Teori-teori kejahatan yang menjelaskan dari perspektif sosiologis

Lombrosso dengan Theory Born Criminal-nya. 82

b. Teori-teori kejahatan yang menjelaskan dari perspektif sosiologis

Born crimninal mengatakan bahwa para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan, lebih mendekati nenek moyang mereka yang mirip kera dalam sifat bawaan dan otaknya, dibandingkan mereka yang bukan penjahat. Lambrosso menyatakan sering kali para penjahat memiliki rahang yang besar dan gigi taring yang kuat, suatu sifat yang pada umumnya dimiliki makhluk carnivore yang merobek dan melahap daging mentah. Selain Theory Born Criminal, Lambrosso menambahkan dua kategori lain, yaitu Insane criminals dan criminoloids. Inisane criminal bukanlah penjahat sejak lahir, melainkan disebabkan perubahan dalam otak mengganggu kemapuan mereka untuk membedakan anatara benar dan salah. Sedangkan criminoloids mencangkup suatu kelompok ambiguous termasuk penjahat kambuhan habitual criminals, pelaku kejahatan nafsu dan berbagai tipe lain. Dari teori sosiologis mencari alasan-alasan dalam hal angka kejahatan didalam lingkungan sosial. Pada teori ini dapat dikelompokan menjadi tiga kategori umum, yaitu strain, cultural deviance atau penyimpangan budaya dan social control atau kontrol sosial. 1. Teori strain Teori ini memusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan sosial social forces yang menyebabkan orang melakukan perbuatan kriminal. 82 W.A Bonger Op cit, hlm 22. Universitas Sumatera Utara Para penganut teori strain berpendapat bahwa anggota masyarakat mengikuti satu set nilai budaya, seluruh anggita masyarakat mengikuti satu set nilai-nilai budaya yaitu nilai-nilai budaya dari kelas menengah. Satu nilai budaya terpenting adalah keberhasilan ekonomi , dimana orang-orang dari kelas bawah tidak mempunyai saran-sarana yang sahlegitimate mens untuk mencapai tujuan tersebut. Akhirnya mereka yang berasal dari kalangan kelas bawah menggunakan sarana-sarana yang tidak sah ilegitimate means untuk mencapai tujuan mereka didalam keputusan dan frustasinya. 2. Teori Pentimpangan Budaya Teori ini juga sama dengan teori strain, lebih memusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan sosial yang menyebabkan orang melakukan aktivitas criminal. Teori penyimpangan budaya ini mengklaim bahwa orang-orang dari kelas bawah memiliki satu set nilai-nilai yang berbedan, yang senderung konflik dengan nilai-nilai kelas menengah. Konsekuensi dari pendapat teori ini adalah apabila orang-orang dari kelas bawah mengikuti sistem nilai mereka sendiri, mereka mungkin telah melanggar norma-norma konvensional. 3. Teori Kontrol Sosial Teori ini mempunyai pendekatan yang berbeda dengan Strain dan penyimpangan budaya, yaitu berdasarkan asumsi bahwa motivasi kejahatan merupakan bagian dari umat manusia. Sebagai konsengkuensi yang harus ditanggung adalah teori control social ini mencoba menemukan Universitas Sumatera Utara jawaban mengapa orang tidak melakukan kejahatan. Teori ini mengkaji kemampuan kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial membuat aturannya yang efektif. 83

c. Teori-teori yang menjelaskan kejahatan dari sudut pandang lain atau presfektif lain

Dokumen yang terkait

Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

3 59 100

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Pemalsuan Dokumen Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 (Studi Putusan No. 2960/PID.B/2008/PN.Medan)

0 34 116

Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 43 146

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Anak Yang Masih Dalam Kandungan Dihubungkan Dengan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 2 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

0 0 27

BAB II FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG - Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/20

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN - Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 28