Faktor Pendidikan yang minim dan tingkat buta huruf tinggi Faktor Sarana dan Koordinasi

d. Kehancuran Keluarga Keluarga yang hancur broken home dan tidak memiliki fungsi serta tujuan keluarga sebagai mana mestinya merupakan salah satu penyebab tindak pidana perdagangan orang. 96 Kekerasan dalam keluarga, kehancuran akibat perceraian, kesibukan dunia pekerjaan sehingga hanya menyisihkan waktu sedikit untuk keluarga merupakan hal yang mendorong maraknya keluarga diambang kehancuran. Ketiadaan fungsi keluarga sebagai lahan perhatian dan kasih sayang yang selayaknya didapatkan hilang begitu saja, akbitnya membuat anak ataupun anggota keluarga mencari perhatian dan kasih sayang tersebut diluar pagar keluarga, dimana menurutnya aman bagi dirinya dan dapat menghindar dari semua masalah yang dialaminya. 97

3. Faktor Pendidikan yang minim dan tingkat buta huruf tinggi

Pendidikan merupakan hal yang penting diera modren saat ini, ketika kita tidak dapat bersaing dalam ilmu pengetahuan dan teknologi maka sudah sangat jelas kita akan ketinggalan dan perubahan akan kesejahteraan hidup sangatlah lambat. Kaitannya dalam perdagangan orang dimana dengan pendidikan yang terbatas atau buta aksara kemungkinan besar akan menderita keterbatasan ekonomi dan mereka juga tidak akan mempunyai pengetahuan serta kepercayaan diri untuk mengajukan pertanyaan tentang ketentuan-ketentuan dalam kontrak dan kondisi kerja mereka. 98 96 Selain itu, mereka akan sulit mencari pertolongan ketika http:arum-pertiwi.blogspot.com201304faktor - terjadinya - human - trafficking - dan.html , diakses pada hari Rabu, tanggal 2 februari 2014 minggu, jam 22:35 Wib. 97 Kuntjoro, Op cit, hlm 13. 98 Rachmad Syafaat, Op cit, hlm 16. Universitas Sumatera Utara mereka kesulitan saat berimigrasi ataupun mencari pekerjaan. Kesulitan mengakses sumber daya yang tersedia, tidak dapat membaca atau mengerti brosur iklan. Orang dengan pendidikan yang terbatas memiliki lebih sedikit keahlian skill dan kesempatan kerja dan mereka lebih mudah ditrafik karena mereka bermigrasi mencari pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian. Dampak lain yang ditimbulkan misalnya, seorang pekerja migran yang tidak dapat membaca atau buta huruf, dalam melakukan perjanjian kerja sering kali dibacakan secara lisan, dalam pembacaan tersebut berbeda dengan apa yang ada lama perjanjian kerja contract dimana secara lisan dijanjikan akan mendapat jenis pekerjaan atau jumlah gaji tertentu oleh seorang agen, namun kontrak yang mereka tanda tangani mencantumkan ketentuan kerja serta kompensasi yang jauh berbeda, bahkan sering kali mengarah ke eksploitasi. 99

4. Faktor Penegakan Hukum

Hal yang ingin dicapai dalam penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah atau tatanan- tatanan sosial masyarakat kedalam aturan-aturan hukum yang ada atau aturan hukum yang telah terkodifikasikan, yang bersumber dari norma-norma dan tatanan-tatanan sosial mayarakat. Sehingga menciptakan rasa aman dan teratur dalam masyarakat. Dimana hal ini tidak terlepas dari fungsi dasar hukum pada 99 http:arum-pertiwi.blogspot.com201304faktor - terjadinya - human - trafficking dan.html , diakses hari Minggu, tanggal 2 feb 2014, Jam 22:35 Wib. Universitas Sumatera Utara umumnya yaitu memberikan Keadilan, Kepastian Hukum, serta Kemanfaatan Hukum. 100

a. Akibat Hukumnya Sendiri

Penegakan hukum terangkat kepermukaan akibat ketidakserasian antara nilai-nilai, kaidah-kaidah, tatanan-tatanan sosial dan pola perilaku masyarakat. Sehingga pengaturan yang bertendensi penegakan hukum diperlukan untuk mewujudkan keserasian tersebut. Namun dalam melakukan penegakan hukum tidaklah selayaknya membalikkan telapak tangan dengan mudahnya. Banyak faktor-faktor yang mengahambat dan mempengaruhi penegakan hukum sulit untuk mencapai pada titik pencapaian yang telah ditentukan atau dihapkan. Dalam hal ini penegakan hukum yang dimaksud berhubungan dengan tindak pidana perdagangan orang. Dari uraian singkat diatas, tergambarkan betapa pentingnya penegakan hukum bagi kelangsungan hidup manusia khususnya dalam tindak pidana perdagangan orang. Oleh karna itu penulis menguraikan hal-hal yang mempengaruhi penegakan hukum dari berbagai sudut pandang, sebagai berikut : Sebelum disahkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, tidak ada peraturan perundang-undangan yang dengan tegas mengatur hal ini. Kebanyakan pelaku perdagangan orang yang tertangkap pun tidak semuanya dijatuhi hukuman yang setimpal dengan jenis dan akibat kejahatan tersebut, akibat lemahnya piranti atau 100 Soejono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum, cet Kelima, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, hlm 5. Universitas Sumatera Utara payung hukum yang tersedia. Selama itu ketentuan hukum positif yang mengatur tentang larangan perdagangan orang tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti Pasal 297 KUHP. 101 Adapun asas Hukum Pidana menentukan bahwa Hukum Pidana menganut sistem interprestasi negatif yang berarti tidak boleh ada interprestasi lain selain yang ada dalam KUHP itu sendiri. Pasal ini juga bersifat umum, sehingga tidak Pasal tersebut tidak menyebutkan dengan jelas tentang defenisi perdagangan orang, sehingga tidak dapat dirumuskan dengan jelas unsur-unsur tindak pidana yang dapat digunakan penegak hukum untuk melakukan penuntutan dan pembuktian adanya tindak pidana. Pasal ini dapat dikatakan mengandung diskriminasi terhadap jenis kelamin karena pasal ini menyebutkan hanya wanita dan anak laki-laki di bawah umur, artinya hanya perempuan dewasa dan anak laki-laki yang masih di bawah umur yang mendapat perlindungan hukum. Juga inteprestasi hukum yang berkembang terhadap Pasal 297 KUHP menyempitkan makna tindak pidana tentang perdagangan orang, khusus perempuan dan anak. Dengan tidak jelasnya definisi tentang perdagangan orang dakam Pasal 297 KUHP, maka terjadi interprestasi hukum yang sempit. Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan KUHP yang disusun R. Sugandhi, yang menyatakan bahwa perdagangan wanita dan ank laki-laki di bawah umur hanya sebatas pada eksploitasi pelacuran dan pelacuran paksa. Akan tetapi, interprestasi ini adalah interprestasi tiak resmi. Berarti penjelasan ini bukan penjelasan dari negara yang merupakan penjelasan dari KUHP. 101 Lihat Pasal 297 KUHP. Universitas Sumatera Utara mampu mewadahi kasus yang sifatnya lebih spesifik, karena di lapangan banyak ditemukan bentuk-bentuk kejahatan lebih spesifik yang tidak mampu dijerat oleh pasal tersebut. Contohnya adalah modus jeratan utang. Banyak perempuan dan anak harus menjadi pekerja seks komersial karena terjerat utang pada majikan atau germo. Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 102 juga terkait dengan perdagangan manusia. Ketentuan hukum dalam undang-undang ini menunjukkan kemajuan ketentuan pidana dengan mengikut perkembangan kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia dalam masyarakat dan tidak ada diskriminasi perlindungan hukum dari tindak pidana terhadap jenis kelamin atau usia, karena perdagangan manusia mencakup semua orang termasuk laki-laki dan anak meliputi anak laki-laki dan perempuan. Ketentuan dalam undang-undang ini juga memberikan ruang lingkup perlindungan yang lebih luas terhadap segala bentuk tindak pidana yang biasanya merupakan bagian eksploitasi dalam perdagangan orang seperti penyekapan. Tetapi definisi perdagangan orang dalam undang-undang ini tidak ada. 103 Disahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 83 telah mencantumkan larangan memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau dijual. Akan tetapi, undang-undang ini juga sama seperti halnya dalam KUHP tidak merinci apa yang dimaksud dengan perdagangan anak dan untuk tujuan apa anak itu dijual. Namun demikian, undang- 102 Lihat UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM. 103 http:jayantidewi-Human-Trafficking Perdagangan Manusia .blogspot.com , diakses pada hari Minggu tanggal 2 feb 2014 minggu, Jam 22:37 Wib. Universitas Sumatera Utara undang ini cukup melindungi anak dari ancaman penjualan anak dengan memberikan sanksi yang lebih berat dibandingkan dengan KUHP yang ancamannya 0-6 tahun penjara, sedangkan Undang-Undang Perlindungan Anak mengancam pelaku kejahatan perdagangan anak 3-15 tahun penjara dan denda antara Rp 60 juta sampai Rp 300 juta. Undang-Undang ini sering digunakan sebagai dasar untuk menangkap pelaku perdagangan orang. Penerapan pasal-pasal tersebut bukan berarti secara otomatis menyelesaikan masalah. Sejumlah kekurangan yang terkandung dalam pasal-pasal tersebut tidak jarang membuat para pelaku perdagangan manusia lolos dari hukum yang seharusnya diterima.

b. Akibat Penegak Hukum

Penegakan hukum di dalam masyarakat selain dipengaruhi oleh peraturan atau kaidah-kaidah, juga ditentukan oleh para penegak hukum atau pengembala hukum 104 Terjadinya korupsi dalam pengurusan-pengurusan dokumen misalnya pemalsuan informasi pada dokumen-dokumen resmi seperti KTP, akta kelahiran, dan paspor. Akibatnya anak maupun orang dewasa yang tidak terdaftar serta tidak memiliki akta kelahiran amat rentan terhadap eksploitasi. Orang yang tidak dapat memperlihatkan akta kelahirannya sering kali kehilangan perlindungan yang diberi hukum karena dimata negara secara teknis mereka tidak ada. Rendahnya registrasi kelahiran, khususnya di kalangan masyarakat desa, memfasilitasi , sering terjadi beberapa peraturan tidak dapat terlaksana dengan baik karena ada penegak hukum yang tidak melaksanakan suatu peraturan dengan cara sebagaimana mestinya. 104 Farhana, Op cit, hlm 66. Universitas Sumatera Utara perdagangan manusia. Agen dan pelaku perdagangan memanfaatkan ketiadaan akta kelahiran asli untuk memalsukan umur khususnya bagi perempuan yang belum cukup umur agar mereka dapat bekerja di luar negeri. Selain pemalsuan dokumen para korban, tindak pidana perdagangan orang juga rentang terjadi akibat para penegak hukum korupsi dalam menjalani tugas dan wewenangnya. Sebagai mana kita ketahui pada saat ini masalah utama di setiap jenjang adalah korupsi corruption, yang mana kerap terjadi di lingkungan pegawai negeri, kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Misalnya yang berhubungan dengan kepolisian, seperti diberikan perihal tugas polisi yang menolak memulai penyidikan atau menghentikan penyidikan setelah menerima uang, perlakuan buruk petugas polisi kepada korban, serta keterlibatan polisi dalam praktik-praktik perdagangan orang dan pemerasan pengelola rumah pelacuran atau bordil, mucikari, dan para pelacur oleh polisi. 105 Hal yang sama juga terjadi di lembaga peradilan, dimana masih hangatnya kasus Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, yang tersandung kasus korupsi. Walaupun tidak ada kaitannya dalam kasus perdagangan orang, namun dapat tergambarkan bahwa kurangnya kesadaran hakim akan tugas dan wewenangnya Adapun berkenaan dengan kejaksaan, seperti yang diberikan mencakup informasi tentang jaksa yang menghentikan proses penuntutan, mengajukan dakwaan dengan menggunakan ketentuan pidana dengan ancaman yang lebih rendah dari yang sebenarnya dapat diajukan, menuntut penjatuhan pidana yang lebih rendah dalam persidangan. 105 Ibid, hlm 67. Universitas Sumatera Utara sebagai penegak hukum, pengambil kuputusan, dan Tuhan bagi mereka yang diputuskan bersalah di pengadilan. Kasus lain yang sering kita dengar seperti hakim yang membebaskan atau melepas terdakwa ataupun menjatuhkan pidana lebih rendah tergantung pada bayaran yang diterima. Seakan-akan tidak mau kalah pegawai negeri sipil dilingkungan tertentu juga ikut berperan untuk korupsi sebagaimana diurai sebelumnya didalam pembuatan dokumen-dokumen penting. Namun tidak hanya itu kasus lain misalnya pemerasan buruh migran yang mendarat di terminal 3 bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, sejumlah LSM mengungkap kecurigaan akan adanya kolusi antara pegawai-pegawai Departemen Tenaga Kerja dengan Perusahan Penyalur Jasa Tenaga Kerja. Dari penjelasan diatas tergambarkan bahwa masih kurangnya penegakan hukum dilembaga-lembaga negara, kurangnya asas tranparansi berkenaan dengan aturan-aturan serta prosedur yang berlaku, termasuk juga tidak adanya akuntabilitas dari pejabat negara khususnya dilingkungan penegak hukum serta petugas lainnya, dimana hal ini tercermin dengan tidak tersedianya mekanisme kontrol, pengawasan, dan penerimaan pengaduan baik internal maupun eksternal. Akibatnya, banyak korban yang tidak mau menyelesaikan masalah melalui proses hukum. Hal ini memberikan peluang terhadap praktik pedagangan orang human trafficking yang semakin meningkat.

5. Faktor Sarana dan Koordinasi

Sarana atau fasilitas juga mempengaruhi penegak hukum, hal ini terlihat bahwa penegak hukum tidak akan dapat menjalankan pekerjaannya tanpa sarana Universitas Sumatera Utara dan fasilitas. Sarana yang penulis maksud disini selain gedung, peralatan, teknologi, kendaraan dan sebagainya yang paling penting adalah sumber daya manusia SDM yang memiliki kemampuan berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, teguh terhadap kode etik, keagamaan yang tinggi, dan bijaksana. Bilamana SDM yang direkrut memenuhi kriteria tersebut untuk jadi penegak hukum alhasil negara ini akan terlepas dari kemiskinan. 106 Koordinasi juga sangat menentukan penegakan hukum dapat terwujud dengan baik 107 106 , bila mana kordinasi kurang antar lembaga negara khususnya lembaga penegak hukum maka yang terjadi seperti halnya perbedaan interpretasi para penegak hukum tentang defenisi perdagangan orang, dimana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap penuntutan, pembuktian, dan penghukuman. Dan sering terjadi kasus kejahatan perdagangan orang lepas dari penuntutan karena adanya perbedaan interpretasi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman dan keahlian penegak hukum dalam menangani kasus perdagangan manusia, sehingga berdampak luas dalam memprosesnya. Lemahnya koordinasi antar penegak hukum, seperti halnya polisi kurangnya keinginan untuk mengetahui hasil putusan hakim sehubungan dengan kasus-kasus yang diajukannya ke kejaksaan dan pengadilan dan untuk melakukan upaya hukum tinggi. Demikian juga kejaksaan kurangnya rasa keinginan untuk mengetahui dan menganalisis kembali putusan pengadilan, seakan-akan setiap putusan pengadilan diterima http:sosbud.kompasiana.com20130922pemberantasan-trafficking-di-indonesia- 594786.html diakses pada hari minggu, tanggal 9 Februari 2014, Jam 23:45 Wib. 107 Arief Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana,Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998, hlm 56. Universitas Sumatera Utara bulat-bulat walaupun berbeda didalam tuntutan. Keadaan ini sangat menghambat proses monitoring dan evaluasi penegakan hukum. 108

6. Faktor Media Massa press

Dokumen yang terkait

Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

3 59 100

Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

2 99 187

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Pemalsuan Dokumen Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 (Studi Putusan No. 2960/PID.B/2008/PN.Medan)

0 34 116

Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 43 146

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Anak Yang Masih Dalam Kandungan Dihubungkan Dengan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 2 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Juridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Percobaan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dikaitkan Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

0 0 27

BAB II FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG - Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/20

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Putusan No.1554/Pid.B/2012/PN.Mdn)

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN - Analisa Hukum Pidana Dan Kriminologi Terhadap Putusan Hakim Sebelum Dan Sesudah Berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 28