, 1985.
55
Pasal 1 ayat 3 UU No 21 tahun 2007 tentang PTPPO.
Universitas Sumatera Utara
perlu memperoleh perhatian yang serius. Pentingnya perlindungan korban kejahatan memperoleh perhatian serius, dapat dilihat dari Declaration of Basic
Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power oleh PBB, sebagai hasil dari The Seventh United Nation Conggres on the Prevention of Crime and
The treatment of Offenders, yang berlangsung di Milan, Italia, September 1985. Salah satu rekomendasinya yaitu bentuk perlindungan yang diberikan mengalami
perluasan tidak hanya ditujukan bagi korban kejahatan victims of crime, tetapi juga perlindungan terhadap korban akibat penyalahgunaan kekuasaan abuse of
power. Dalam memberikan perlindungan bagi korban, hal ini tidak lepas dari masalah keadilan dan hak asasi manusia, di mana banyak peristiwa yang
ditemukan korban kejahatan kurang memperoleh perlindungan hukum yang memadai, oleh karena itu perlu perhatian dari pemerintah secara serius, dan
memang bukan merupakan pekerjaan yang sederhana untuk direalisasikan dalam upaya menegakan hukum.
56
56
Op Cit, Chairul Bariah Mozasa, hlm 17.
Oleh karena itu perlindungan terhadap korban amat sangat penting karena manusia sebagai makhluk sosial baik perorangan maupun kelompok dapat
menjadi korban. Dalam mewujudkan perlindungan terhadap korban kejahatan dapat melalui cara-cara seperti pemberian restitusi dan kompensasi, konseling,
pelayanan bantuan medis, bantuan hukum, pemberian informasi.
Universitas Sumatera Utara
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian